Genre : Romance.
Rating : T+
By OrentjiiApa yang ada dalam sebuah kesatuan tidak bisa berjalan sendiri-sendiri. Sebuah kesatuan akan memohon agar melangkah selaras dan seirama. Namun, tidak dengan dua gugus peran yang bersinggungan dalam satu garis waktu dan kecepatan yang berbeda. Mungkin karena mereka yang tak mampu menyesuaikan diri. Sebab penyesuaian tidak pernah berjalan mulus, gesekan akan selalu meninggalkan luka.
Hujan tengah menumpahkan elemennya dari langit, mengguyur semua peristiwa yang sedang terjadi. Mengguyur mobil yang berisikan dua potong kejadian yang sedang saling mengirim makna.
"Aku rasa, kita harus undur pernikahan kita."
Satu kalimat yang terucap begitu tenang seperti tanpa penyesalan mampu membuat salah satu dari dua gugus itu mematung. Menatap tak percaya pada lelaki berkemeja hitam yang tengah fokus menabrak hujan.
"Kenapa? Undangannya udah kita sebar Kak." Lirihnya sambil meremat ujung kemeja hitam milik si pengemudi.
Tiba-tiba mobil mereka dibawa menepi di jalan perumahan yang sepi. Si pengemudi mengusap wajahnya kasar, kemudian menatap figur yang lebih kecil yang kini tengah menunduk takut-takut.
"Kakak tau Felix, tapi Ayah Kakak baru aja meninggal. Gak mungkin kita menikah di suasana kaya gini." Jelas yang lebih tua, tangannya mengelus surai halus lelakinya.
Felix mengalihkan pandangannya ke jendela yang dipenuhi jejak hujan. Matanya berkaca-kaca tapi sekuat mungkin dia tahan agar tidak menangis. Setidaknya tidak sekarang, tidak di hadapan calon suaminya.
"Aku ngerti Kak, tapi rasanya gak mungkin kalau kita nunda-nunda melulu. Ini bukan pertama kalinya, aku gak bisa bayangin reaksi keluarga aku nantinya." Jelas Felix tanpa menatap pria yang kini memerhatikannya dengan sorot sendu dan menyesal.
"Kamu jangan egois, jangan kekanakan Felix. Aku yang akan jelasin ke orang tua kamu. Mereka pasti ngerti keadaan aku yang la—"
"Gak usah Kak. Kayanya kita emang gak jodoh, kalau selama ini Kakak cuma main-main lebih baik kita udahan aja." Ujar Felix sedikit bergetar, refleks lelaki yang lebih tua membalikan tubuh Felix dan membawanya ke dekapannya.
"Jangan ngomong gitu sayang, Kakak janji bulan depan kita menikah. Kita undur cuma sampai bulan depan."
Felix mendorong tubuh besar yang mendekapnya, mengusap air mata yang turun kurang ajar di pipi putihnya. Menatap nanar lelakinya dengan sorot kecewa.
"Jangan egois Kak, pikirin juga perasaan aku. Aku tau Kakak lagi berduka sekarang, tapi jangan jadiin ini alasan buat Kakak nunda semuanya lagi. Aku capek Kak! Dari dulu Kakak cuma bisa janji doang! Kalau kaya gini, kita batalin aja!" Felix tanpa sadar berteriak pada lelakinya. Air matanya berderai-derai, membasahi wajahnya seperti hujan yang menyapa bumi.
"Jangan kekanakan Lee Felix!" Desis yang lebih tua sambil mencengkram kasar rahang Felix. Namun, melihat mata yang berkaca-kaca itu membuatnya tidak tega. Ia langsung melepas cengkramannya dan beralih mengelus pipi yang bertabur bintang itu, mendaratkan ribuan ciuman pada wajah Felix lalu beralih memagut bibir merah muda yang sedikit bengkak akibat gigitan si manis yang menahan isakan.
"Maaf," ucapnya sambil menatap Felix dalam-dalam. "Jangan pergi." Kemudian memeluknya erat, seakan longgar sedikit sosok ini akan menguap kemudian hilang.
"Kak Minho gak ngerti, aku capek Kak!" Gumam Felix yang terdengar jelas di telinga yang lebih tua. Pelukan itu semakin erat, hingga hujan benar-benar sudah menguap lagi ke langit.
Nalar selalu bertentangan dengan naluri. Logika selalu kalah dengan kata hati. Felix sangat mencintai Minho, berulang kali mereka merencanakan pernikahan dan berulang kali juga Minho selalu punya alibi untuk lari dari janjinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/199283018-288-k376455.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BONNE FÊTE • HAREM!FELIX
Fanfiction•×• 5TH COLLABORATION PROJECT •×• Harem!FELIX; Uke!FELIX Oneshoot • T - M [WARN! NC SCENE INCLUDED! MATURE CONTENTS! 18+ REQUIRED!] • Various Genre YAOI! STRAY KIDS IN YOUR AREA! DON'T REPORT OUR BOOK! PLEASE GO AWAY IF YOU HATE IT!