5

4.1K 554 41
                                    

Mobil polisi yang dikendarai Chanyeol membelah jalanan kota siang itu. Sirene mobil meraung di sepanjang jalan dan membuat orang-orang yang lewat di jalanan itu menoleh dengan pandangan bertanya-tanya saat mobil itu melewati mereka. Chanyeol yang duduk di belakang kemudi, memperhatikan jalanan di depannya dengan tatapan menyalang tajam. Suara Minseok dari radio pemancar yang ada di mobil itu dia abaikan dan dia terus mengemudikan mobilnya dengan cepat. Dua mobil polisi di belakangnya sampai kewalahan mengikutinya.

"Chanyeol, jangan gegabah. Mereka belum tentu komplotan yang waktu itu. Ingat! Banyak warga tak bersalah di sini," Minseok memperingatkan.

Tapi Chanyeol tidak peduli.

Beberapa saat setelah dia selesai mandi pagi ini, Minseok meneleponnya dari kantor polisi dan mengatakan ada perampokan di suatu bank swasta.

Chanyeol yang beberapa minggu ini menjadi sangat sensitif dengan kasus perampokan langsung bergerak cepat.

Dia segera menuju kantor polisi dan kini menyetir mobil di barisan paling depan.

.

.

.

Para pelaku perampokan sudah melarikan diri begitu polisi tiba di lokasi kejadian. Saksi mata yang berada di sekitar lokasi mengatakan kalau para pelaku perampokan tidak menggunakan kendaraan khusus dan mereka langsung melarikan diri menuju jalanan sempit yang berada di dekat bank.

Chanyeol yang mendengar pernyataan itu langsung berlari ke tempat gang yang dituju saksi tadi tanpa menunggu perintah.

"Chanyeol!" Minseok berteriak kencang, berusaha menahan Chanyeol. Tapi Chanyeol yang sudah dikuasai emosi tidak mendengarnya.

Chanyeol melihat dua orang berbaju hitam dan mengenakan topeng berlari tak jauh dari tempatnya sekarang. Mereka memanggul sebuah kantong di bahu mereka.

"Berhenti!" raungnya.

Dia tidak perduli ke mana kakinya melangkah sekarang. Dua anggota komplotan penjahat itu membawanya melewati jalanan sempit yang penuh belokan dan masuk ke daerah yang sepi penduduk. Yang ada di benaknya sekarang, dia harus bisa mengejar mereka dan menangkap mereka.

Saat langkah dua perampok itu terpojok karena ada tembok besar yang menghalangi langkah mereka, Chanyeol segera mengarahkan pistol di tangannya ke arah mereka.

"Angkat tangan!" ancamnya. Kedua perampok itu mengangkat tangan dan melemparkan kantong besar di tangan mereka ke tanah.

Lalu salah satu dari komplotan itu membuka topengnya dan malah tertawa menyeringai ke arah Chanyeol.

"Kau yang seharusnya berhati-hati, Opsir," katanya dengan suara angkuh.

"Chanyeol, di belakangmu!"

Ada sebuah suara yang meneriakinya tepat di telinga.

Chanyeol menoleh ke belakang. Belum sempat dia menyadari apa yang terjadi, saat terdengar ledakan keras di belakangnya.

"DOR!"

Mata Chanyeol membelalak lebar. Sesuatu yang sangat panas baru saja menembus dadanya.

Chanyeol meringis kesakitan. Dia memegangi dadanya dan ada darah di sana.

'Sial,' desisnya perih sambil memegangi dadanya dengan erat.

"Polisi tetap saja payah," ujar komplotan yang membawa pistol di tangannya dengan nada mengejek. Dia menyeringai ke arah Chanyeol.

Tangan Chanyeol yang masih membawa pistol langsung mengarahkan pistolnya ke arahnya. Dengan tangan gemetar karena menahan sakit, dia langsung menarik pelatuknya dan menembak tangan dan kaki pria itu membuat pria itu melemparkan pistolnya dan berteriak kesakitan. Chanyeol lalu berbalik dan melakukan hal yang sama dengan dua komplotan yang lain. Tapi karena pandangannya mulai mengabur dan napasnya sudah mulai terengah, tembakannya meleset dan dia hanya mengenai salah satu dari dua komplotan tadi.

BabysitterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang