ThFvckngHdGy4

3.4K 572 33
                                    

"kamu seharusnya gak masuk kalau sakit.."

Jimin memejamkan kedua matanya, merasakan sedikit kenyamanan saat mengistirahatkan tubuh serta pikirannya yang sangat lelah saat ini. Meja kerja yang ada di ruangannya menjadi tempat ternyaman untuk menutup mata dan menyamankan posisi kepala saat rasa sakit mulai terasa.

Usapan telapak tangan besar Taehyung menjadi penghantar tidurnya untuk setengah jam ke depan. Jimin hanya ingin menenangkan pikiran dan tubuhnya! Itu saja..

Bertanya apa Jimin bersyukur, jawabannya sudah jelas! Jimin sangat bersyukur memiliki kekasih seperti Taehyung. Di satu sisi Jimin merasa jika Taehyung adalah orang yang tepat! Dia baik, dan menjadi kekasih idaman seperti pada umumnya. Tapi tak dapat dipungkiri juga jika terkadang rasa bosan hinggap dalam dirinya.

Siklus pacaran mereka terbilang sangat klise dan tidak ada yang menarik sedikitpun. Ini rasanya seperti saat mereka masih menjadi teman, tak memegang status pacar. Jika seperti ini, buat apa mereka berdua mempertahankan status tersebut?

Umur Jimin memang tak muda lagi. Dia termasuk masyarakat yang terlibat dalam problematik umur! Dia masuk dalam jajaran list orang-orang yang memiliki usia matang untuk menikah. Tapi Jimin tetaplah Jimin! Umur memang tak akan berkurang, tapi Jimin ingin merasakan hidup sosial yang menarik!

Intinya, Jimin membutuhkan perubahan. Baik perubahan dari dalam dirinya ataupun perubahan dari hubungannya dengan Taehyung, Jimin tak ingin hubungan yang monoton! Jika perubahan itu tak dapat dia raih, lalu apa yang akan dia ceritakan, dia kenang, dan dia tertawakan di masa tua nanti?

Taehyung tampan! Tapi dia maniak kerja. Dan Jimin membutuhkan sosok yang menarik, anti mainstream, dan penganut konsep 'break the rules'!

"bagaimana soal study tour itu?"

Jimin mengangkat wajah lelahnya lalu membalas tatapan Taehyung. Tuh kan? Apa tak bisa semenit saja mereka mempertahankan konsep pembicaraan tentang mereka berdua? Kenapa selalu berakhir dengan hal-hal memuakan?

Meski ini masih jam sekolah, tapi kan bukan jam belajar. Ini jam istirahat!

"entah.." Jimin menghendikan bahunya. "anak-anak setuju, tapi tidak dengan Jungkook.."

Ketika membahas Jungkook, Jimin mulai tertarik. Entah kenapa, tapi Jimin suka gaya hidup Jungkook. Meski terkesan urak-urakan, tapi jika diberi kesempatan untuk kembali muda, Jimin ingin menjalankan gaya hidup seperti anak itu!

"sudah kuduga!" Taehyung menghela nafas lalu kembali duduk. "Jungkook tidak akan mau meninggalkan ibunya sendiri di rumah.."

Ah! Jimin baru ingat.. Dia masih menyimpan rasa penasaran cukup besar dengan konteks 'ibu' yang Jungkook maksudkan sebelumnya. Kenapa saat membicarakan ibu, kekosongan hinggap di wajah anak itu.

"memangnya kenapa?" Jimin tak dapat menutupi rasa ketertarikannya pada pembahasan kali ini.

Taehyung terlihat sedikit gelagapan namun akhirnya memutuskan untuk bercerita dengan singkat. "Jungkook itu adik tiri aku!"

Wajar kan jika Jimin terkejut?
Adik tiri? Ini lah salah satu jawaban yang Jimin butuhkan! Terjawab sudah kenapa Jungkook sangat berani berbicara tak sopan dan lantang pada Taehyung.

"ibunya mengalami gangguan mental sejak 7 tahun yang lalu kalau tidak salah.."

Jimin terdiam sejenak. Gangguan mental? Itukah penyebab kenapa senyum ibunya tak pernah dia lihat lagi? Dan, itukah penyebab kenapa Jungkook benci melihat Jimin tersenyum?

Salahkah jika Jimin penasaran? Penasaran memang tak salah karena itu wajar. Yang salah dan tak wajar adalah ketika rasa penasaran itu menghipnotis Jimin untuk semakin melewati batas yang Jungkook buat! Bahkan untuk sejenak, Jimin melupakan fakta bahwa Jungkook sangat membencinya yang terlalu ikut campur.

The Fvcking Hoodie Guy (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang