3

47 8 0
                                    

"Kak Dinda," panggil Risa merengek pada Adinda.

"Kenapa Risa?" tanya Adinda. Mereka berdua sedang berada dikamar baru Risa. Membereskan seluruh barang-barang milik Risa. Adinda membantu Risa untuk menyimpan semua pakaian yang ada di koper ke lemari.

"Bosen!" Risa berucap sambil berguling-guling di atas ranjang seperti anak kecil. Kamar ini memiliki dua ranjang. Yang satu untuk Risa. Dan yang satunya lagi untuk...

"Assalamualaikum," salam seorang perempuan. Ia agak sedikit terkejut saat melihat Risa. Sedangkan Adinda yang sudah selesai membereskan pakaian Risa tersenyum.

"Waalaikumsalam." jawab Adinda.

Risa masih dengan keadaannya yang tengkurap. Ia membuka hijab yang menutupi rambutnya.

Waalaikumsalam jawab Risa dalam hati.

"Kalau ada yang ngucapin salam itu dijawab bukannya diam." ucap perempuan itu. Sepertinya dia teman sekamar Risa.

Risa mendongak menatap perempuan itu. "Udah. Dalam hati yang tenang." jawab Risa ogah-ogahan. Perempuan itu berdecak.

"Udah jangan berantem. Risa, ayo ke rumah. Papa kamu pasti udah nungguin."

Risa memakai kembali hijabnya. Ia melangkahkan kakinya gontai. Risa berjalan mendahului Adinda.

"Ya udah Zala. Kamu harus sabar sama sifatnya Risa. Jangan saling adu mulut jika kalian sudah tinggal bersama. Kakak pergi dulu ya? Assalamualaikum."

"Iya kak. Waalaikumsalam."

Adinda berangsur pergi meninggalkan Zala sendiri. Gadis itu masih tak percaya dengan penglihatannya. Padahal yang Zala inginkan saat berada di pesantren ini adalah mendapatkan kamar untuk dirinya sendiri. Sepertinya keinginannya tidak akan terwujud karena ada Risa si penghuni pesantren baru.

Zala menerimanya dengan ikhlas. Tak apalah. Mungkin ini yang terbaik untuknya.

•••

"Eh, kak Dinda. Itu lagi pada ngapain?" tanya Risa melihat sepuluh orang laki-laki dan lima orang perempuan sedang bekerja sama untuk menangkap ikan di kolam. Mereka terlihat sedang mengumpulkan ikan hasil tangkapannya masing-masing. Risa merasa geli saat melihat banyak ikan yang menggeliat-meloncat-loncat dari kolam besar dan juga wadah dari kayu yang besar.

Laki-laki yang turun untuk menangkap ikan, sedangkan perempuan mewadahi ikanyang dibawa oleh laki-laki. Sepertinya mengasikkan.

"Oh, itu. Mereka lagi nangkap ikan buat makan malam. Setiap hari ada yang kebagian tugas. Kayak sekarang." jawabnya sambil memperhatikan mereka.

"Enak dong makan ikan tiap hari. Risa suka sama ikan! Kata Mama, kalau makan ikan bisa cepet pinter. Mama sering buatin Risa olahan dari ikan. Tapi semenjak Mama gak ada, Risa jadi jarang makan ikan." jelas Risa terlihat sedih seperti ingin menangis sambil memperhatikan mereka yang sedang bekerja keras untuk mendapatkan ikan. Ikan itu sangat lincah dan banyak. Lama-lama, Risa merasa jijik melihatnya.

Adinda melihat ke sisi Risa. Terlihat dari raut wajahnya, Risa ingin menangis, tapi gadis itu menahannya. Adinda menepuk bahu Risa pelan. Risa menatap Adinda yang sedang tersenyum.

"Kayaknya kamu harus nyobain deh rasanya nangkap ikan," ucap Adinda menenangkan. Wahh, sepertinya Risa berhasil mengsiasati Adinda. Tangannya sudah gatal karena ingin memegang ikan yang berada di kolam. Jumlahnya sangat banyak. Mungkin ratusan. Atau mungkin ribuan.

IRIS || CRPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang