U N O

59 8 1
                                    

Selamat malam, dan selamat membaca~

❤❤❤

"God. Gue telat, gue telat. Mampus gue, masa berurusan lagi sama bapak berkumis sih."

Tanpa memperdulikan bagaimana penampilan nya saat ini, Sheana Haradika Putri terus mengobrak-abrik meja belajar nya. Itulah Hara, tak tahu waktu. Jika anak yang rajin akan menyiapkan bukunya dimalam hari setelah belajar. Beda dengan Hara, yang akan menyiapkannya dipagi hari.

"WOI NDEK, CEPETAN DONG. NANTI GUE IKUTAN TELAT."

Suara teriakan dan ketukan pintu yang keras membuat Hara terlonjak kaget. Tanpa menjawab, Hara kembali mencari satu buku yang belum ketemu. Hampir seluruh isi meja belajar sudah berserakan dilantai. Ditambah dengan kasur yang belum ia bereskan. Menambah suasana kacar dikamar nya.

"WOI—"

"BENTAR DONG! SABAR! GUE LAGI NYARI BUKU MTK GUE NIH. LIMA MENIT LAGI!"

Tak mendengar jawaban dari balik pintu, Hara kembali mencari nya. Kali ini dibawah kolong meja dan tempat tidur yang memang belum di cek oleh nya.

Lima menit berlalu.

Hara tak menemukan nya. Buku matematika nya hilang. Dengan kasar, Hara langsung mengambil tas pink nya sambil menguncir asal rambut nya. Hatinya sudah mengumpat kasar pada siapapun yang sudah mengambil atau meminjam bukunya tanpa sepengetahuan dirinya.

"Awas aja kalo gue tau tuh yang ngambil, gue sleding tuh bocah."

Hara langsung menutup pintunya dengan kasar. Hening. Itulah yang menggambarkan suasana rumah nya saat ini. Orang yang menggedor pintunya tadi sudah hilang entah kemana.

"Sial. Gue ditinggal."

***

Hara menghentakan kakinya kesal saat belum ada satu pun angkutan umum yang berhenti tepat didepannya. Sekarang sudah pukul tujuh lewat tiga menit. Sedangkat gerbang sekolah akan ditutup tepat jam tujuh lewat lima belas menit. Sial sekali pagi ini. Buku matematika nya hilang, ditambah dengan Aldi –kakaknya- yang memilih meninggalkan dirinya seperti ini. Hara berjanji, akan memberikan kakaknya itu balasan yang setimpal.

"Please, please abang angkot cepetan dong." Gerutunya khawatir. Pasalnya Hara sudah pernah telat sampai empat kali. Tidak mungkin di menambah nya lagi kan?

Tin tin tin

Suara klakson motor mengalihkan pandangan Hara dari ponsel nya. Disana, diatas motor sport warna merah duduk seorang laki-laki dengan perawakan yang tinggi. Hara mendengus, tatkal mengetahui siapa pemilik motor merah itu.

"Woi bocil, cepet naik lo."

Hara tak memperdulikan kata perintah itu. Kepala masih setia menoleh ke kanan kiri guna memastikan adanya angkutan umum. Namun sial, tetap tidak ada satu pun yang muncul.

"Cepet. Gak usah mikir. Nambah telat lo bego."

Hara mendelik mendengar kata terakhir yang diucapkan lelaki itu.

"Bodo amat." Ucap nya ketus.

Hara melangkahkan kakinya menjauhi motor tersebut. Sedangkan pemilik motor tersebut yang bisa menggeleng kesal saat tawarannya ditolak.

"Oh pasti lagi ngode buat digendong nih bocil."

Seringai geli muncul di bibir lelaki itu. Melepaskan helm nya kemudian langsung turun utnutk mengejar Hara yang sudah mulai jauh. Tanpa aba-aba, dirinya langsung menggendong Hara ala bridal style menuju ke arah motornya berada.

WHAT SHOULD I DO???Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang