I. Berharap : Di Ujung Waktu

96 8 1
                                    

Riko berdiri di depan gerbang sekolah. Dihadapannya ada gadis yang tak asing dalam cerita ini. Vika. dalam konteks ini, Riko adalah orang yang meninggalkan Vika.

"Jadi apa mau kamu?" Tanya Vika judes.

"Aku gak tahu kamu memaafkan aku atau tidak. Tetapi.."

"Tetapi kamu ninggalin aku tanpa alasan!"

Riko tak banyak berkutik, dia sadar dalam posisi ini dia adalah kesalahan. Diam adalah satu-satunya tindakan yang tepat.

"Kamu boleh mengatain aku apa aja. Tapi ijinkan aku minta maaf." Kata Riko. Kalimat ini membuat Vika semakin emosi. Namun sebuah emosi yang terpampang di raut wajah Vika menjadikannya makin menggemaskan.

"Tidak."

"Kamu mau jadi cewek pemarah?"

"Iya, karena aku kecewa kamu pergi ninggalin dan memilih yang lain."

"Kamu nggak ada bukti dengan bilang begitu. Ini hapeku, kamu bisa buka. Jangan takut, aku tidak menghapus chat atau mengarsipkannya. Kamu juga bisa lihat kontak-kontakku disitu." Riko menyodorkan smartphonenya ke arah Vika. Vika terdiam menatap Riko.

"Aku tetap tidak akan berubah dengan hal ini." Tegas Vika sambil memalingkan muka.

Mereka terdiam cukup lama. Vika tetap terdiam sambil memalingkan muka ke arah lain, tidak mempedulikan Riko yang diam menatap Vika dengan penuh penyesalan. Namun, Vika tidak beranjak dari situ. Seolah dia menginginkan jawaban yang keluar dari mulut Riko.

"Ehhemm, sudah disini kalian."

Riko dan Vika kaget, Pak De muncul dari sisi lain.

"Pak.." sahut mereka berdua nyaris bersamaan.

"Loh, kalian aja mau ngomong bisa bersamaan. Couple amat kalian." Celetuk Pak De.

"NGGAK!" Seru Vika keras.

"Vika, kamu boleh marah dan tidak memaafkan Riko. Tapi apa selamanya kamu mau hidup dalam amarah? Jangan membohongi dirimu sendiri. Kalo kamu tidak memaafkan Riko, seharunya kamu sudah pulang dari tadi." Kata Pak De. Vika tak berkutik, dia diam.

"Riko, sudah tinggalkan Vika. Kamu sudah berusaha minta maaf sama Vika. Hari ini kamu sudah tahu jawabannya. Biarkan Vika Pulang. Saya rasa status klian sudah jelas."

"Taapii pak.." Riko dan Vik nyaris bersamaan lagi diakhiri dengan keduanya saling menatap.

"Sudahlah, aku mau pulang juga. Sudah sore." Pak De beranjak dari tempat mereka berdiri meninggalkan Riko dan Vika berdua yang mana diawal pembicaraan keduanya tak saliing memandang.

Di langkah Pak De yang sudah jauh, mereka saling menatap dan diam tanpa emosi.

***

Di kantor guru yang ramai, Pak De selesai mengkoreksi nilai anak kelas XI sambil meminum teh hangat yng baru dia buat. Tak lama kemudian dia mengecek handphonnya untuk update status di whatsapp dan melihat salah satu status.

 Tak lama kemudian dia mengecek handphonnya untuk update status di whatsapp dan melihat salah satu status

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

sambil terdiam dia melihat handphonenya dengan serius.

"Anjay, jomblo diliatin kek gini. Dasar anak-anak."

End

ScreenshotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang