Introduce

250 22 2
                                    

Mentari memancarkan cahayanya di antara rapatnya daun-daun pohon belimbing wuluh yang tertanam di depan kelas-kelas pagi itu. Sebuah kelas dari salah satu SMA di ujung kabupaten di Jawa Timur. Sehabis berdiri tegak dan melafalkan lagu Indonesia Raya, siswa-siswi di kelas-kelas menunggu guru mapel untuk hadir mengisi pelajaran. Sembari menunggu mereka seperti anak sekolah pada umumnya, update story, ghibah massal, push rank atau yang jelas pasti terjadi yaitu beramai-ramai mengerjakan tugas rumah yang ditulis secepat kilat.

Di ujung lorong terdapat sebuah kelas dimana kelas tersebut paling ramai karena guru manapun akan melangkah terlalu jauh untuk menuju kelas tersebut sehingga para siswa di dalamnya berkurang waktu belajarnya beberapa menit di jam awal. Mendengar keramaian kelas tersebut guru manapun akan merasa tertekan batinnya karena membayangkan betapa susahnya menjejalkan ilmu ke dalam kelas yang bersuara mirip bengkel kethok magic. Kelas tersebut berdekatan dengan pematang sawah dan beberapa pohon rimbun yang selebihnya tidak cocok dikatakan kelas namun lebih tepat digunakan untuk syuting acara misteri bila malam datang.

Namun tidak bagi seorang guru yang datang berjalan dari kejauhan menuju kelas itu dengan raut muka sumringah dibarengi dengan mata panda karena kebanyakan mempelajari materi atau omong kosong, bisa jadi dia nongkrong kemalaman dan bangun subuh-subuh. Amerta Estetika Dewadji atau yang biasa dipanggil Pak De karena murid sedikit kesusahan memanggil namanya dan dianggap lebih praktis, beliau adalah guru seni yang berlatar belakang guru seni rupa yang mana di SMA dia mengajar seluruh cabang ilmu seni. Di usia 24 tahun dia sudah menjadi guru, hal aneh dikala teman-teman sebayanya yang belum juga wisuda dari kampus seni sedangkan dia sudah mengajar duluan. Tidak seperti guru lain yang membawa buku pegangan, buku paket atau buku absen, dia membawa totebag berisi buku catatan siswa yang tipis tak lebih dari 50 lembar.

Di depan pintu kelas uji nyali itulah dia membuka pintu dengan keras hingga menimbulkan gesekan antara kayu dengan keramik seraya berteriak :

“SELAAAAMMAATT PPAAAAGGGEEEEE....!!!!!”

Bersambung..

ScreenshotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang