💞 Kiss or Kissing? 💞

2.4K 101 7
                                    

"Ehemm.."

Chaeyoung berdehem singkat setelah menegak minuman terakhir, sebelum menceritakan kehidupan bermasalah nya pada Seokjin.

Dia sudah berjanji akan menceritakan semuanya setelah menyelesaikan makan siang mereka.

"Jadi?" Tanya Seokjin tak sabaran ketika melihat Chaeyoung tak kunjung bersuara, hanya sibuk memainkan jari-jari tangan nya dengan salah tingkah, "bisa kamu ceritakan orang seperti apa yang bakalan saya hadapi? Karena biar bagaimanapun, saya harus minta maaf secara pribadi sama Papa kamu."

Seokjin tak tahu kalau Chaeyoung sedari tadi sudah berusaha untuk menceritakan kisah hidupnya namun bingung harus mulai dari mana.

Namun ketika pandangan nya tak sengaja melihat sekeliling, tanpa sadar kata-kata meluncur begitu saja dari mulutnya.

"Gue suka melukis, tapi orang tua gue gak nerima hobi gue. Mereka bilang gue gak perlu buang-buang waktu sama hal yang gak berguna untuk masa depan gue. Gue harus fokus sekolah, dapat nilai bagus, dan bisa kuliah bisnis, karena gue yang bakalan gantiin posisi bokap gue di perusahaan nya."

Tak jauh dari tempatnya duduk, ia melihat anak kecil yang tadi di temui nya menangis karena es krim, sedang tertawa lebar bersama kedua orang tuanya, sambil menikmati makan siang mereka, "dari kecil, gue udah di manjain dengan segala macam hal yang gue suka, dan gue mau termasuk melukis, awalnya mereka gak masalah sama hobi gue itu, tapi pas gue minta lebih untuk melukis di atas kanvas, mereka langsung nolak. Sejak saat itu gue cuma bisa melukis di buku gambar anak sd, bahkan untuk sekedar mewarnai aja gue gak sanggup." Chaeyoung tersenyum miris

Seokjin menatap serius Chaeyoung yang menceritakan masalahnya dengan wajah datar tanpa emosi itu.

"Ya emang, Gue bisa aja diam-diam beli alat lukis dengan uang yang mereka kasih, tapi tetap aja, gue gak akan dapat kebahagiaan kalau melakukan hal yang gue suka secara diam-diam."

Tak bisa di pungkiri kalau Seokjin terkejut mengetahui hal itu. Ia bahkan tak berfikir kenapa Chaeyoung tidak pernah melukis di atas kanvas. Dan kenapa coretan tangannya tidak berwarna, padahal ia punya cat krayon yang di gunakan untuk mencoret-coret mobil Seokjin

Chaeyoung masih setia menatap pemandangan di sekitarnya. Banyak keluarga yang makan bersama.

Membuat pandangannya buram tertutupi genangan. Karena ia berusaha mengingat kapan terakhir kali ia makan bersama dengan orang tua nya. Dan kenangan itu tidak ada.

"Gue di juluki murid bermasalah bukan karena gue yang buat masalah. Tapi siapa yang percaya setelah banyak guru yang di keluarin gara-gara gue."

Seokjin masih diam, membiarkan muridnya menumpahkan segala nya.

"Bukan cuma koneksi yang bokap gue punya di sekolah. Tapi lebih dari itu. Dan gue gak punya kuasa menghentikan semua kegilaan orang tua gue. Gue gak punya pilihan, gue pernah berfikir buat kabur dari rumah, tapi gue yakin gak ada gunanya, jadi gue jalani aja. Tapi mereka semua udah terlanjur anggap gue murid bermasalah, dan jadilah gue seperti apa yang mereka bilang."

Chaeyoung menunduk dalam, "si murid bermasalah," ujarnya lirih bersamaan dengan lolosnya air mata yang tak bisa di tahan lebih lama lagi.

Tangan Seokjin bergerak maju, memegang bahu Chaeyoung yang sudah sedikit bergetar.

"Jangan sedih, mungkin sulit menghilangkan julukan itu dari kamu, tapi kamu belum terlambat, masih ada waktu untuk menebus semuanya."

Dengan masih terisak, Chaeyoung mengangkat kepalanya, dan menatap tepat pada mata gurunya.

"Jangan takut, ada saya." Seokjin tersenyum manis dan menangkup kedua pipi Chaeyoung lalu menghapus air mata yang mengalir dengan kedua tangannya.

Perlahan senyum gadis itu mengembang. Rasa hangat menjalari hati gadis itu. Tak pernah ia dapati kehangatan ini sebelum nya. Bahkan dari Bi Ana sekalipun. Rasanya berbeda.

My Pedopil Teacher ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang