lima

4.2K 140 16
                                    

Rara saat ini sedang merenung di kamar nya mengingat pembicaraannya dengan sang tante tadi malam. Ya hari ini hari minggu dimana seharusnya dia bermalas malasan dan berpacaran dengan kasur tapi tidak untuk hari ini.

Rara kembali teringat ucapan tante nya tentang perjodohannya dengan orang yang sama sekali tidak dia kenal. Bagaimana mungkin dia bisa menikah dengan orang yang tidak dia kenal. Mawar menang tidak memaksa rara untuk menerimanya tapi bagaimana mungkin rara menolaknya sedangkan itu janji kedua orang tuanya

"Gak gak gua gak bisa, enak aja main nikah nikahin orang, gak gak gak" rara membolak balik posisi tidur nya.

"Gua harus bilang sama tante kalo gua gamau di jodoh jodohin enak aja dikira ini zaman purba kali ya, nonono big no"

Suara langkah kaki terdengar dari kamar rara diikuti dengan ketukan pintu kamar nya.

"Rara . . Sudah bangun sayang?" Suara wanita paruh baya itu mengagetkan rara dari lamunannya

"Ayok turun dulu sarapan" sambung nya

"Iya tante, rara tutun sekarang"

***
Rara kini tengah duduk di ruang makan bersama om dan tantenya. Dia berusaha bersikap normal seperti tidak terjadi apa apa dan menyelesaikan makannya.

" Ga nambah lagi ra?" Tanya omnya untuk memecahkan keheningan

"Tidak om sudah kenyang" jawab nya sambil menggeser piringnya agak menjauh darinya.

"Hmm om tantee" rara terlihat ragu untuk berbicara, mawar yang melihat gelagat keponakan kesayangannya itu langsung berdiri dan duduk disamping rara

"Bicara saja tidak apa apa" sambung Anton

"Begini mengenai perjodohan itu . . ." Rara menggantung kalimatnya dan melihat wajah kedua orang yang disayang nya. Sepertinya mereka sangat berharap rara menerimanya.

"Iya sayang kami tidak memaksamu kok" mawar membelai rambut keponakannya itu

"Rara setuju" jawabku. Kuharap jawaban itu tak akan ku sesali seumur hidupku.

"Benarkah? Sayanggg tante bahagia sekali mendengarnya, mama dan papamu pasti juga senang" mawar memeluk erat keponakannya

" Kabar gembira, om harus segera menelpon robert dan menetapkan hari pertemuan keluarga" Anton terlihat sangat bersemangat dan menelpon seseorang

"Ya anton ada apa?" Suara lelaki paruh baya terdengar dari ponsel anton

"Aku punya kabar baik untukmu, keponakanku sudah menyetujui perjodohan ini"

"Hahaha benarkah? Ini berita besar, aku harus memberi tahu seluruh keluarga" kudengar tawa nya begitu lepas begitupun dengan om anton dan tante mawar kedua nya terlihat begitu bahagia, aku tak ingin menghapus kebahagiaan mereka

"Jadi kapan kita akan bertemu dan menetapkan tanggal pernikahannya"

"Hahaha aku juga tidak sabar sama sepertimu, bagaimana jika malam ini?"

"Malam ini? Bukankah itu terlalu terburu buru? Aku suka sekali rencanamu" robert dan anton kembali tertawa lepas

"Baiklah nanti malam di hotel permata, jam 7 ya aku akan membawa anak dan istriku, jangan telat aku tau kau orang sibuk hahaha"

"Aku tak akan telat untuk momen seperti ini"

Percakapan mereka berakhir dan sepertinya hidupku juga berakhir.

***
Rara saat ini tengah duduk di sebuah hotel bintang 5 dengan dress selutut berwarna pink membalut tubuhnya, rambutnya yang kubiarkan tergerai dan make up yang tipis senada dengan warna bajunya. Dia terlihat sangat cantik tapi tak ada senyum di bibirnya yang ada hanya pikiran kosong yang entah kemana perginya.

"Rara hei ada apa" sentuhan lembut di punggungnya membuatnya tersentak dari lamunannya

"Ah tidak apa apa tante, aku hanya sedikit cemas"

"Tidak usah khawatir mereka orang yang sangat baik dan juga mereka teman baik mama dan papamu"

" Hehe iya tante aku akan berusaha tenang" rara memberikan senyum tipis yang dipaksakan untuk tantenya, karna dia takut akan merusak suasana karena suasana hatinya yang tidak baik

" Ahh akhirnya mereka datang" ucap anton yang langsung berdiri dari duduk nya begitupun dengan mawar.

Terlihat sepasang suami istri yang berjalan bergandengan, mereka terlihat sangat ramah dengan senyum yang mengembang di bibir mereka. Terlihat anak lelaki yang sepertinya berusia sekitar 5 tahun sedikit berlari mengejar mereka. Dan di belakang nya terlihat lelaki dengan badan tegap dan . .

"RIAN?" Matanya membelalak ketika menemukan wajah tak asing kini menggandeng tangan anak kecil itu dan tersenyum ke arah om dan tantenya

"gak mungkin, gak mungkin gua bakal di jodohin sama rian, gak gak gak pasti gak mungkin"

My bad husband is RianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang