BAB 2

7.8K 228 2
                                    


HAPPY READING***

_____________________

Hari itu terasa seperti hari-hari lainnya di kantor, penuh dengan tugas yang menumpuk dan tenggat waktu yang mendekat. Dara kini tengah duduk di mejanya, menatap layar komputer dengan mata yang tampak kosong. Semua seolah berjalan otomatis, setiap klik dan ketikan terasa seperti rutinitas yang tidak berujung. Namun, saat dia berusaha fokus pada pekerjaan, pikirannya tiba-tiba terganggu oleh sesuatu yang tak terduga.

Sebuah email masuk ke kotak masuknya dengan subjek yang tidak dikenalnya. Dara membuka email itu dengan hati-hati, mencoba untuk menenangkan diri dari rasa curiga yang tiba-tiba muncul. Di layar, tertulis pesan singkat namun memicu kekacauan dalam pikirannya.

'Dara, saya ingin berbicara dengan Anda. Ada beberapa hal yang perlu kita diskusikan mengenai masa lalu Anda. Saya akan menunggu di tempat biasa. –S'

Dara merasa jantungnya berdegup kencang. Nama pengirim tidak dikenal, tetapi sebaris kalimat dalam email itu memicu kekhawatiran yang mendalam. Tempat yang dimaksud dalam email adalah sebuah kafe kecil yang terletak di pinggiran kota, tempat di mana dia pernah beberapa kali bertemu dengan orang-orang dari masa lalu yang tidak ingin dia ingat.

Rasa panik menyebar ke seluruh tubuhnya. Dara mencoba untuk mengingat kapan terakhir kali dia berada di kafe itu, dan kenangan yang muncul membuatnya menggigil. Itu adalah tempat di mana dia sering dibicarakan dan diperhatikan, tempat di mana kekerasan dan pemerasan dimulai dari paman dan bibinya. Ketika dia akhirnya mampu mengusir kenangan-kenangan itu, dia merasa seolah dinding yang kokoh di sekeliling dirinya mulai runtuh.

Dara merasa tercekik, seolah udara di sekelilingnya menjadi terlalu tipis. Dia berdiri dengan tangan gemetar, berusaha untuk menenangkan diri dan mengatur napas. Setiap detak jantungnya terasa seperti pukulan drum yang menggemuruh di telinganya. "Tenang, Dara," bisiknya pada dirinya sendiri. "Ini hanya email. Hanya sebuah pesan."

Namun, meskipun dia berusaha untuk meyakinkan dirinya sendiri, kepanikan tetap menguasai. Dia merasa gelisah dan tidak bisa fokus pada pekerjaannya. Setiap kali dia mencoba untuk kembali bekerja, gambar-gambar dari masa lalunya muncul kembali, membanjiri pikirannya dengan ketidakpastian dan rasa takut yang mendalam.

Dara memutuskan untuk pergi ke kafe tersebut, meskipun setiap langkah menuju sana terasa seperti langkah menuju kegelapan yang tidak diketahui. Di luar kantor, hujan mulai turun, membuat jalanan menjadi licin dan basah. Dara berjalan dengan cepat, tidak peduli dengan cuaca, hanya fokus pada tujuannya.

Setibanya di kafe, Dara berhenti sejenak di pintu, mengumpulkan keberanian sebelum masuk. Suasana kafe yang akrab dan nyaman tiba-tiba terasa asing dan menekan. Dia melihat sekeliling, berharap tidak menemukan siapa pun, tetapi pada saat itu, dia melihat seorang pria duduk di sudut kafe, menunggu.

Dara menarik napas dalam-dalam dan melangkah masuk, menuju meja di sudut. Setiap langkah terasa berat, dan dia merasakan gemetar di seluruh tubuhnya. Ketika dia mendekat, pria itu mengangkat kepalanya, dan mata mereka bertemu. Dara merasa ada sesuatu yang dikenalnya dalam tatapan pria itu, tetapi dia tidak bisa segera mengingatnya.

Pria itu tersenyum dingin dan berkata, "Dara, akhirnya kamu datang. Saya tahu ini mungkin sulit, tapi kita perlu berbicara."

Dara duduk di hadapannya, berusaha untuk tetap tenang. Setiap kata yang diucapkan pria itu terasa seperti memicu kembali kenangan-kenangan yang terkubur dalam dirinya. Rasa takut dan kepanikan semakin memuncak, membuatnya merasa seolah terjebak dalam pusaran ketidakpastian. Hujan di luar semakin deras, seperti menggambarkan kegelisahan yang dirasakannya.

Dia mencoba untuk mengendalikan napasnya, merasakan denyut jantung yang terus berdebar kencang. Ketika pria itu mulai berbicara, Dara merasa seperti terhanyut dalam badai emosional yang tidak bisa dia kontrol. Dengan setiap kalimat yang diucapkan, rasa panik dan ketakutan yang telah lama tersembunyi kembali menguasai dirinya, dan dia berusaha keras untuk tidak tenggelam dalam lautan perasaan yang mencekam itu.


________________

Maaf typo masih bertebaran🙏🙏🙏
Makasihh ya udah bacaa🫶💫
Vote nyaaaa💫💫

Dara: Menyusutnya Sinar MentariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang