Wibu

14 3 0
                                    

Aku pulang dengan berjalan kaki. Untungnya tadi masih ada angkot yang lewat, kalau tidak aku akan sangat kelelahan menuju rumah.

Sebentar lagi adzan Maghrib berkumandang. Aku mempercepat langkahku agar ibuku tidak marah.

Setibanya di rumah, aku langsung membuka pintu sambil mengucap salam dengan lantang.

"Waalaikumsalam, okaeri!" Seseorang membalas salamku. Akan tetapi itu bukan suara ibuku. Suaranya berat, suara laki-laki. Tapi, itu tidak mungkin ayahku. Ayahku berkata bahwa dia akan kerja hingga larut.

Karena khawatir, aku mengambil sapu yang ada di balik pintu. Seketika, seseorang keluar dari dapur. Wajahnya tidak kukenali. Seorang laki-laki berwajah cukup tampan. Kira-kira umurnya 20 tahunan. Apakah orang ini maling?

"Bunga, gakkou wa dou?" Dia tersenyum manis dan tubuhku gemetar. Siapa dia sebenarnya dia? Alien? Bagaimana dia bisa tahu namaku?

"Daijoubuu?" Dia mendekatiku perlahan.

"Siapa anda?!" Tanyaku lantang sambil menodongnya dengan sapu.

"Shirinai no? Boku wa kimi no nii-san dayo." Dia berjarak satu meter dariku dan semakin mendekat. Gertakan dengan sapu tidak cukup untuknya.

"Jawab yang benar atau saya akan menganggap anda alien!" Bentakku.

"Matte, Alien? Ya Allah, Bunga. Kamu ngira kakakmu ini alien?" Balasnya.

"Kakak?!" Aku terkejut bukan main. "Kak Ammar?!" Dia mengangguk. "Gak mungkin! Kakak gak mungkin bisa jadi..."

"Ganteng? Tau kok. Kakak sendiri aja kaget." Dia menyadarkan bahunya ke dinding. "Sekarang gimana? Kakak masih gak bisa dapet pacar?"

"Kalau soal pacar, sekarang aku gak tau. Tergantung kakak nerima atau gak."

"Oh~ Ngomong-ngomong, kok kamu telat? Ada kerja kelompok?" Tanyanya kemudian dia melangkah ke ruang keluarga.

Aku mengikutinya dan duduk di sofa. "Ada rapat klub dulu."

"Mandi dulu!" Serunya saat aku baru saja akan berbaring di sofa sambil membaca majalah ibuku.

"Iya iya, bawel." Ujarku kemudian membawa tasku ke kamar dan bergegas mandi.

Menjelang tidur, Kak Ammar mengunjungi kamarku untuk menceritakan pengalaman kuliahnya. Sudah 2 tahun aku tidak bertemu dengannya. Dia malas sekali pulang katanya 'merepotkan'.

"Oh iya, tadi kenapa kamu ngira aku alien?" Tanyanya di akhir cerita.

"Kakak kan tadi ngomong pake bahasa aneh gitu. Ya~ jadi aku ngira alien." Jawabku.

Dia tertawa terbahak-bahak. "Ya Allah, itu bahasa Jepang, Bunga." Beberapa saat kemudian dia berhenti tertawa. "Aku ada rencana kuliah di Jepang nantinya. Jadi, aku mulai belajar bahasa Jepang dari nonton anime yang disaranin temen."

"Kakak kuliah di Jepang?! Kok kayak gak mungkin, ya?" Candaku.

"Liat aja nanti. Aku bakal usaha." Balasnya dengan serius. "Oh iya, kamu mau tahu fakta Jepang gak?" Aku tidak menjawab dan dia pun melanjutkan, "Orang Jepang itu biasanya naro nama keluarganya di depan. Misalkan namamu Rania Bunga, berarti nama keluargamu Rania."

Dia berhenti sejenak, "Kalau ada orang yang baru kamu kenal, dia harus manggil kamu Rania, biar sopan. Biasanya, yang manggil pake nama depan itu orang terdekat, misalnya keluarga, temen deket, atau pacar."

Keadaan pun hening. "Bunga, kamu ikut klub apa? Kamu sekolah di sekolahku, kan?" Dia kembali angkat suara.

"Klub sastra. Baru dibikin tiga tahun lalu. Kakak pasti gak tau." Jawabku.

Bintang sekolahWhere stories live. Discover now