Chapter 2

163 20 12
                                    


" Sebelumnya aku ingin meminta maaf. " Minhyun pun menatap kekasihnya , nada suaranya terkesan sendu membuat perasaan Sihyun semakin tidak enak.

" Ini pertemuan terakhir kita. " Sihyun cukup terkejut dan menatap Minhyun tidak percaya.

" Kau Bercanda kan? Hwang Minhyun ini tidak lucu. " Sihyun pun memukul lenggan kekasihnya dengan pelan sambil mengerucutkan bibirnya.

" Aku serius. " tatapan Minhyun berubah menjadi dingin hingga membuat Sihyun berhenti memukul lengganya, matanya terasa panas sekarang.

" Aku ingin mengakhiri hubungan kita, aku minta maaf sekali lagi. " ucapan Minhyun sukses membuat Sihyun terdiam, jantungnya berhenti berdetak sejenak.

Rasanya sakit untuk menerima kenyataan ini, Hwang Minhyun pria yang dia cintai harus pergi meninggalkannya tanpa Minhyun tau apa yang terjadi padanya sekarang.

" Kenapa? Apa aku salah padamu? " tanggis gadis itu pecah namun Minhyun hanya menatapnya dengan datar tanpa perasaan iba sedikitpun.

" Ibuku melarang hubungan kita dan aku harus kembali ke Seoul. " pria itu kini mengangkat wajah Sihyun dan menatapnya dengan lekat.

" Kau bisa bahagia tanpa aku, kau bisa mencari pria lain yang lebih baik dariku. " Minhyun mengusap pipi Sihyun dan kemudian dia melepaskan tanggannya.

" Jaga dirimu baik baik Miyawaki Sihyun. " satu kalimat terakhir yang di ucapkan Minhyun akan membekas di ingat Sihyun hari ini.

Sihyun tidak bisa berbuat apa-apa, dia hanya bisa melihat punggung Minhyun yang menjauh.

Bunga sakura perlahan jatuh di atas kepalanya, Sihyun masih menunduk dan menangis sambil berdiri.

Hatinya benar benar hancur sekarang, perlahan Sihyun mengambil sebuah benda yang dia simpan di saku alamamaternya.

Garis dua merah dalam benda tersebut menunjukan bahwa Sihyun tengah mengandung benih dari kekasihnya, Hwang Minhyun.

Bahkan belum sempat Sihyun mengatakan hal ini kepada Minhyun namun Minhyun telah memutuskannya begitu saja seolah-olah Minhyun mengetahui jika dirinya hamil.

Sihyun berjalan dengan pandangan kosong menyusuri gang sempit menuju rumahnya, saat ini apa yang dia harapkan? Apa dia bisa bertahan dalam kondisi seperti ini? Bayi dalam kandungannya akan terus berkembang apa dia bisa mengurus seorang bayi?

Pikirannya kacau terlintas di pikirannya untuk mengakhiri semua ini .

Satu minggu ini Sihyun hanya menghabiskan waktu di kamarnya, dia terlalu banyak menangisi Minhyun.

Beruntunglah kakak laki-lakinya tidak pulang sejak kemarin, Sihyun tidak mau mengambil pusing soal itu mungkin kakaknya sedang berjudi atau membuat kekacauan di luar sana.

Entalah yang jelas Sihyun tidak bisa berpikir apa-apa sekarang, perlahan Sihyun memejamkan matanya namun sangat susah sekali baginya untuk tidur.

" HUEKKKKK!!!!!!!!!! " Sihyun menundukan dirinya dan memuntahkan isi makanan yang dia makan tadi, tubuhnya semakin melemah sekarang dan menyiksanya.

Sihyun memegang erat ujung wastafel tersebut dan perlahan mulai bercermin, menatap dirinya yang benar benar sangat pucat seperti mayat hidup.

Kini tangganya mulai menyentuh perutnya, dia merasakan adanya kehidupan di sana dan dia seolah seolah bisa mendengar detak jantung calon anaknya.

" Apa aku harus membunuhmu? " kalimat itu spontan keluar dari mulut Sihyun di sertai dengan tangisannya.

" MIYAWAKI SIHYUN BUKA PINTUNYA!!!!!!! " suara teriakan seorang pria menarik perhatian Sihyun, segera mungkin Sihyun mengusap air matanya dan segera bergegas untuk membukakan pintu dan benar saja itu adalah kakaknya, namun tampaknya ekspresi kakaknya sangat panik dan ketakutan.

The Destiny (Hwang Minhyun x Kim Sihyeon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang