Hari Minggu, hari dimana kebanyakan semua orang bermalas-malasan di rumah, memanfaatkan waktu untuk beristirahat atau tidur.
Tapi tidak dengan Imelda, pagi ini dia sudah bersiap untuk jogging di sekitar kompleknya. Tidak lupa membawa handuk kecil pemberian mendiang sang nenek yang bertuliskan namanya.
Imelda keluar dari kamar, dan melihat adiknya yang sedang mengambil air minum di dapur. Entah kenapa, dia sangat malas melihat wajah Disa, adiknya.
Imelda menghela nafas, lalu dia berjalan cepat keluar rumah.
Namun tanpa disangka, saat Imelda sedang memakai sepatu, Disa menghampirinya sambil membawakan sebuah botol yang berisikan air minum.
Disa menyodorkan botol tersebut, "Nih, barangkali nanti kakak haus."
Imelda melirik sinis, tidak ada niat untuk mengambil pemberian adiknya tersebut.
"Lo pikir gw nggak punya uang? Tanpa lo kasih pun gw bisa beli sendiri, adik tersayang." jawab Imelda sarkas.
Entah kenapa, kata-kata itu yang keluar dari mulut gadis dingin tersebut. Sebenarnya, dia tahu ucapannya pasti akan menyakiti hati Disa. Tapi, Imelda tidak peduli, karena dia jauh lebih sakit hati. Dan sakitnya hati Imelda, Disa yang menciptakan.
***
"Arga bangun, ada temen kamu di depan." ucap seorang wanita paruh baya.
"Siapa sih bun? Ganggu aja." jawab Arga seraya bangun dari tempat tidurnya.
"Si Nando sama Angga, katanya kalian mau jogging bareng?." kata Raisa.
Tanpa banyak berbicara, Arga memasuki kamar mandinya. Bukan, bukan untuk mandi. Dia hanya ingin membasuhi wajahnya dan menggosok gigi.
Katanya; bau badan mah nggak masalah, masih bisa disemprotin parfum. Lah kalo mata lo ada beleknya? Gigi lo ada jigongnya? Malu dong bro kalo cewek lihat.
Iya udah pemirsa, kita iyakan saja.
***
Arga dan kedua sahabatnya berlari kecil mengitari kompleknya. Sesekali menggoda cewek yang lewat di depan mata mereka.
Setelah merasa cukup lama, mereka memutuskan untuk beristirahat di taman komplek. Nando dan Angga sedang pergi membeli minuman, sedangkan Arga? Duduk santai di bangku taman.
Matanya menjelajahi isi taman. Dilihatnya, ada tanaman berwarna hijau, orang-orang sedang berolahraga, kendaraan yang berlalu, dan seorang gadis dengan wajah dinginnya.
Tunggu! Apa?! Wajah dingin? Arga pun memutuskan untuk menghampiri gadis tersebut.
Arga duduk disebelah Imelda yang sedang mendengarkan musik melalui Headset. Tangan jahil Arga tidak tinggal diam, dia mengambil headset yang tersumpal ditelinga kiri gadis tersebut, dan memasangkan ditelinga kanannya.
Merasa terganggu, Imelda menoleh mendapati Arga yang sedang menikmati musik sambil memejamkan mata.
"Hai, kita ketemu lagi. Apa mungkin kita jodoh?." ucap Arga yang masih betah memejamkan mata.
Nggak jelas, sumpah -Batin Imelda.
Imelda rasa, itu adalah pertanyaan yang tidak perlu dijawab, dia memilih membungkam.
"Kenapa diem sih? Lo budek?." tanya Arga membuat Imelda kesal.
"Pertanyaan yang nggak perlu dijawab!." Imelda menarik headsetnya yang tersumpal ditelinga Arga dengan kasar dan berjalan cepat meninggalkan Arga.
"Oalah bro, disini lo ternyata." ucap Nando yang entah datang darimana.
"Gw tadi liat lo lagi sama cewek ya? Siapa? Shinta? Kok udah pergi gitu aja? Apa jangan-jangan lo putusin dia? Parah lo baru aj--" pertanyaan yang keluar dari mulut Angga terhenti karena tangan Arga membekap mulutnya.
"Nyerocos terus tuh mulut, kayak knalpot bocor!." kata Arga sambil melirik tajam Angga.
Arga meminum air putih yang baru saja dibelikan oleh kedua sahabatnya dengan cepat sampai tidak tersisa sedikitpun.
Parah, baru kali ini gw diketusin sama cewek!. -Batin Arga kesal.
🍁🍁🍁
Terimakasih sudah membaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imelda
Teen FictionImelda, seorang gadis dingin yang tidak peduli terhadap sekitar. Sifatnya berubah setelah insiden menimpanya saat dia berumur lima tahun. Dimana saat itu, keluarganya harus menerima takdir dan mengikhlaskan seseorang yang sangat disayangi mereka. La...