Satu

6.7K 664 36
                                    

Rumah bergaya Hanok yang terletak di pinggir daerah Gangnam itu tampak tak terurus. Halamannya ditumbuhi rumput-rumput liar. Beberapa daun yang berguguran dari pohon akasia yang tumbuh di halamannya dibiarkan berserakan.

Rumah itu tampak lengang. Seolah tak ada orang yang menghuninya.

Dari dalam, seorang pemuda yang mengenakan yukata warna biru muda tampak menuruni tangga kayu di salah sudut rumah itu. Dia berjalan dengan malas menuju ruang makan. Sambil menguap lebar, pemuda itu membuka lemari esnya dan mengabaikan tumpukan piring kotor yang tidak dicuci berhari-hari di wastafel.

Matanya yang masih mengantuk menatap lemari es itu dengan tatapan tanpa arti. Hanya ada dua butir telur tersisa di lemari es itu.

Park Chanyeol, nama pemuda itu, langsung membuang napas panjang.

Dengan berat hati, akhirnya dia mengambil telur yang masih dalam wadah plastik itu, dan membawanya ke penggorengan.

Chanyeol tidak pernah memasak sebelumnya. Dia selalu mengandalkan kakak perempuan satu-satunya, Yoora.

Chanyeol adalah anak bungsu dalam keluarga ini. Dan sejak kecelakaan maut yang merenggut nyawa kedua orangtuanya saat Chanyeol berumur 7 tahun, dia hanya hidup berdua dengan kakaknya.

Yoora selalu menyiapkan semua keperluan Chanyeol, mulai dari pakaian, makanan dan hal-hal sepele lainnya. Dengan kata lain yang lebih sederhana, Yoora terlalu memanjakan adik laki-lakinya.

Dan itu membawa dampak buruk bagi Chanyeol saat ini.

Dia jadi tidak bisa melakukan apapun sekarang.

Chanyeol pernah melihat kakaknya memasakkan telur untuknya.

Dia lalu menyalakan api di kompor, meletakkan penggorengan, dan memasukkan mentega ke dalam penggorengan. Setelah itu dia mencoba memecahkan telurnya. Yoora kelihatan mudah sekali saat dia memecahkan telur kecil itu. Tapi saat Chanyeol mencoba melakukannya, telur itu sudah hancur bahkan sebelum mencapai penggorengan. Chanyeol dengan panik langsung memasukkan telur itu ke dalam penggorengan. Tapi karena dia terlalu panik, dia tidak sadar kalau cangkang telur itu masih di sana dan ikut tergoreng.

Dia mendesis kesal.

"Sial," dengan geram dan setengah putus asa, akhirnya dia mematikan kompornya dan membanting spatulanya sampai mengenai penggorengan dan membuat penggorengan itu jatuh.

Chanyeol tidak peduli.

Dia akhirnya berjalan meninggalkan ruang makan itu dengan kesal.

"Aku bisa makan di luar nanti," batinnya.

Saat dia berjalan menuju ruang tengah, dia melewati altar yang masih baru dengan foto kakaknya yang terpasang di tengah-tengah dupa yang ada di altar itu.

Chanyeol mengabaikannya. Dia tidak sanggup walau hanya melihat gambar kakaknya yang tersenyum di dalam foto itu.

Guci berisi abu kakaknya itu masih baru dan pita hitam bekas berkabung juga masih belum dilepas seluruhnya dari rumahnya.

Chanyeol lalu berjalan menuju kamar mandi dengan lesu.

Sebelum melangkahkan kakinya ke kamar mandi, dia membuka yukata warna biru mudanya yang bergambar bunga teratai di punggungnya.

Chanyeol sedang bertugas di kantor kepolisian tempatnya bekerja sebagai polisi divisi kriminal, saat dia mendengar ada berita perampokan di salah satu bank. Dan saat dia dan rekan-rekannya sedang menyusun rencana untuk mengepung tempat itu, salah satu nasabah yang sedang mengantri mengambil uang di sana tertembak. Chanyeol sama sekali tidak punya pikiran kalau korban yang tertembak itu adalah Yoora. Saat polisi berhasil mengamankan lokasi, Yoora sudah mengeluarkan darah banyak sekali dan dia meninggal saat dilarikan ke rumah sakit.

BabysitterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang