Prolog

45 4 0
                                    

Baru aja naik kelas XI. Aku sudah melihat sesuatu yang aneh. Gathran, sekarang lagi memasang ember dan tali di atas pintu kelas XI IPA 6. Aku tidak tahu dia itu mau apa.

Nama lengkapnya Rafa Al Gathran. Kelas XI IPS 3, kelas yang cukup tinggi di kalangan anak IPS. Dulu, dia kelas X IPS 6, kelas terendah di IPS. Aku tidak tahu kenapa dia bisa meningkat drastis gitu padahal jarang belajar. Akhir kelas X dulu, dia pernah pinjam buku catatanku tanpa izin. Padahal kami beda jurusan. Aku tidak tahu apa yang dilakukannya pada bukuku itu. Untung saja dia mengembalikannya, kalau tidak mungkin sekarang dia tidak ada di sekolah.

Dia sadar akan kehadiranku dan langsung melambaikan tangannya padaku di tengah 'pekerjaannya'. Aku membalas lambaiannya.

Beberapa menit kemudian, dia selesai menggantung ember di atas pintu. Aku jadi penasaran. Apa yang akan terjadi pada ember tersebut.

"Rania! Lagi ngapain?" Seseorang datang dari arah belakang dan sedang memegang pundak kananku.

"Liatin Gathran," Jawabku tanpa menatap orang yang bertanya.

"Oh, suka ya sama dia," Ujarnya lagi.

"Gak mungkin!" Balasku tegas kemudian menatap wajah orang itu. Rupanya dia adalah Naura. "Cuman lagi liatin tingkahnya, kok."

"Oh~ tingkahnya doang,"

Adyla Rafa Naura ayu, penyanyi cilik yang sudah membuat banyak lagu. Aku sendiri tidak tahu berapa banyak album yang sudah dia buat. Dia kelas XI IPA 3.

"Woy, Iky! Keluar lu!" Seru Gathran sambil tersenyum lebar. Seruannya itu membuat para siswa yang berlalu lalang berhenti dan mengamatinya.

"Apa sih, Gath?" Seseorang dari kelas IPA 6 keluar.

Gathran yang sedari tadi memegang tali, sekarang melepasnya. Seketika, ember tersebut jatuh tepat di atas kepala orang yang keluar tadi. Rupanya, ember tersebut berisi debu yang entah darimana dia dapatkan.

"Lain kali, jangan coba-coba iseng ke cewek. Masukin pasir ke sepatu sama tasnya. Udah dihukum, tetep aja." Ujarnya.

"Sialan lu, Gath! Liat aja gua bales ntar!" Seru orang tadi.

Gathran mengambil ember di kepala orang itu dan meraih sesuatu di saku celananya. "Kayaknya gak mungkin dah," Dia menghantamkan sesuatu yang diambilnya tadi ke kepala orang itu. Putih dan kuning telur seketika mengucur dari kepala orang tadi. "Karena, lu gak mungkin ngebales gua kalau udah gini," Dia tersenyum penuh kemenangan.

Orang tadi tidak bergeming sama sekali. Dia merapatkan mulutnya dan menutup matanya, mungkin takut cairan bening itu masuk ke mata atau mulutnya. "Maafkan aku," Gumamnya.

"Sampai di situ saja, Rafa Al Gathran." Ketua OSIS tiba-tiba muncul dari arah depanku. Itu sedikit membuatku terkejut.

"Gak usah pake nama lengkap juga. Aneh tau," Ujar Gathran.

"Rizky Aditya Putra, hari Senin di minggu pertama sekolah saat jam istirahat pertama meminta maaf atas tindakannya beberapa bulan lalu," Ketua OSIS itu memegang sebuah kotak yang sepertinya sebuah kotak perekam.

Dia mendekati orang itu dan menyodorkan kotak itu padanya, "Rizky Aditya Putra, berjanji tidak akan mengulangi tindakan yang telah saya lakukan beberapa bulan lalu kepada seorang siswi. Sekian." Ujar orang itu. Setelah itu, Ketua OSIS mematikan kotak itu dan meletakkannya di saku rompinya.

"Aku cukup terkejut kau mengerti alurnya. Baguslah, sepertinya kau sering melihat pengakuan dari murid yang dulu juga melanggar."

"Permisi, Ketua OSIS." Ujar Rizky dan langsung pergi. Dia menyelip di antara kerumunan yang terlihat terhibur.

"Terima kasih atas kerja samanya," ujar ketua OSIS pada Gathran.

"Iya, iya. Lagipula, gua lakuin ini karena kesel juga sama dia yang gak kapok-kapok." Balasnya.

"Huaa.. ternyata lu kerja sama sama OSIS. Keren juga." Naura menghampiri Gathran.

"Gak mungkin. Gua cuman lakuin ini karena dapet izin doang. Gak ada niatan gua nolongin OSIS." Balasnya.

"Mohon kerja samanya lagi lain kali." Ujar Ketua OSIS pada Gathran.

"Dibilangin, gak kerja sama. Dasar." Gerutu Gathran. "Ran, ngapain lu di situ doang? Gabung gih." Lanjutnya sambil sedikit berteriak padaku.

Aku menghampiri mereka. Kemudian terdengar bisik-bisik,

"'Bintang Sekolah' ngumpul. Kece banget dah!"
"Itu Gathran beneran kerja sama sama Ketos?"
"Belum denger, ya. Katanya mereka punya hubungan."
"Masa? Gak mungkin dah. Gathran itu lebih cocok sama Rania."

Aku tidak nyaman mendengarnya.

"Huh, enak aja ngomong gua ada hubungan sama cewek gaje ini." Ujar Gathran sambil menepuk pundak kanan Ketua OSIS.

"Apa maksudmu itu, Gathran?" Tanya Ketua OSIS.

"Gak ada apa-apa, Lily."

Lilyana Andani. Kelas XI IPA 1. Ketua OSIS hingga tahun ajaran depan. Dia baru terpilih menjadi Ketua OSIS beberapa bulan lalu.

Setelah hari ini, kuharap Gathran tidak melakukan hal aneh.

Gila, dirombak banget. Emang ini yang dipengenin awalnya. Semoga pada suka ya, walaupun bakal ada beberapa kekerasan kecil di sini. Makasih yang udah baca sama vote. Author bakal coba bikin cerita ini jadi baik.

Bintang sekolahWhere stories live. Discover now