[4]. ANTARA IYA DAN TIDAK

9 2 0
                                    

"Kejar seseorang karena cinta, jika karena penasaran lebih baik hentikan."

[]

Lelaki dengan celana pendek beserta kaos oblong abu-abu itu tertawa memperhatikan kakeknya bernyanyi sambil menari mengikuti alunan musik dangdut yang keluar dari radio antik yang pria tua itu pegang pada pundak kirinya.

Lansia itu sangat menikmati lagu yang ia putar, bibirnya bergerak mengikuti lantunan lagu itu.

Api asmara yang dahulu pernah membara
Terasa hangat bagai ciuman yang pertama
Detak jantungku seakan ikut irama
Karena terlena, oleh pesona
Alunan kopi dangdut

Gema menghampiri, ia mencium tangan kakeknya. "Makin oke aja, ke!"

"Wahaha cucu kakek!" Lansia yang diketahui bernama Amar itu menepuk pundak cucunya.

"Tadi gema langsung masuk."

"Ayo sini ikut kakek," Amar menyimpan radio, mengajak gema duduk dikursi belakang. Kursi khusus yang disiapkan Amar untuk cucunya yang satu ini. "Ada apa, biasanya cucu kakek yang satu ini kalau udah datang maunya curhat."

Gema terkekeh kagum. "Nanti deh, kek. Gema cape."

"Laki itu jangan loyo!" Amar berdiri seolah-olah memperlihatkan otot lengannya dengan gagah. "Meskipun kakek udah tua, kakek tetep semangat!"

"Woh ya pasti." Gema mengacungkan jari jempolnya. "Joget aja kakek masih lincah!"

Amar duduk dengan tawaan yang renyah. "Kalau joget kakek berasa muda lagi." Ucapnya.

kakek dan cucu itu tertawa.

Gema mengedarkan pandangannya ke segala penjuru, sudah lama dia tidak menghirup udara segar di belakang rumah kakeknya ini. Sangat asri. Gema sengaja meminta kakeknya menyiapkan dua kursi disini untuk dirinya dan kakeknya.

Dulu dia sering kesini tidak seperti sekarang ketika dirinya selalu sibuk oleh tugas sekolah, jika ada apa-apa gema pasti menghampiri kakeknya, mengobrol disini hingga larut malam.

Seketika senyum gema terukir mengingat wajah jutek piona. Amar yang menyadari ada yang tidak beres dengan cucunya langsung batuk secara berlebihan. "Kakek juga pengalaman."

"Siapa gadis yang berhasil?" Tanya Amar.

"Piona."

"Orang tua mu tau?"

Gema menghela kasar. "Gema ga mungkin kenalin sama orang tua, kek."

Amar kembali tertawa mengingat cucunya sangat anti mengenalkan gadis pada keluarganya sendiri, Hanya ia yang gema percaya untuk menutupi kisahnya.

"Gema penasaran sama dia," mata gema menerawang jauh. "Galak, jutek, susah dideketin."

"Cucu kakek gaboleh deketin perempuan cuma karena penasaran."

"Kenapa, kek?" Gema menegakkan tubuhnya tertarik dengan arah pembicaraan Amar.

"Karena penasaran sifatnya cuma sementara, kalo rasa penasaran kamu sudah terjawab pasti kamu akan berhenti mengejarnya."

Kejadian seperti ini selalu saja terjadi, tidak bisa gema pungkiri jika kakeknya ini sangat berpengalaman jika soal hati. "Terus gema harus gimana kek?"

"Siapa nama gadis yang berhasil menarik perhatianmu tadi?"

"Piona."

"Kamu cinta atau sekedar penasaran pada gadis itu?"

BINTANG [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang