VIII

2.1K 303 27
                                    

Jaehyun sudah berkali-kali dengar kalau Nakamoto Yuta, mahasiswa urakan dari Jurusan Sejarah Murni itu sebenarnya sakit, tapi ia tidak tahu dengan pasti sakit macam apa yang menggerogotinya. Karena jujur saja, Yuta terlihat begitu sehat, hanya terlihat sedikit nakal dengan rambut merah panjang yang sering dikucir itu. Berbeda dengan Jaehyun, mahasiswa baru dengan kacamata bulat ala Harry Potter, surai mahoni yang sedikit ikal, berponi, dan tertata rapi. Tipikal anak baik-baik yang senang menghabiskan waktu di perpustakaan.

Dan memang, di sanalah pertama kali mereka bertemu.

Jaehyun ingat sekali dengan suara karismatik itu mengomentarinya yang terlihat sibuk dengan tugasnya. Sosok itu entah bagaimana sudah duduk di depannya dengan dagu yang ditopang telapak tangan, tak terlihat ada buku di sekitarnya. Kesan pertamanya memang kurang bagus, dimana Jaehyun –dengan kepalanya yang mengepul panas karena kelamaan dipakai— diganggu begitu saja. Dan ya, memang benar Jaehyun sedang kerepotan dengan tugasnya. Ada tiga mindmap mengenai sejarah Korea dan Jepang, proposal program kreativitas mahasiswa yang seharusnya dikerjakan dengan rekan sekelompoknya, ditambah ia akan menghadapi ujian Tata Bahasa besok.

"Aku memang kerepotan," cicit Jaehyun. Matanya nyalang menatap pemuda yang belum ia kenali itu dengan tatapan memohon agar ia pergi meninggalkannya sendiri. Jaehyun dengan segala sikap tidak enakannya tidak berani mengusir orang itu dengan kata-kata, biarkan aja matanya yang bermain.

Namun bukannya ditinggal, pemuda itu malah terkikik gemas. Mungkin gemas melihat Jaehyun yang terlihat seperti anak anjing yang kehujanan. Ia meraih satu mindmap yang baru jadi setengahnya, membaca judulnya dalam hati, lalu mendecakan lidah –seakan meremehkan tugas Jaehyun.

"Kau tahu," ujarnya lagi. Ia kembali menaruh kertas itu di atas meja. "Aku ini dari Jurusan Sejarah dan juga berasal Jepang. Aku bisa membantumu mengerjakan tugasmu, setidaknya yang mindmap-nya."

Mendengar itu Jaehyun mengangkat sebelah alisnya bingung, lalu menggelengkan kepalanya sembari menarik senyum ramah. "Aku bisa melakukan tugasku. Terima kasih banyak."

"Kau yakin?"

Dalam hatinya yang paling dalam, sesungguhnya Jaehyun tidak yakin. Saat ini, rasanya ia ingin menangis saja, tapi, toh, tugasnya tidak dapat diselesaikan dengan air mata. Jadi, hanya senyuman palsu saja yang bisa ia berikan saat itu. Ia juga tidak bisa membiarkan tugasnya dikerjakan oleh orang asing begitu saja. Apalagi dengan orang yang mencurigakan sepertinya.

"Aku yakin."

Dan sekali lagi, hanya kekehan yang bisa ia dengar saat itu. Pemuda asing itu pun mengeluarkan kertas dan tempat pensil dari tasnya. Tangannya mulai tergerak membuat sesuatu, sesekali matanya melirik mindmap yang baru jadi setengahya.

Jaehyun berusaha acuh. Orang itu hanya iseng, pikirnya. Tanpa berpikir yang lain-lain, ia kembali fokus mengerjakan tugasnya dan membiarkan orang itu dengan urusannya. Selang berapa waktu, Jaehyun sadar kalau orang itu sudah tidak berada di tempatya --hebat, ternyata Jaehyun sefokus itu pada tugasnya.

Manik obsidian Jaehyun membola saat itu juga, menyadari kalau pria itu meninggalkan tiga buah sketsa mindmap yang tinggal Jaehyun tebalkan dan hias. Di sebelahnya, terdapat sobekan kecil dengan tinta hitam. Isinya menarik atensi Jaehyun sepenuhnya.

Aku tidak pandai menggambar, jadi, sisanya biar kamu saja yang menghiasnya. Semoga nilainya bagus.

Kau bisa berterima kasih ke nomor ini +82140297XXXX

— Nakamoto Yuta

Nakamoto Yuta.

Untuk sejenak, Jaehyun hanya bisa menatap kertas itu sembari membolak-balikan buku sejarahnya untuk memastikan yang ditulis di sana tidaklah salah. Orang yang bernama Nakamoto Yuta itu benar-benar cerdas, Jaehyun tidak percaya kalau orang itu membuat mindmap tanpa melihat ke buku sama sekali.

1004 || JohnjaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang