Imam/Hilman

17 3 0
                                    

"Apaan sih, Gath?" Tanyaku di hadapan Gathran yang sedang melipat kedua tangannya di depan dada dan menatapku lekat-lekat.

"Sejak kapan lu bisa main bola?" Dia balas bertanya.

"Hmm.. coba gua inget-inget dulu," Gathran sangat menunggu jawabanku. "Sejak kelas 3 SD deh kayaknya. Gua diajarin kakak gua karena pas waktu itu dia gak ada temen maen. Jadinya, dia maen ama gua."

"Kenapa lu gak bilang?"
"Lah, lu gak nanya. Ngapain amat gua ngasih tau begituan."

"Ah~ balik kuy!" Dia mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi dan melakukan sedikit perenggangan. "Pengen cepet-cepet tidur. Capek abis maen bola."

Kami pun turun dari tempat kami berada, roof top. Kami sejak SD memang selalu melakukan pertemuan di roof top jika ada hal penting yang harus dibicarakan.

Aku dan Gathran dulu satu SD dan sekarang kami satu SMA. Ya~ bersyukur sih kami tidak satu SMP. Mungkin aku akan menjadi gila kalau itu terjadi.

Di tengah perjalanan, seseorang menghadang kami yang sedang menuruni anak tangga, "Ngapain lo pada?"

"Abis ngobrol. Lu mau ngapain, Mam?" Gathran mendekatinya seakan dia teman dekatnya.

"Gw mau ke ruang klub sastra. Dipaksa kakak buat ikutan." Balas laki-laki itu.

"Astagfirullah!" Aku sontak terkejut mendengar perkataannya. "Hari ini ada rapat! Haduh, kok lupa sih!" Gumam gua.

"Eh, lu ikut klub sastra, Ran?" Gathran kembali menghadapku.

"Dah~ gua duluan, ya!" Aku pun langsung melesat menuju ruang klub.

Setibanya di sana, aku langsung melihat banyak orang. Tidak pernah ruang klub dipadati orang sebanyak ini. Rata-rata sepertinya orang di ruangan ini adalah anak baru karena aku tidak pernah bertemu dengan mereka.

"Terlambat," celetuk seseorang yang berdiri di dekat pintu. "Calon pengurus kok telat sih?"

"Maaf Kak Lia. Tadi aku ada urusan dulu sama temen." Aku sedikit membungkuk.

"Cewek atau cowok?" Seorang perempuan mendekati kami.

"Co..wok, Kak Sella." Jawabku sedikit gugup.

"Wah~ Rania sekarang pacaran?" Seru Kak Lia.

"Gak mungkin, Lia. Cewek kayak dia gak mungkin pacaran. Terlalu alim buat pacaran." Ujar Kak Sella.

"Yah~ padahal asik kalau Rania punya pacar. Ntar dia ngajak pacarnya buat gabung, terus klub kita makin banyak anggotanya." Kak Lia terlihat kecewa.

"Maaf telat! Gak ada yang ngasih tau tempatnya dimana." Seorang laki-laki berseru dari belakangku. Rupanya, itu laki-laki yang tadi.

"Ah, Hilman. Ternyata dateng juga." Kak Lia langsung menghampiri laki-laki itu dan merangkulnya. "Kamu adek terbaik yang pernah kumiliki!"

"Haduh Kak, udah dong. Banyak orang nih." Laki-laki itu berusaha melepaskan rangkulan Kak Lia.

"Udah, kalian berdua cari tempat. Rapatnya mau dimulai." Ujar Kak Sella.

"Baik, Kak." Balasku dan laki-laki tadi.

Kami berdua duduk bersebelahan. Aku memandanginya lekat-lekat. Ada yang tidak biasa dari tampilannya. Dia tidak terlihat seperti anak laki-laki kebanyakan.

"Kenapa lo ngeliatin gua gitu." Dia pun menatapku sehingga aku salah tingkah.

"Gak papa, kok. Maaf udah ganggu." Aku pun memerhatikan Kak Lia dan Kak Sella yang berdiri jauh di depan sana.

Bintang sekolahWhere stories live. Discover now