Bel istirahat pertama berbunyi dan aku pun langsung melesat menuju kelas XI IPS 3 dengan penuh semangat. Akan tetapi, di tengah perjalanan semangatku tiba-tiba memudar. Sejak kapan aku bersemangat untuk bertemu dengannya?
Setibanya di kelas tersebut, aku hanya mengintip melalui jendela, mencari-cari sosok yang kubutuhkan saat ini.
"Hai, Rania! Lagi apa lu di kelas Gathran?" Seseorang tiba-tiba menepuk pundakku dan aku langsung terlompat kaget dan berbalik.
Kudapati Naura sedang tersenyum padaku dengan menunjukkan sedikit ekspresi bertanya-tanya.
"Ya Allah, ngagetin aja dah." Aku mengusap dada, "Kok lu tau ini kelas Gathran?"
"Ya kali gak tau. Gathran kan populer banget di sekolah gara-gara tingkahnya gak diduga-duga. Apalagi pas dia bisa naik tingkat jauh banget." Dia seperti membanggakan benda terbaik yang dimilikinya. "Tuh, adek kelas aja tau." Dia menatap seorang perempuan yang berdiri di depan pintu kelas XI IPS 3. Aku ikut menatap perempuan itu.
"Kayaknya kita bakal ngeliat penembakkan dekkel ke kakkel deh."
Gathran keluar dari kelas. Dia bersandar di pintu dengan suasana hati yang kesal. Jarang sekali aku melihat dia seperti itu. Dulu, saat SD dia hanya seperti itu beberapa kali. Itu pun di kelas 5 atau 6. Sekarang, aku diberi kesempatan untuk melihatnya seperti itu lagi, senang rasanya.
"Hee.. gak biasanya lu senyum ngeliat Gathran. Suka nih ceritanya?" Naura menyadarkanku dari lamunan.
"Eh, gak kok. Cuman keinget waktu SD aja." Aku sedikit gugup dan sepertinya wajahku memerah.
Dia tidak menanyaiku lebih dalam lagi karena lebih tertarik dengan drama yang sedang berlangsung di depan matanya.
"Ada apa?" Tanya Gathran dengan sedikit sinis pada perempuan itu.
"Em.. itu.." Perempuan itu terlihat gugup. Wajahnya memerah. "Aku tau aku ini cuman adek kelas, baru masuk ke sini. Tapi, aku udah kenal kakak dari SD dan aku udah suka sama kakak dari kelas 3." Dia mengeluarkan sesuatu dari balik tubuhnya. Rupanya, sedari tadi dia memegangi sebuah kotak di belakang. Aku tidak menyadarinya. "Aku harap, kakak mau nerima ini dariku, Selamat ulang tahun!"
Wah~ aku baru ingat hari ini ulang tahunnya. Hebat sekali perempuan itu bisa mengingat tanggal ulang tahun Gathran padahal dia hanya adik kelas. Aku yang 3 tahun sekelas dengannya dulu tidak ingat sama sekali.
"Lucu banget, nembak di hari ulang tahun orang yang ditembak. Kece juga tuh dekkel. Ada saingan nih, Ran." Naura menyikut-nyikut tangan kananku.
"Apa sih, Nau?" Aku sedikit menghindar darinya.
Tiba-tiba saja terdengar bunyi benda yang tejatuh. Rupanya, Gathran menepis tangan perempuan itu sehingga kotak tersebut terjatuh. "Maaf, gua gak suka nerima barang dari orang yang gak gua kenal." Dia semakin kesal bisa-bisa dia mengamuk. "Lebih baik langsung gua tolak kan daripada gua terima terus gua buang di rumah."
Mata perempuan itu mulai berkaca-kaca. Dia mengusap tangannya yang ditepis oleh Gathran. Untung saja tangannya itu tidak menjadi merah. Kalau merah, itu artinya Gathran sudah marah padanya.
Setelah itu, perempuan itu pun pergi dengan cepat menuju bagian kelas X sambil membawa kotak yang tadi dia akan berikan pada Gathran. Aku sedikit kasihan padanya sekaligus bangga karena dialah satu-satunya orang yang diperlakukan seperti itu oleh Gathran, perlakuan terbaik yang pernah dilakukannya menurutku.
Seperti yang dia bilang tadi, biasanya Gathran menerima semua barang yang diberikan oleh perempuan kepadanya kemudian di akan membuangnya ketika tiba di rumah. Dia memang tidak pernah suka diberikan barang oleh orang, terutama perempuan.
YOU ARE READING
Bintang sekolah
Teen FictionKerjaan mereka isengin temen terus. Walaupun di antara mereka ada ketua OSIS, mereka gak dihukum sama sekali. Padahal, ketua OSISnya disiplin banget. Alasan gak pernah dihukum, karena mereka iseng ke murid yang gak jera-jera dikasih hukuman sama OSI...