MALAM PERTAMA

12.8K 336 6
                                    

#SUAMIKU_PREMAN
#malam_pertama

Duduk termenung di pinggir ranjang, sambil memperhatikan ranjang pengantin yang dihias sedemikian rupa. Sprei putih yang ditaburi bunga mawar, dan berkelambu putih.

Dua jam yang lalu Yuni Zahira resmi menjadi Istri sah dari Ikhsan Ramadhan. Seorang pria bertato dengan mata yang tajam. Menikah dengannya karena utang keluarganya. Yuni di nikahkan dengan Ikhsan secara kontrak. Jika utang keluarganya lunas maka Yuni bisa bebas. Itulah syarat dari Pak Hamdan, Papanya Ikhsan.

"Bayar atau rumah beserta isinya kami sita," Anak buah Pak Hamdan datang menggrebek isi rumah Yuni. Ayah dan Ibunya menangis memohon-mohon meminta keringanan.

"Kalian pikir uang 800 juta itu sedikit!! Makanya kalau mau ngutang mikir dulu! Bisa bayar gak!" Hardik Pria bertubuh gempal. Kalung di lehernya sebesar rantai. Bergemerincing keras.

"Usaha kami belum stabil, nanti pasti kami bayar," Pak Handoko menatap Anak buah Pak Hamdan dengan muka memelas.

"Gimana Bos," Pria bertubuh gempal itu menunduk ke jendela mobil, berbisik-bisik dengan Pria berumur. Di sampingnya seorang pria lainnya dengan tato menghiasi tangan kanannya merokok dengan santai.

"Kami beri waktu dua tahun, tapi kalian harus menggadaikan putri kalian buat Boss saya,"

"Aaapppa??" Pak Handoko berdiri dengan tegap matanya menatap nyalang begitu mendengar perkataan Pria gempal ini.

"Beraninya kau! Kubunuh kau!" Pak Handoko masuk kedalam rumah, lalu keluar sambil membawa golok. Sayangnya goloknya tumpul dan karatan! Pria bertubuh gempal itu tertawa terbahak-bahak.

"Kamu mau bunuh saya pakai itu? Hahaha sampai monas bergeser dari tempatnya pun saya gak bakalan terluka," Pria gempal itu menunjuk-nunjuk golok di tangan Pak Handoko sambil terkekeh-kekeh.

Sementara Yuni mengintip dari balik tirai dengan lutut gemetar. Sesekali Pria berumur di dalam mobil memperhatikannya dengan seksama.

BRAKK

Pintu mobil di tutup dengan kasar. Pria berumur itu keluar sambil menghisap rokoknya. Berbaju kemeja di masukkan ke dalam celana corduroy dengan ikat pinggang kulit. Dan topi bulat di kepalanya has seperti seorang juragan.

"Bawa putrinya!" Perintahnya tanpa menghiraukan teriakan histeris Ibunya Yuni.

"Jangan Pak! Saya mohon, saya janji akan melunasi semua hutang kami," Pak Handoko bersimpuh di kaki Pak Hamdan.

"Hmmmm kalau begitu, nikahkan dulu baru di bawa," Pak Hamdan membuang rokoknya kelantai lalu menginjaknya dengan kasar.

Yuni terperanjat apakah dia akan dinikahkan dengan pria berumur itu? Dengan usia yang masih 19 tahun. Menikah dengan juragan kaya raya itu? Pria berumur lebih tua dari Bapaknya.

"Iksan turun dari sana, dan kamu Aris sana bawakan penghulu kesini,"

Seorang Pria berbaju kaos hitam dengan celana jeans robek dibagian lututnya keluar dengan malas dari mobil jeep berwarna hitam.

"Apa Pah?"

Pak Handoko dan Bu Mirna Istrinya hanya bisa diam sambil menatap dengan muka memelas.

"Kamu yang akan menikahi putrinya,"

"Apa? Saya gak mau," Pria bertato itu melengos sambil membuang mukanya.

"Kalau kamu menolak, namamu di coret dari buku warisan,"

"A-apa!!"

Dengan terpaksa Pria itu menyetujuinya. Bu Mirna masuk ke kamar Putrinya sambil menangis.

"Yuni.."

"Yuni gak mau Buk," Yuni memeluk ibunya sambil menangis ketakutan.

"Sekali ini saja tolong ibu dan Ayahmu Nak,"

"Tapi Buk.." Yuni menatap iba wajah Ibunya. Kalau dia menolak rumah mereka akan disita. Lalu dimana mereka tinggal.

Satu jam kemudian Aris kembali sambil membawa seorang penghulu. Pernikahan berlangsung tanpa ada pesta dan tamu undangan. Yuni menghapus air matanya. Setelah menyiapkan semua pakaiannya. Yuni dibawa kerumah Ikhsan

KLEKK

Pintu kamar terbuka membuyarkan lamunan Yuni. Yuni segera berdiri begitu melihat Ikhsan masuk dengan wajah marah. Memandanginya sekilas lalu masuk ke kamar mandi.

Setelah Ikhsan keluar dari kamar mandi Yuni masih berdiri di tempatnya. Tanpa bergeser sedikitpun.

"Heh!! Kamu mau berdiri sampai kiamat disitu??" Hardik Ikhsan membuat Yuni kaget sampai terjungkal kebelakang. Dengan cepat Ikhsan menangkap tangannya.

Ikhsan membuka lemari besar dari kayu jati. Mengeluarkan sebuah kasur lantai dari dalam lalu melemparkannya kedepan Yuni.

"Tidur dibawah, ini tempat tidurku," ikhsan melompat ke atas ranjang sambil tidur tengkurap.

Yuni menggelar kasur di lantai samping ranjang. Lalu duduk di atasnya.

PLUUKK.

Sebuah bantal menimpuk kepalanya. Yuni meringis sambil memandangi Ikhsan dengan cemberut.

"Kalau gak mau sini bantalnya,"

"I-iya mau," Yuni tidur meringkuk di atas kasur lantai.

KLIKK
Lampu di matikan Ikhsan. Yuni duduk sambil menangis memohon lampunya dinyalakan lagi. Yuni takut gelap!

"Nyalain sendiri,"

Yuni menghela nafas lega lalu menyalakannya. Semalaman ia tidak bisa tidur di kamar yang begitu asing baginya. Saat Azan berkumandang dia segera ke kamar mandi. Mandi dan berwudhu lalu melaksanakan Sholat Subuh sendirian.

Setelah selesai Yuni memandangi Pria yang tidur tengkurap dari semalam di tempat tidur. Pria yang kini resmi menjadi Suaminya. Perlahan dia keluar dari kamar, lalu turun kebawah. Di sofa dia melihat seorang pria sebayanya tengah memainkan komputer.

"Mbak butuh sesuatu?" Pria itu memandanginya sambil tersenyum manis.

"Dapur dimana?" Tanya Yuni dengan kikuk.

Pria itu mendekatinya sambil mengulurkan tangan.

"Kenalin Mbak saya Andri Adiknya Bang Ikhsan,"

"Yuni," Yuni menangkupkan tangannya sambil tersenyum malu.

"Dapur sebelah sana Mbak, oya Mbak mau ngapain?"

"Masak,"

"Ohh.. tapi Bik Maryam lagi pulang kampung Mbak, bisa sendirian,"

Yuni menganggukkan kepalanya sambil bergegas kedapur.

"Manisnya.." Gumam Andri sambil memandangi punggung Yuni yang ditutupi jilbab pink sebatas pinggang.

"Ekkhemm!" Lamunannya buyar begitu melihat Ikhsan berdiri di lantai atas sambil memandangnya tajam.

"Eh Bang Ikhsan tumben bangun pagi,"

"Bukan urusanmu!" Ikhsan menuruni tangga lalu berjalan ke arah dapur. Di sana dia melihat Yuni celingukan sendirian. Sudah diduga perempuan itu pasti tidak tau dimana peralatan masak.

Ikhsan membuka rak piring lalu lemari di atas kompor. Disana ada berbagai bumbu masak dan peralatan masak lainnya. Lalu membuka kulkas.

"Sudah tau semua," Ikhsan menatap tajam kearah Yuni yang menunduk gemetar.

"Buatkan aku kopi,"

Yuni memandangi punggung Ikhsan dengan samar. Penampilannya seperti Preman, tapi kenapa dia tau semua peralatan masak. Aneh!

TBC

SUAMIKU PREMAN (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang