4

65 8 0
                                    

"Risa?! Kenapa pakaian kamu basah?" tanya Adinda tiba-tiba terkejut karena kedatangan Risa yang berantakan. Bagaimana tidak? Hijab yang ia pakai terlihat sangat basah dan juga menimbulkan terlihatnya rambut Risa. Juga bedak yang ia pakai luntur dan juga consailer yang ia pakai. Sehingga bercak hitam terlihat pada sekitar mata dan pipinya.

"Gak pa-pa," ucap Risa lalu berjalan meninggalkan Adinda yang sedang terpaku. Risa menghentakkan kakinya saat beberapa pasang mata memperhatikannya. Risa menunduk dan menggeserkan hijabnya ke depan supaya muka buruknya tidak terlalu kelihatan. Risa juga melepaskan jarum yang mengikatkan hijabnya. Lalu melilitkan keduanya ke belakang.

Saat sudah sampai dikamarnya, Risa langsung membuka hijabnya dan langsung berganti baju. Mengguyurkan air dingin pada seluruh badan. Baru saja satu hari dipesantren sudah terkena masalah. Padahal niatnya hanya ingin bersenang-senang. Apakah itu salah?

Bebanding terbalik dengan sekolahnya dulu. Risa banyak disukai orang karena sifatnya yang terbilang ceria. Risa memiliki banyak teman yang menyayanginya, ataupun, hanya sekadar memanfaatkan.

Risa dulu sangat disukai banyak lelaki. Banyak pula lelaki yang mengucapkan padanya untuk menjadikannya kekasih. Risa selalu menolaknya mentah-mentah karena ia tidak menyukai yang namanya pacaran. Sebab, almarhumah ibunya pernah menyampaikan jika suatu saat Risa sudah dewasa, dan ada laki-laki yang mengajaknya menjadi kekasih, Risa harus menolaknya. Karena ibunya menyampaikan jika suatu hubungan tanpa adanya ikatan itu dosa-maksudnya adalah pacaran.

Setelah selesai mandi, Risa menggunakan Overall levis dengan baju krem berlengan panjang yang terdapat lipatan-lipatan kecil di ujungnya. Hijabnya ia sesuaikan dengan bajunya. Gadis itu membuka tas khusus peralatan kecantikan. Memakaikan krim muka dan juga pelembab bibir berwarna dengan tipis. Setelah itu, Risa membaringkan tubuhnya ke kasur untuk sekadar menutup mata. Rasanya sangat berbeda dari kehidupannya dulu.

Mama, Risa kangen. Tak terasa air mata keluar dari pelupuk matanya. Entah kenapa, Risa langsung dibawa menuju alam mimpi.

•••

"Memangnya Risa kenapa Din?" tanya Ustadz Fahri pada Dinda.

Setelah melihat Risa dengan keadaan basah kuyup, Adinda segera pergi untuk menemui Adam-ayah Risa. Tetapi mertuanya-ustadz Fahri bilang jika Adam sedang pergi keluar sebentar untuk melihat-lihat areal perkebunan teh.

"Gak tahu bi. Tadi Dinda lihat teh keadaannya sudah basah kuyup."

"Sebaiknya kamu pergi ke kamarnya Risa. Takutnya ada apa-apa. Nanti kalau Adam sudah pulang, Abi akan menyuruhnya buat nemuin Risa."

"Syukron Abi. Adinda pamit dulu ya, Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Setelah mengucapkan salam pada mertuanya, Adinda berlalu meninggalkan Ustadz Fahri untuk menemui Risa dikamarnya. Banyak pertanyaan datang pada sang Ustadz. Mengapa bisa baju Risa basah kuyup. Pasti ada penyebabnya. Adam bilang, jika Risa itu pernah mengalami depresi berat karena pernah kehilangan sang mama. Dua tahun Risa menjadi anak nakal disekolahannya. Risa pun pernah bergabung dengan geng-geng tidak benar disekolahannya. Sehingga itu, Adam ingin memasukkannya ke pesantren supaya dirinya bisa mengerti tatakramah yang baik. Setelah berpikir seperti itu, sang Ustadz mengucapkan istigfar beberapa kali di dalam hati.

•••

"Wah, keren banget kamu Ris! Tapi selama kamu gak ada, belum pernah ada yang meledek kak Isa seperti itu. Kayaknya bakalan seru nih!" Zala terus mengucapkan hal-hal tidak penting menurut Risa. Gadis itu terus berbicara tanpa henti memuji Risa karena bisa melawan lelaki bernama Rasyid Al-Isa.

Memangnya dimana letak kerennya? Yang ada Risa akan menjadi bahan obrolan disini! Tapi apa mungkin seperti itu? Karena ini pesantren, bukan sekolah yang pernah kamu tempati!

Risa tersenyum geli saat menyamakan perkataannya dengan Isa. Bakalan seru nih! Risa mengulang perkataan Zala tadi. Gadis itu pun tertawa terbahak-bahak memikirkan hal bodoh seperti itu. Zala mengernyitkan dahinya heran.

"Kenapa ketawa gitu? Udah kayak orang kesetanan tau gak?" ucap Zala mendudukkan bokongnya di kasur dekat Risa.

Risa menghentikan tawanya. Berlanjut menyilangkan ke dua kakinya. Lalu berkata, "Lucu aja gitu, bayangin kak Isa jadi kepiting rebus." setelah mengucapkan itu, Risa kembali tertawa sangat kencang. Menimbulkan suara nyaring pada kamarnya.

Zala menggelengkan kepalanya tidak percaya. Setelah kedatangan Risa dan menjadi teman sekamarnya, Zala menjadi banyak tertawa. Padahal, dulu ia sangat kesepian merutuki nasibnya yang malang.

Ayahnya pergi entah kemana. Sedangkan ibunya menelantarkan dirinya bersama sang kakak. Kakaknya pun ikut tinggal di pesantren ini karena mendapatkan tawaran oleh sang paman.

Zala dan juga kakaknya memiliki otak yang cerdas. Hafalan Qur'annya pun lumayan banyak. Berbanding terbalik dengan Risa. Otaknya yang hanya pas-pasan. Hafalannya pun tidak sebanyak Zala. Risa hanya mengetahui surat al-fatihan dan juga al-ikhlas. Karena pernah di dengarnya di pengajian jika ibunya mengajak Risa untuk ikut pergi mengaji. Alhasil, setelah banyak mendengar tanpa menghafal, Risa bisa tahu dengan sendirinya.

"Oh iya, aku lupa. Mau ke masjid dulu." ucap Zala lalu berdiri ingin meninggalkan Risa.

"Mau kemana?" tanya Risa ingin mengikuti Zala pergi kemana.

"Ke masjid. Hari ini giliranku bersih-bersih masjid."

"Sendirian? Capek dong,"

"Ya nggaklah. Sama banyakan."

"Ikuut,"

"Ada kak Isa lho,"

"Ah, gak jadi ikut."

"Kenapa gak jadi?"

"Males."

Tawa Zala kian pecah saat mengingat kejadian tak enak siang tadi. Karena tidak mau terlambat, Zala membuka pintu lalu pergi ke masjid untuk menyelesaikan urusannya.

Setiap minggu, sudah menjadi tradisi penting bagi pesantren Al-Mau'idhotul Hasanah untuk melakukan kegiatan bersih-bersih masjid. Setiap santri mendapatkan tugasnya secara adil. Jika tidak ada yang hadir, maka santri itu akan mendapatkan hukuman berupa setoran hafalan dua kali sekaligus. Setiap minggu pula para santri akan menyetorkan hafalan pada gurunya masing-masing. Maka, terjadilah kekeluargaan yang sangat kental di pesantren ini.

Risa belum tahu bahwa di pesantren ini ia akan menyetorkan hafalannya. Entah mengapa, otak Risa sangat susah untuk menghafalkan sesuatu yang menurutnya sulit. Bahkan Risa belum bisa membaca Al-Qur'an sedikitpun. Pembacaannya selalu banyak yang salah. Jika Risa ikut mengaji bersama ibunya, pasti Risa akan di suruh untuk mengaji dihadapan para ibu-ibu. Nafas Risa banyak terhenti jika sudah membacakan kitab suci. Dirinya pun jarang melaksanakan ibadah solat. Mungkin, ini efek dari kelebihan manja dan juga depresi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 07, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IRIS || CRPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang