7. Bukan Gadis Beruntung

4.2K 461 202
                                    

"Kita akan datang ke acara makan malam keluarga Dallas. Di sana akan banyak tamu. Tugasmu adalah berpura-pura jadi pacarku," jelas Edgar dalam perjalanan mereka.

Well, kini terjawab sudah untuk apa Edgar meminta Sabrina me-make over Calla sampai penampilan Calla terlihat seperti selebriti Hollywood. Hanya untuk memamerkan Calla pada sang mantan. Keluarga Dallas adalah keluarga mantan tunangan Edgar.

"Kau membayarku untuk memata-matai Dante. Bukan untuk jadi pacar palsumu." Calla meyilangkan kedua tangan di atas perut ratanya hingga mengangkat dan mengekspos hampir sebagian dadanya yang tidak kecil tapi juga tidak besar.

Edgar menoleh ke samping ke arah Calla. Dalam cahaya temaram, tanpa sengaja pandangannya menemukan belahan dada Calla yang menggoda. Ia pun segera mengembalikan pandangannya ke arah jalanan yang cukup ramai kendaraan.

Goddamnit! Aku merasa seperti seorang bajingan sekarang, umpat Edgar dalam hati. Darahnya tiba-tiba memanas dan syaraf-syarafnya mulai menegang. Ia bahkan harus memegang kemudi lebih erat untuk menyembunyikan ketegangan dalam dirinya.

"Aku akan membayarmu lagi. Dasar materialistis!" seru Edgar berlagak pongah.

"Memang seharusnya begitu. Beda job, beda bayaran." Calla menandaskan.

"Apa yang ada di otakmu hanya uang?" tanya Edgar dengan ketus.

"Untuk orang-orang sepertiku, iya. Yang aku pikirkan setiap hari, setiap detik, adalah uang. Apakah hari ini aku dan Caleb bisa makan atau tidak, bagaimana kami bisa membayar sewa, membayar tagihan listrik, air, gas, dan yang lainnya. Semua itu yang selalu kupikirkan. "

"Oh, come on, Cal! Apa tidak ada yang lainnya? Teman-temanmu, contohnya?"

Calla menoleh ke arah Edgar dan memandangi pria itu. "Kau sedang bertanya pada gadis yang menggantungkan hidupnya menjadi pelayan bar. Hidupku sudah rumit tanpa memikirkan mereka. Oh, kecuali Kelly."

"Aku tidak tahu sesulit itu hidupmu."

"Bohong," tepis Calla, "kau sudah menyelidikiku. Kau bahkan tahu nomor jaminan sosial dan nomor rekeningku."

Edgar tidak merespons dugaan Calla. Ia tetap berkonsentrasi ke jalan.

Hampir dua puluh menit berada dalam atmosfer ketidaknyamanan, mereka akhirnya tiba di kediaman keluarga Dallas. Deretan mobil mewah dan beberapa limosin tampak sudah memenuhi pelataran rumah besar tersebut. Edgar tidak sabar ingin cepat-cepat keluar dari mobilnya tapi Calla menahan. Calla meraih tangan Edgar, lalu menariknya dengan kuat hingga tubuh Edgar secara otomatis berbalik menghadapnya. Bukan hanya itu, wajah mereka pun berhadapan dan berjarak sangat dekat, hanya beberapa sentimeter saja. Tatapan keduanya saling bertaut. Tanpa disadari denyut aneh mengalir dengan cepat ke setiap nadi Calla. Namun, Calla segera mengembalikan kendali dirinya.

"Apa yang harus aku katakan pada orang-orang di dalam sana? Mereka pasti orang-orang berkelas. Edgar, aku gugup sekali," ucap Calla.

Ups. Edgar hampir saja salah paham dengan tindakan impulsif Calla. Ia sempat berpikir Calla menginginkan sesuatu seperti ... menciumnya. Namun, akhirnya Edgar menertawakan sendiri sangkaan konyolnya dalam hati.

"Kita berakting natural saja. Oke?" cetus Edgar.

"Oke."

Calla dan Edgar berjalan bergandengan tangan masuk ke ruang jamuan makan malam keluarga Senator Dallas. Ruangan bergaya modern klasik yang didominasi warna putih, krem, dan cokelat itu tampak mewah dan elegan. Lampu gantung kristal di atas, di tengah-tengah, meja makan panjang serta gorden berlapis berwarna putih dan krem menambah kesan eksklusif. Menghitung jumlah kursi yang mengelilingi meja makan, Calla yakin semua tamu undangan Senator Dallas adalah orang-orang terdekat mereka.

The Love ParadoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang