Cerita ini berdasarkan khayalan fiktif yang dialami oleh seorang guru seni di salah satu SMA di Indonesia.
Jangan cari pesan moralnya, carilah hiburan dikala penat melanda.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Anaya Vika Puteri, anak kedua dari orang tua yang cukup berada. Ayahnya adalah seorang wirausaha sukses dan seorang ibu yang menjalankan bisnis jual beli online. Kakaknya sudah lama menikah dan hidup berumah tangga terpisah dari orang tua. otomatis Vika menjadi satu-satunya kejora dalam kehidupan rumah, venus dari Yunani. Namun tidak semata-mata ia dimanja dengan begitu mudahnya. Sekalipun kebutuhan tersier kadang tercukupi, kedua orang tuanya tidak semudah itu menuruti keinginan putrinya itu.
Di sekolah dia tidak seperti siswi pada umumnya yang apabila merasa dirinya cantik luar biasa mereka hanya bergaul dengan gengnya sendiri. Vika tidak demikian. Dia bergaul dengan semua kalangan yang menyebabkan dia minim haters. Seringkali ada yang membencinya karena, biasalah cantik dan manis. Tidak ambil pusing. Vika tak pernah mempedulikan hal itu.
Dia berteman dengan siapapun termasuk laki-laki. Namun akhir-akhir ini dia mengurangi pergaulannya dengan banyak laki-laki. banyak laki-laki yang merasa baper karena kesupelan Vika hingga berakhir patah hati sepihak. Menyalahkan Vika karena menolak cinta mereka.
Bukan. Vika bukannya menolak. Hatinya tertambat kepada laki-laki yang untuk pertama kalinya mematahkan hati kecil Vika karena berlabuh ke hati yang lain. Sampai-sampai Pak De turun tangan untuk membantu Vika. Sekalipun dengan cara yang tidak bermutu. Untuk pertama kalinya dia patah hati. Akhirnya karma terbalaskan bagi para lelaki yang pernah kandas dan membuka mata kesadaran bahwa Vika yang secara fisik dipandang sebagai bidadari titisan Athena harus tumbang di hadapan lelaki yang dianggapnya tambatan perasaan.
***
"So don't be sorry, if you know that I'm lonely I don't feel like you know me well enough to understand If you can show me that your thoughts are all holy I'll pretend..."
Alunan lagu milik Fur berjudul if you know that I'm lonely mengalun di headset milik Pak De sambil berjalan menuju kelas X-8 atau biasa dianggap X ipa 8 pada jam ke lima dan enam. dua jam sebelum istirahat dua dan sembahyang dhuhur mulai. Hari ini dia memakai setelan kemeja tropical leaves berwarna hijau yang dari kejauhan seolah guru aneh ini memakai pakaian sayur kangkung.
Tak lama berjalan, Pak De dihadang salah seorang siswanya. Namanya Riko, anak XI Ipa 2 sekaligus ketua ekstrakurikuler futsal. Salah satu siswa yang lumayan ganteng tetapi zong dalam memilih style pakaian. Sama seperti siswa pada umumnya. Terkadang bosan terhadap pelajaran dan kemampuan akademisnya memang pas-pasan. Lebih beruntung dia masih dapat naik kelas dan terhindar dari ghibah ruang guru. Hari ini dia menghambat langkah guru aneh tersebut.
"Pak, saya mau konsultasi tugas buat besok." Kata Riko. Pak De terdiam tak menjawab
"Gini pak, saya mau nggambar replika ornamen khas Eropa yang bergaya victorian." Sambungnya. Pak De mengangguk pelan.
"Nah ornamen itu seperti ini pak contohnya." Sambil menunjukkan contoh gambar dari smartphonenya.
"Oh, boleh juga itu." Sahut Pak De datar.
"Nah rencananya itu mau saya variasikan warna pastel kayak ungu, pink sama tosca bagus kan pak?"
"Oh iya bagus itu. Lebih ke warna cewek."
"Loh enggak juga pak. Justru lebih kesannya kalo yang gambar laki-laki lebih lembut dan baik hati. Maksudku, konsepnya gitu. Jadi laki-aki tidak melulu digambarkan dengan sosok yang garang. Gimana pak?"
Kali ini Pak De melihat anak didiknya tersebut dengan ratapan iba. Namun setelah melihat jam tangannya waktu sudah 5 menit berlau dan ia terlambat ke kelas. Kemudian Pak De menepuk pundak Riko.
"Nanti pulang sekolah aja kalo mau curhat masalah kamu, aku ada jam. Duluan yo?" Celetuk Pak De sambil ngeloyor meninggalkan Riko terpaku menatap Pak De melangkah meninggalkan dia yang terbengong-bengong.
