KORBAN PERANG

22 1 0
                                    

Di sudut pasar yang kini hujan tengah membasahi tiga orang anak yang berpakaian lusuh compang camping, tubuh mungilnya menggigil kedinginan dengan tangan yang memeluk erat lutunya. Sorot matanya kini hanya mampu melihat orang orang yang juga sedang menyelamatkan diri dari guyuran hujan, sama seperti mereka. Rasa lapar yang terus menggerogoti perut mereka kadang kali tak mampu mereka melawan dan harus terpaksa meminta minta demi terhindar dari kelaparan, apapun akan mereka lakukan untuk bertahan hidup.

"jack, kurasa hujannya mulai reda" kata jack kepada dua temannya yang juga senasib sama sepertinya, john dan fania.

"iya aku tau, ayo kita jalan lagi siapa tau disana ada yang mau memberi kita makanan" jawab john

Mereka bertiga pun mulai beranjak dari tempat berteduhnya, meski dengan perut lapar. Berjalan mengelilingi labirin pasar yang padat akan orang orang yang berbelanja.

"pak tolong kami pak, kami kelaparan" dengan nada polosnya, sambil mengasongkan tangannya. Fania, diantara mereka bertiga dialah satu satunya gadis. Namun, orang yang dimintai fania tidaklah menoleh ataupun berkata sedikit pun. Ia hanya mengabaikannya begitu saja lalu pergi.

Tak habis sampai di situ, meraka pun tetap melanjutkan apa yang harus mereka lakukan. Mondar mandir mencari sesuap makanan ditengah luasnya pasar namun, tak ada sedikit pun simpati yang mereka dapatkan. Hingga peristiwa naas terjadi.

"fania, jack, tunggu ". Teriak john yang berjalan dibelakang mereka berdua dan sedang memegang dompet merah

" john, apa itu". Kata jack penasaran sambil menghampiri john.

"ini dompet jack "

" kamu dapat dari mana? "

" aku nemu, dompet ini tergeletak ditanah dan tadi pun hampir terinjak olehmu jack". Jelasnya john.

Saat mereka bertiga sedang melihat lihat dompet merah itu, tiba tiba seorang wanita berlipstik tebal, memakai rok mini, dan memakai sepatu berhak tinggi berlari menuju ke arah mereka sambil berteriak maliiing maliiingg.... dompetku, sambil menunjuk munjuk kearah mereka bertiga. Mereka pun kaget bukan main melihat orang orang pasar berlari kearahnya dengan paras muka yang garang. Mereka berlari ketakutan dikejar kejar orang pasar.
Melihat hal itu mereka pun teringat lagi masa lalu yang mengerikkan.

Setibanya pelarian mereka disebrang jalan pasar yang kini hujan kembali mengguyur pasar, orang orang yang ada didepan mereka sudah siap menghadang. Tak ada jalan lagi selain menyerahkan diri, mereka hanya mampu bertekuk lutut pasrah.

Dibawah maraknya hujan, mereka harus pasrah dirinya dipukuli orang orang pasar yang tidak tau apa yang sebenarnya terjadi.

DUUG... DRUUUG... DUUUGG
"ampun pak kami tidak mencuri". Rintihnya john. Sambil melindungi wajahnya dari pukulan

"sudah sudah, lagian mereka hanya anak kecil ". Kata salah satu warga.

" kecil kecil sudah mencuri ". Kata warga yang lainnya.

Semuanya pun kini bubar, termasuk wanita yang punya dompet itu. Kini hanya tinggal mereka bertiga tergeletak disebrang jalan merasakan sakit karena pukulan.

Di tempat yang jauh dari kerumunan orang orang, mereka menenangkan diri. Namun, jack hanya terdiam sambil mendekap lututnya dengan tatapnnya mata yang kosong mengarah kedepan. Namun fikirannya tertuju pada kejadian tadi dan kejadi perang didesanya dulu. Matanya mulai berkaca kaca, perlahan lahan air mata membasahi pipinya. Tapi jack tak bergerak sedikit pun.

"jack kenapa? Kenapa harus menangis? ". Ucap john yang sebenarnya tau apa yang jack rasakan.

Tangis jack mulai tersedu sedu kala mendengar ucapan john, air matanya semakin deras mengalir.

" Sampai kapan? Sampai kapan penderitaan ini akan terus terjadi? Peperangan telah merenggut nyawa ketentraman kami, hingga kami kehilangan keluarga dan kasih sayang hiks". Tutur kata jack dengan keras sambil menahan isak tangis.

"hiks, jack... ". Rintihan fania yang tak sanggup menyaksikan kejadian ini.

" kami anak kecil yang tak tau apa apa harus merasakan ganasnya perang menyicipi pahitnya penderitaan, apa daya kami yang mampu menanggung luka sesakit ini, huaaaaarrrrrrrrgggghhh". Lanjut jack yang seakan putus asa.

"jack". Kata john sambil meraih bahu jack.

"kami pun mempunyai rasa yang sama sepertimu, kami pun kehilangan segalanya. Keluarga, kasih sayang, cinta dan kedamaian. Tapi jika hanya menangis saja aku yakin tak akan merubah apa apa,tenanglah jack". Kata kata itu kini menenangkan hati jack, tangis nya perlahan reda.

"jack bersabarlah, aku menyayangi kalian berdua" fania yang masih menangis merangkul kedua temannya, hiks.

KRRUUKK.. KRRUUUBUUUKK..
Terdengar suara jeritan lapar dari perut fania membuat jack bangkit.

"jack kau mau kemana? ". Tanya fania.

" sudah, kalian berdua tunggu saja disini". Jawab jack sambil pergi meninggalkan mereka berdua.

Dengan jalannya yang sempoyongan menahan lapar, jack menghampiri laki laki penjual roti, lengkap dengan handuk kecil dilehernya.

"pak, bisakah engkau memberikan aku makan? ". Tanya jack sambil memegang perutnya didepan laki laki itu. Sejenak ia hanya memandangi jack dengan perasaan yang iba.

" malang sekali nasibmu nak". Ucap laki laki itu.

"mana dua orang temanmu lagi". Lanjutnya.

"mereka disana pak". Sambil menunjuk ke arah mereka berdua.

"ajak kesini". Suruhnya

Jack pun melambaikan tangannya menyuruh mereka berdua ketempatnya. Dengan cepat mereka berdua mendatangi jack.

"nak, duduklah disini". Kata si laki laki sambil mempersilahkan duduk kepada mereka bertiga. "dan ini rotinya, makanlah".
Sambil makan roti dan menatap laki laki itu,  jack merasa keheranan dengan laki laki misterius yang baik hati ini.

Laki laki itu pun terus memperhatikan betapa lahapnya mereka makan.

"nak siapa namamu? ". Sambil menepuk pundak jack, dan jack pun langsung menoleh.

" aku jack, dan ini kedua temanku, john dan fania".

"bapak sebenarnya tau kejadian yang menimpa kalian tadi, tapi bapak tak mampu membela kalian ". Sambil menatap Mereka dengan rasa hati yang iba.

" tak apa pak". Timpal fania.

"apa yang sebenarnya terjadi hingga kalian seperti ini? ". Tanya laki laki itu.

" kami adalah anak anak korban perang. peperangan telah terjadi didesa kami beberapa bulan yang lalu, yang mengakibatkan kami harus kehilangan harta benda bahkan kasih sayang dan keluarga. Kami sebagai anak kecil tak tau apa apa tentang hidup, yang kami tau hanyalah bagaimana caranya agar tetap hidup dan hanya dengan meminta mintalah yang kami bisa. Namun jarang sekali simpati dari mereka kami dapatkan. Mungkin dimata mereka kami hanyalah pengganggu, kami hanyalah anak anak kecil yang dekil dan bau. Walaupun begitu, kami tetap meminta minta demi mengganjal perut kami yang kelaparan meski dengan hati yang teriris". Jelasnya jack yang menceritakan apa yang sebenarnya telah terjadi pada dirinya dan temannya.

Tanpa disadari air mata membanjiri pipi laki laki itu, yang kemudian merangkul mereka bertiga dengan penuh haru.
*
*
*

Ayo bagaimana perasaan kalian setelah membaca cerita diatas, wkkw.
Ayoo dong jangan lupa votenya.


Piece Of Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang