BAGIAN 8

1.4K 54 0
                                    

Tiga purnama hampir menjelang.   Sementara itu di Lembah Bangkai,  Pendekar Rajawali Sakti tengah menguji ilmu yang baru dipelajari dari kitab yang diberikan burung  rajawali raksasa. Dia puas melihat hasil dari ilmu 'Pedang Pemecah  Sukrna'. Dengan pedang rajawali sakti, dia dapat menghancurkan    batu karang sebesar gunung sekalipun hanya dengan menggoreskan ujungnya  saja.
Kehebatan pedang itu adalah mampu  membabat benda tanpa  memperlihatkan bekas sabetan, tapi  di dalam benda itu hancur. Rangga  sudah mencobanya pada sebatang  pohon besar. Dari luar pohon itu nampak habis ditebas, tapi tidak  berapa lama kemudian daun-daunnya berguguran semua, dan seluruh batangnya menjadi kering seperti habis terbakar saja.
Kini Pendekar Rajawali Sakti itu tengah memusatkan seluruh  konsentrasinya pada ilmu 'Cakra  Buana Sukma'. Kedua bola matanya   lurus menatap pohon ara yang besar  dan tinggi. Perlu tiga orang dewasa untuk bisa melingkari batang  pohon  itu dengan tangan saling bertaut. Tangan kanannya menggenggam pedang sampai ke ujung. Kemudian  kembali lagi, dan berhenti tepat di tengah-tengah.
"'Cakra Buana Sukma' ...!" teriak Rangga keras. Seketika itu juga dari seluruh batang pedang yang memancarkan sinar biru berkilau,   sinar itu berkumpul jadi satu.   Secepat kilat sinar itu menggumpal     menerjang lurus ke depan. Seleret    sinar biru memanjang membentur     pohon ara yang tinggi besar itu.  Seluruh pohon itu diliputi sinar biru  dari pangkal akar sampai ke  puncaknya.
'Yeaaah....'"
Rangga berteriak nyaring melengking. Suara ledakan dahsyat terdengar,  bersamaan dengan hancurnya pohon itu. Dan sinar biru yang menggumpal berleret panjang pun lenyap. Kini Pedang RaJawali Sakti kembali  seperti biasa, memancarkan cahaya  biru berkilau.
"Kraaargh!" burung rajawali raksasa   mengibas-ngibaskan sayapnya sambil melonjak-lonjak.
Rangga menoleh sambil tersenyum.  Kepala burung itu terangguk-angguk   dengan bola mata bulat berbinar-binar. Rangga memasukkan pedang pusaka ke dalam sarungnya. Dia melangkah dengan bibir tersungging senyuman menghampiri burung raksasa itu. Tangannya terkembang, dan kepala rajawali itu menyorong ke depan, Pendekar Rajawali Sakti memeluk kepala burung rajawali itu dengan penuh kasih sayang.

"Bagaimana penilaianmu?" tanya  Rangga setelah melepaskan  pelukannya.
Burung rajawali raksasa itu mengangguk-anggukkan kepalanya.  Rangga tersenyum puas karaena burung sakti itu telah menyatakan   kepuasannya melihat dua ilmu dahsyat telah dapat dikuasai Rangga  dalam waktu kurang dari tiga purnama.
"Sebaiknya aku segera keluar dari lembah ini " kata Rangga.
''Argh!" Rajawali itu  mengangguk-anggukkan kepadanya.
Dia merendahkan tuhuhnya dengan   menekuk kedua kakinya. Rangga     dengan sigap melompat ringan dan hinggap di punggung Rajawali  raksasa itu. Sekejap saja burung itu mengepakkan sayapnya. Melesat terbang tinggi ke angkasa sambil berkaokan. Rangga memandang ke bawah, yang dilihatnya hanya permukaan bumi yang hijau dan  berbukit bukat.
"Agak rendah sedikit, Rajawali” teriak  Rangga.
"Argh!"
Rajawali raksasa itu merendahkan    terbangnya. Kini Rangga dapat  melihat ke bawah lebih jelas lagi. Sinar matahari sore seperti berada   tepat di punggungnya. Hangat dan indah dipandang mata. Rangga mengernyitkan alisnya saat melihat  Desa Jatiwangi berada tepat di bawahnya. Tampak desa itu kelihatannya sepi seperti tidak berpenduduk saja.
"Turun di tepi hutan itu, Rajawali!"  teriak Rangga sambil menunjuk  Hutan Gading.
"Argh!"
Rajawali raksasa menukik menuju      ke Hutan Gading yang ditunjuk Rangga. Ringan sekali tubuh Pendekar Rajawali Sakti itu  melompat turun dari punggung  burung raksasa setelah mendarat di tepian Hutan Gading yang sepi. Rangga sebentar mengamati sekitarnya.
''Terima kasih. Kau boleh kembali,"  kata Rangga.
"Argh!"
Rangga menepuk-nepuk kepala   Rajawali yang merunduk ke depan.    Kemudian burung raksasa itu kembali melesat ke angkasa memperdengarkan suaranya yang serak melengking tinggi. Rangga  mengamati kepergian burung  raksasa itu sampai hilang di balik awan. Kembali dia mengamati ke sekelilingnya. Matanya langsung  menatap ke arah Desa Jatiwangi yang kelihatan jelas dari tempat tinggi seperti ini.
"Aku harus ke desa itu.  Mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa di sana," gumam Rangga.
Namun baru saja hendak melangkah,  mendadak telinganya yang tajam mendengar langkah kaki orang. Langkah kaki yang masih terdengar jauh, Rangga celingukan sebentar,  kemudian tubuhnya melesat ringan.   Dalam sekejap saja sudah nangkring  di atas pohon. Matanya langsung menatap lurus ke arah suara langkah  kakl yang semakin dekat terdengar.
Tampak seorang berjalan ke arahnya.  Pakaiannya serba putih. Dan tidak ada satu senjata pun tampak di tubuhnya. Dia berjalan pelan satu-satu, namun jelas kalau orang  itu menggunakan ilmu meringankan  tubuh. Meskipun begitu, telinga  Rangga yang sudah terlatih baik,   masih juga dapat mendengar suara langkahnya yang ringan hampir tidak menapak tanah.
"Bayangan Malaikat.. " gumam Rangga begitu mengenali orang yang  berjalan ke arahnya.
Memang benar, orang itu adalah  Bayangan Malaikat. Dia berjalan  sendirian menuju ke tepi Hutan Gading. Rangga memperhatikan   terus setiap gerak langkah Bayangan  Malaikat dari atas pohon.

5. Pendekar Rajawali Sakti : Naga MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang