I

4K 484 47
                                    

"Sialan!"

Jaehyun menutup kedua telingannya ketika vas itu membentur dinding di belakangnya. Air mata sudah mengalir dari kedua sudut matanya, bibirnya mengeluarkan isakkan-isakkan kecil. Ia sudah tidak tahan lagi dengan semua yang baru saja terjadi di sekitarnya. Dimana seorang iblis menampilkan wujid aslinya dan menjadi monster yang hendak menyakitinya.

Jaehyun tidak paham. Ia tidak paham sama sekali.

Seingatnya, Nakamoto Yuta bukanlah orang yang seperti itu. Saat pertama kali bertemu pun, Jaehyun melihat senyumnya. Ia bahkan mendengar tutur katanya yang lembut. Bahkan setelah dirinya menjalin kasih dengan si pemuda Osaka itu, Jaehyun tidak pernah ingat kalau Yuta pernah berkata kasar atau memukulnya.

Malaikatnya memotong sayapnya untuk menjadi iblis. Yuta mengganti cintanya dengan obsesi, dimana Jaehyun hanya miliknya, bahkan Jaehyun sendiri tidak dapat memiliki dirinya sendiri.

Dan ketika Jaehyun melangkah sedikit pun keluar dari zonanya, maka tubuh itu akan mendapat luka baru -entah cambukan, pukulan, atau sayatan, biarkan saja benda-benda di sekitar mereka terpilih secara natural menjadi alat siksa.

"Jung Jaehyun, kau pikir aku tidak tahu kalau kau membohongiku, hah?!"

Tubuh Jaehyun yang mengurus sudah memberi sinyal takut. Ia bergetar, air mata sudah membasahi wajahnya dengan sempurna. Isakannya semakin keras kala Yuta menarik paksa surai kelamnya lalu membantingnya ke ranjang begitu saja. Jaehyun tidak tahu apa yang terjadi, tiba-tiba saja kaus yang ia gunakan terkoyak begitu saja.

Tubuh bagian atasnya terekspos, menampilkan luka lebam dan bekas sayatan dimana-mana. Jaehyun berusaha menahan tubuh Yuta untuk tidak menindihnya, ditanggapi geraman marah si pemilik tubuh.

"Jangan... Aku mohon, Hyung..."

Dan di detik berikutnya yang ia rasakan hanyalah sakit, sakit dan sakit. Yuta menambah luka baru ditubuhnya, tanpa peduli Jaehyun sudah menjerit minta ampun. Iblis bernama obsesi menutup telinga dan matanya, membutakannya sepenuhnya.

Namun sensasi lain mulai menyelimuti tubuhnya. Hangatnya sebuah dekapan membuat matanya terbuka lebar. Mulutnya terbuka untuk menarik oksigen yang terengut entah bagaimana.

Ia mendongak, ia tidak melihat Yuta, melainkan sosok lain. Tubuhnya lebih besar dari Yuta, pelukannya mampu menghangatkan seluruh tubuhnya.

"Kau bermimpi buruk," ujarnya. Ia mengusap rambut Jaehyun, mungkin memberi ketenangan padanya yang tidak bisa tidur agar lebih tenang.

Jaehyun tidak peduli lagi. Ia menenggelamkan wajahnya pada dada bidang sosok itu, membiarkan sosok itu memberikan usapan lembut di sekitar rambut dan punggung. Saat itulah, Jaehyun tidak bisa menyembunyikan isakkannya lagi.

"Aku takut..."

"Aku akan menjagamu. Tidurlah, sekarang sudah sangat malam."

Mendengar itu, entah bagaimana Jaehyun merasa bebannya sedikit terangkat. Isakkan itu perlahan berubah menjadi dengkuran halus -menandakan kalau dirinya telah kembali ke alam mimpi.

Padahal Jaehyun tidak tahu nama si pria, tapi pria itu sudah dengan lancang menenangkannya.

וו×

Jaehyun terbangun di kamar serba putih itu sendirian. Ia tidak bisa menemukan pria -yang seingatnya- sempat mendekapnya itu. Dengan sangat hati-hati ia turun dari ranjang. Tubuhnya masih terasa sakit, tapi ia memaksakan diri untuk bangkit dan mencari keberadaan pria itu.

Ia membuka pintu kamar. Saat ini ia berada di sebuah kondominium yang luasnya bisa dikatakan cukup besar, sehingga butuh beberapa langkah ekstra baginya untuk dapat melihat dapur dimana suara-suara seperti pisau yang beradu dengan talenan atau bunyi minyak yang di atas panci.

1004 || JohnjaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang