Waktu Berlalu Tanpa Mau Tahu

926 110 13
                                    

Kehidupan bergerak semakin tak menentu dan tak tahu arah tujuannya,manusia semakin sibuk dalam segala pergerakan dan segala urusan namun lupa akan sebuah pesan.

Jati diri berubah menjadi jubah metropolitan yang semakin tidak tahu diri. Tak ada lagi teman maupun kawan yang ada hanyalah kepentingan materi yang menjadi harga mati.

Itulah manusia mereka sibuk dengan dunianya sendiri,mereka sibuk dengan opininya sendiri dan mereka sibuk dengan perihal materi. Sedangkan bagaimana dengan orang-orang yang ada di bawah mereka orang-orang yang setiap harinya hanya memikirkan bagaimana hari esok apakah mereka masih tetap hidup hingga hari esok ?.

Tidak ,mereka tidak memikirkan soal materi jauh dari kata itu,mereka hanya memikirkan bagaimana caranya agar tuhan berada di pihaknya,bagaimana caranya agar dunia tidak memaksa mereka untuk menerima kejamnya dunia.

Seperti Oh sehun pria yang kini sudah berusia 17 tahun yang hidupnya masih menjadi penghuni jalanan,remaja yang sekarang bahunya sudah sekuat baja ,dan hatinya sudah setegar karang.

Mengeluh ? Rasanya sudah tidak mau lagi ia terus mengeluh sedangkan yang ia keluhkan selalu begitu saja tidak ada yang berubah. Berharap ? Pada siapa dia berharap sedangkan waktu saja berlalu tanpa mau tahu.

"Kau belum makan bukan ? Eyh lihatlah tubuhmu semakin kurus" ucap bibi pemilik kedai ramen yang dulu pernah memberinya semangkuk ramen.

"Bibi apa kau pernah mencoba untuk menyerah ?" Sehun mengalihkan pandangannya pada wanita paruh baya yang kini usianya sudah lebih dari
setengah abad ini.

Wanita paruh baya yang kerap di panggil bibi Han itu menatap mata teduh sehun ,ia tahu anak yang ada di hadapannya ini sedang tidak baik-baik saja .

"Pernah,tiga belas tahun yang lalu" bibi Han memberikan seulas senyum pada sehun .

"Kenapa ? Apa alasannya ?"

"Aku tidak punya alasan,aku masih ingat hari itu dimana keluargaku pergi untuk selamanya. Putraku satu-satunya meninggal bunuh diri karena depresi,dan di hari itu juga suamiku mengalami kecelakaan di tempat ia bekerja " wanita itu menghela nafas terasa sesak jika mengingat kejadian di masa silam.

"Bibi maaf aku tidak bermaksud membuatmu bersedih. Kita ganti topik saja" sehun memegang lengan bibi Han. Sungguh ia merasa tidak enak sekarang.

"Tidak,kau tahu saat itu aku sangat tersiksa ,aku merasa sendiri di dunia ini ,tapi dengan berjalannya waktu aku mulai bangkit dan aku berpikir jika aku tidak sendiri ada tuhan di sisiku"

"Bibi benar tuhan ada di samping kita,kenapa aku tidak pernah berpikir seperti itu ya" sehun tersenyum miris dengan keadaannya yang masih seperti ini

"Sehun bibi tahu kau sedang tidak baik-baik saja. Kau memang tidak setiap hari datang kesini tapi bibi tahu bahwa matamu menunjukan kau sedang terluka. Bibi tidak akan memaksamu untuk bercerita ,tapi bibi akan sangat senang jika kau mau berbagi masalahmu padaku"

"Aku lelah ,kau tahu selama tujuh belas tahun dunia tidak pernah baik padaku dunia tidak pernah memihakku,memikirkan ini semua membuatku sesak bibi Han " tanpa sadar sehun menangis di hadapan bibi Han ,beruntung karena kedai sudah tutup.

"Bahkan ayahku sendiri tega meninggalkan aku di depan panti asuhan seorang diri,aku bahkan masih ingat aku memanggil namanya tapi dia tidak melihatku ke belakang"

"Sehun kita sudah lama kenal tapi kenapa kau baru berbagi kesedihanmu sekarang padaku,pasti sangat berat" bibi Han memeluk sehun layaknya seorang ibu pada anaknya. Bibi han semakin mengeratkan pelukannya .

"Bibi aku tidak pernah tahu bagaimana rasanya hangatnya pelukan seorang ibu" tangis pilu sehun semakin pecah mengingat betapa malangnya takdir hidup seorang oh sehun.

AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang