Tiga

108 13 2
                                    

Malam ini, seperti biasa Imelda harus berangkat kerja. Padahal besok adalah hari senin, dimana ia harus bangun pagi agar tidak terlambat untuk mengikuti kegiatan upacara. Sedangkan jam pulang kerja adalah sekitar jam sepuluh malam, namun apa boleh buat? Dia yang menginginkannya.

Rumahnya terlihat sepi, karena papah, mamah, serta adiknya sedang keluar. Mungkin mereka sedang bersenang-senang bersama Disa, pikir Imelda.

Imelda telah memesan ojek online, melalui handphonenya. Dan sekarang dia sedang menunggu didepan rumah. Tak lama kemudian, seorang lelaki berjaket hitam-hijau mengendarai motornya menghampiri Imelda untuk mengantarkan ke Caffee.

***

Imelda sekarang sudah berada di tempat kerjanya, tentu saja dia sudah mengganti pakaiannya.

Terlihat Rere yang baru saja datang, dia menghampiri Imelda.

"Mel, maafin gw kemarin kesiangan, jadi nggak bisa nemenin lo jogging." kata Rere menatap Imelda.

"Hm."

"Ish lo mah kebiasaan hamhem hamhem. Lo mau jadi Nissa Sabyan?." kata Rere agak sebal.

"Iya, sans kali, gitu doang juga."

Imelda menganggap masalah itu sepele, tidak dengan Rere yang pada dasarnya dilahirkan menjadi orang yang tidak enakan, membuatnya takut jika Imelda tidak memaafkannya. Karena sahabat yang dia punya satu-satunya ialah Imelda.

Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, saatnya Imelda dan rekan kerja lainnya membersihkan tempat lalu pulang ke rumah masing-masing.

"Mau pulang bareng nggak? Gw bawa motor." tawar Rere.

"Enggak deh, gw naik ojol aja." kata Imelda.

Sedangkan Rere hanya menganggukkan kepala, lalu pamit kepada Imelda untuk pulang.

Gerimis membasahi jalanan, dan dengan terpaksa, Imelda harus berjalan menuju halte didekat tempat Fotocopy untuk meneduh.

Imelda menyesal karena tidak pulang bersama Rere, karena dia lupa bahwa ponselnya sudah kehabisan baterai yang menyebabkan dia tidak bisa memesan ojek online.

Gadis tersebut memandang sekitar, dia melihat cowok yang sering dia hindari akhir-akhir ini. Ya, playboy cap kaki tiga alias Argani Sivan Waratmaja.

Merasa diperhatikan, Arga menoleh ke arah Imelda dengan senyum jahil, dia berjalan sambil membenarkan rambutnya yang acak-acakan.

"Kiw cewek." goda Arga sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Cacingan mas?." tanya Imelda dingin.

"Lawak lo." ucap Arga yang diakhiri dengan tawaannya.

Bego, apa sih yang lucu?! -Batin Imelda.

Arga mendudukkan dirinya disebelah Imelda sambil bersiul-siul.

Melihat Imelda yang kedinginan, Arga melepaskan jaketnya dan memakaikan pada tubuh Imelda.

"Ssstt, nggak boleh protes." kata Arga sambil meletakkan jari telunjuknya tepat dibibir Imelda yang hendak berbicara.

Jantung gw kenapa ya tuhan -Batin Imelda.

Hujan mulai mereda, dua manusia tersebut tetap bungkam, tidak ada yang berbicara.

Imelda melirik jam tangannya, oh shit! Sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam! Apa yang harus ia lakukan jika pulang nanti bertemu papahnya?.

Imelda menyingkirkan sikap gengsinya, lalu menarik nafas dalam-dalam.

"Tolong anterin gw." singkat padat dan jelas. Tentu ucapannya dia tujukan kepada Arga.

"Nah! Daritadi kek, nggak tau apa cogan digigitin nyamuk, mending kalo yang gigit cantik kayak lo." kata Arga lalu mengambil motornya yang berada di tempat Fotocopy.

"Dasar cowok tukang ngerdus." gumam Imelda pelan.

***

Tak lama kemudian, mereka berdua telah sampai didepan rumah Imelda.

"Makasih." ucap Imelda singkat.

"Eitss nggak gratis dong." kata Arga.

Imelda mengernyit bingung, ohh mungkin dia harus membayar?. Dia merogoh sakunya dan hanya menemukan uang lima ribu rupiah.

"Lo kira gw ojol neng?." tanya Arga saat Imelda menyodorkan uang tersebut.

Imelda semakin bingung, sebenarnya apa yang cowok ini inginkan??.

"Besok aja gw jelasin, sekarang gw harus nyusul Angga di tempat tadi, kasian ntar diculik wewe." kata Arga sambil cengengesan.

Motor Arga perlahan menghilang, Imelda memutuskan untuk segera masuk rumah dan tidur, takut jika besok kesiangan. Untung saja, orang rumah sudah masuk ke alam mimpi masing-masing, jadi dia tidak akan terkena omelan.

🍃🍃🍃

Terimakasih sudah membaca.
Maaf kalo makin absurd.
Vote yaaa

ImeldaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang