Chapter 5 - Bujukan dan Penolakan (?)

649 27 9
                                    

Ketukan pintu membuat Tasya menoleh. Gadis itu duduk di depan sebuah cermin. Memandang wajah cantiknya yang tampak anggun. Paksaan orang tuanya sudah pasti membuatnya jengkel. Ada apa sebenarnya? Apa yang mereka sembunyikan?

"Tasya," panggilan itu bersumber dari belakang pintu. Di iringi beberapa ketukan.

"Ya, ma." Sahutnya malas.

Pintu terbuka, membuat Tasya menoleh. Sang mama mendekati putri cantiknya.

"Harus banget ya Tasya ikut? Ck." Gerutunya.
"Harus, sayang..." Balasnya membelai rambut Tasya. Merapikannya.

"Ayo, keluar sekarang!"

"Nanti Tasya nyusul." Mama tersenyum sambil mengangguk. Melangkah keluar dari kamar anaknya.

Demi Tuhan Tasya tidak punya niat untuk turun ke ruang tamu. Jika saja ini bukan paksaan dari orang tua nya, mungkin dia sudah pergi. Kabur.

Namun kali ini Tasya harus menurutinya. Toh, juga hanya ngobrol dengan teman lama ayahnya. Semoga saja.

"Jadi inget pas waktu kuliah, San." Suara berat itu di iringi tawa pelan.

Sandi adalah nama Ayah Tasya. Lelaki pekerja keras idaman semua wanita. Berlimpah harta siapa yang tidak menginginkannya? Namun hati lelaki mapan itu hanya dimiliki Mirna, wanita cantik yang selalu ada untuknya. Istrinya, Ibu dari anaknya.

"Waktu itu kamu cemburu ke saya, san. Karna saya jalan berdua sama Mirna."

Mr. Ghy, teman lama Sandi. Mereka berteman sejak masih duduk di bangku SMA. Bersama Nadia, istrinya. Wanita tercantiknya.

Tanpa di duga mereka pernah memiliki kerumitan cinta pada masa remaja. Kisah cinta berempat yang sekarang menjadi lelucon.

"Ma..."

Suara tawa di ruangan itu mendadak hening. Mereka menoleh ke sumber suara. Mirna tersenyum melihat anaknya, Sandi pun bangga pada anaknya yang tak kalah cantik dengan ibunya. Sedangkan dua orang lainnya tengah tersenyum ke arah Tasya.

"Sini, cantik." Nadia meminta Tasya mendekat. Supaya duduk di sampingnya.

Tentu saja Tasya bingung, ia sama sekali tidak mengenalnya.

Mirna memberi isyarat agar Tasya menurut. Mau tak mau Tasya harus menurut. Duduk di samping Nadia, orang asing menurutnya.

"Kamu cantik sekali, sayang" puji nya. Tasya tersenyum kaku.

Baru tau kalo gue cantik? Ucap Tasya dalam hati.

"Gimana, pa? Calon mantu-mu ini mempesona bukan?" Timpal nya pada Mr. Ghy.

Mr. Ghy adalah sosok yang teliti dalam apa pun. Dia memperhatikan Tasya dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Perfect!

"Cantik!" Ucapnya memberi satu jempol pada sang istri.

"Ma?" Tasya menatap bingung mama-nya. Berharap Mirna memberi penjelasan tentang semua ini. Ada apa sebenarnya?

JUST MINE #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang