"Abis ngapain?" gue kembali di kejutkan dengan pertanyaan Suga yang membuat gue refleks memegang dada gue yang kembali berdebar karena terkejut lalu melangkahkan kaki gue menuju ke kamar.
"Gak ngapa-ngapain, gue mau mandi dulu!" kata gue yang bikin Suga malah tertawa di balik mukanya yang so tenang.
"Dasar, nggak pinter bohong." Ucap Suga sembari memperhatikan adiknya yang sedang salah tingkah.
"ABANG, KUNCI KAMAR GUE LU TARUH DIMANA BANGSUL!" Protes gue dengan berteriak dari lantai atas yang membuat Suga hanya bisa tertawa terbahak-bahak hingga terdengar ke lantai atas.
"DI GUE!" Gue mendesis lalu beralih menatap kamar di samping gue dan masuk ke dalam kamar tersebut dengan cepat sebelum Suga melarang gue untuk menginjakkan kaki gue masuk ke dalam kamarnya.
Setelah menyelesaikan masa pembersihan tubuh gue selama setengah jam gue segera mengambil handuk kecil untuk mengeringkan rambut dengan susah payah karena berada di lemari atas. Kenapa Suga menyimpannya di atas seperti ini di kira nanti kalo punya istri bakalan setinggi apa sampai di taruh seperti ini, "Makanya tinggi tuh ke atas, bu!" Ucap Suga yang kini sudah meraih handuk tersebut lalu melempar kecil ke wajah gue, gue mencebik lalu mengambil sweater kebesaran milik Suga yang pas untuk gue pakai sampai lutut.
"Mana kuncinya?" Tanya gue setelah gue selesai berganti pakaian dengan pakaian milik Suga.
"Nih," Suga memberikan kunci kamar gue lalu menarik gue hingga terduduk di sampingnya.
"Di sini dulu aja, lu gak kangen apa sama gue, dek?" tanya Suga sembari memeluk tubuh gue dari samping.
"Nggak!" Gue segera mengambil laptop Suga yang tersimpan di atas kasur lalu segera menghidupkannya untuk menonton film, "Passwordnya?"
"Kopinya para mantan!" Jawab Suga dengan nada kuis yang membuat gue mendengus kesal lalu mengulang kembali pertanyaan gue.
"Biar gue aja yang buka!" Suga menarik laptop tersebut dari tangan gue lalu mengetikan beberapa huruf untuk mengisi kolom password agar laptopnya bisa terbuka.
"Gak ada film apa?" Tanya gue pada Suga yang kini sedang membaringkan tubuhnya dengan posisi terlentang dan menatap ponselnya di atas udara karena Suga sedang mengangkat tangannya tinggi-tinggi.
"Ada, noh! Di file jangan di buka!" Gue segera menggeser kursor lalu mengarahkannya ke file tersebut, "Sialan, filmnya ga ada yang benar!" Suga tertawa lalu mengikuti posisi gue untuk tidur telungkup di depan laptop.
"Pake wifi dong sayang buka youtube! Jangan kaya orang susah!" Ucapnya santai sembari menggerakan kursor dengan mata yang fokus menatap laptop.
Kini kami larut dalam menonton film yang menceritakan kisah cinta yang berakhir bahagia, Suga yang tidak pernah mau jika menonton film bahkan ikut menontonnya hingga layar menjadi hitam.
"Happy Ending hm, sampai nangis terharu gue," ucap gue sembari mengusap-usap air mata gue yang keluar akibat menonton film tersebut.
"Sayang banget cinta gue tersalurkan pada orang yang salah." Ucap Suga yang kini memeluk tubuh gue dengan erat.
"Ke siapa emang?" Tanya gue penasaran.
"Lu," jawab Suga tanpa ragu.
"Astaga! Gue kira-" Suga menggeleng mantap lalu mengecup kening gue secepat kilat.
"Gue mau ngasih tau alasan kenapa gue suka sama lu," Ucap Suga yang membuat gue terdiam kaku di tempat.
"Dengerin, pasang tuh telinga di tempatnya!" Perintah Suga dengan serius.
"Gue suka sama lu karena gue rasa hanya lu yang bisa ngertiin gue, dari sekian banyak cewek yang sudah gue coba untuk membuat gue jatuh cinta tidak ada yang berhasil, tapi lu yang bahkan tidak melakukan apapun berhasil bikin gue jatuh cinta sebagai seorang pria."
"Gue tahu perasaan ini salah, tapi gue nyaman dengan perasaan ini, gue sudah mencoba menghilangkan semua perasaan gue ke lu bahkan saat lu di nyatakan hilang, namun cinta gue malah semakin nambah mungkin karena gue rindu sama lu, tapi setelah lu keluar dari rumah sakit dan tau jika lu sama Jihoon pacaran, gue mulai bisa nerima dan ingin melihat lu bahagia."
Gue terdiam, lalu mengambil foto yang gue temukan di atas nakas, foto Suga dan kekasihnya, lalu menyodorkan foto tersebut pada Suga yang dengan segera Suga menerimanya, "Apa maksud dari kata ini?" Gue membalik foto tersebut sehingga Suga hanya tersenyum lalu kembali menarik tangan gue sehingga kini gue kembali terduduk di sampingnya.
"Gue bunuh dia seminggu setelah dia kepergok selingkuh!" Kini gue hanya bisa menangis, gue bahkan tidak pernah membayangkan bagaimana Suga melakukannya, "Awalnya gue terima karena mungkin dia memang membutuhkan sentuhan yang belum bisa gue berikan, namun naluri gue selalu membawa dendam padanya membuat gue menjadi benci pada yang namanya cinta, dan ternyata gue nyaman sama adik gue sendiri."
"Lalu bagaimana sekarang?" Tanya gue pada Suga yang kini sedang berusaha menenangkan gue dengan memeluk gue dengan erat.
"Gue bakalan berusaha untuk melupakan perasaan gue ke lu, dek. Dengan cara merelakan lu dengan Jihoon, tapi gue gak janji bisa dengan cepat, karena semakin gue ingin melupakan lu semakin gue ingin juga mendapatkan lu!" Gue mengangguk lalu membalas pelukan Suga.
"Terus kenapa lu-?"
"Membunuh orang?" Tanya Suga yang kini melonggarkan pelukannya lalu terbangun dari posisi duduk sehingga gue hanya menjawabnya dengan anggukan.
TBC!!
Yuhuu seminggu up 2 part dong :)
Gimana siap belum dengar cerita Suga tentang kenapa dia bisa seperti itu? Kira2 Suga bakalan cerita semuanya atau engga? Tunggu aja kelanjutannya ya :)
See you next part :)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Psycopath Brother and My Love Story
Roman pour AdolescentsWarning 17++!! Pembaca di harap bijak karena terdapat kekerasan serta pembunuhan yang tidak boleh ditiru. Cerita ini hanya fiktif belaka sesuai dengan imajinasi penulis. Sinopsis : Membuat Suga menderita adalah tujuan si peneror, namun apa yang ter...