SEPERTI rencana awal, Kiara sudah mendapatkan outfit-nya usai keluar dari Avenue, meski kami harus menghabiskan waktu selama dua jam untuk berputar-putar dari satu tenant ke tenant yang lain. Itu karena Maura enggak tinggal diam dan ikut berbelanja bahkan lebih semangat daripada Kiara.
Dari yang awalnya Kiara hanya ingin membeli outfit saja, akhirnya gadis itu membeli sepatu dan tas karena sedang ada new arrival. Memang, ya, penyakit wanita itu enggak jauh-jauh dari kata "lapar mata". Beruntung, aku enggak terpengaruh untuk ikut membeli, karena aku sadar bulan ini pengeluaranku lumayan banyak. Minggu lalu, aku sudah membeli koleksi Baume & Mercier.
Setelah itu, aku lumayan shock sih dan bertanya-tanya, kenapa aku bisa sampai membelinya? Namun, kalau bukan karena jam tanganku masuk closet, aku pun enggak akan langsung terburu-buru membeli. Itu karena aku terbiasa memakai jam tangan, rasanya aneh saja ketika lenganku tanpa ditempeli benda bundar itu. Memang ada jam tangan lainnya, tapi aku lebih nyaman menggunakan jam analog dibandingkan digital ketika pergi ke kantor.
"Gengs, makan dulu, yuk!" Aku menyerah. Selain lapar, kakiku pegal dan sudah terasa mau copot.
"Baru jam sebelas, Riv." Kiara menimpali setelah melihat Bell & Ross-nya.
"Gue enggak sarapan loh tadi, lo sendiri yang langsung narik gue, lupa huh?"
Pasalnya, tadi pagi Kiara mendatangi rumahku dan langsung heboh menyuruhku segera bersiap-siap. Padahal aku masih ingin berlama-lama di bawah selimut. Aku sudah bilang, jam sembilan baru datang ke rumahku, tetapi gadis itu berubah amnesia. Tepat jam delapan pagi, Kiara sudah menggoyang-goyangkan tubuhku guna menyuruhku mandi. Padahal Mal juga enggak akan buka pagi-pagi buta. Rajin banget, sih.
"Iya deh, yuk kita brunch." Kiara akhirnya memutuskan.
"Enaknya makan apa, ya?" Aku mulai berpikir.
"Gue lagi pengin makan udon deh," cicit Maura.
"Ya udah, makan di lantai 3 aja, biar nanti kita langsung ke Sky Rink." Kiara mengusulkan.
"Kuy," jawabku dan Maura bersamaan. Lalu melangkah menuju rumah makan tersebut.
Selesai menyantap makanan, Maura meminta untuk membeli es krim. Maura memang enggak pernah lupa hal itu. Berbeda dengan Kiara yang sedikit pemaksa, Maura terbilang gadis easy going, diajak ke mana saja ayo. Maura itu flexible, feminin, dan fashionable banget. Semua itu bisa jadi karena tuntutan pekerjaannya dibidang kecantikan sekaligus Beauty Vlogger. Maka tak heran, seluruh anggota tubuhnya terawat sempurna.
Kalau aku sedang ada masalah dengan Kiara maupun Emeri, maka Maura Bellvania lah orang yang tepat untuk aku datangi. Itu karena Maura merupakan gadis yang berpikir netral dan enggak berat sebelah. Maura akan menyelesaikan masalah lalu memutuskannya dari kacamata kondisi yang terjadi, bukan karena orang tersebut merupakan keluarga ataupun teman dekatnya.
"Foto dulu dong, Riv." Maura memintaku untuk mengambil gambar es krim yang baru selesai kami pesan. "Biar Emeri ngiri karena enggak bisa jalan sama kita," katanya dengan senyum jahil. Akhirnya, aku menangkap momen tersebut dengan tiga es krim kami, lalu kubagikan di grup WhatsApp.
Women and the City
Rivka Dentisya: Better together with ice cream ❤️
Emeri L.A: mauuu.
Maura Bellvania: nyusul gih!
Kiara Aswary: bentar lagi kita mau main es loh, Em. Yakin enggak akan nyesel?
Emeri L.A: gue lagi di City Walk nemenin Deva ketemu klien.
Kiara Aswary: tungguin aja tuh cinta si Masnya sampai lo berjamur, Em.
Emeri L.A: jahat lo, Ki. Ketemu gue kasih cabe, Anda!
KAMU SEDANG MEMBACA
Target Rasa
RomanceRivka bahagia, dikelilingi oleh ketiga sahabat yang menyayanginya dan pertemuan dengan Asta membuat hidupnya hampir sempurna. Namun, apa yang harus Rivka lakukan ketika rasa bahagianya hanyalah kebohongan semata? *** Menghindari keluarganya dan memi...
Wattpad Original
Ada 3 bab gratis lagi