Tiga purnama hampir menjelang. Sementara itu di Lembah Bangkai, Pendekar Rajawali Sakti tengah menguji ilmu yang baru dipelajari dari kitab yang diberikan burung rajawali raksasa. Dia puas melihat hasil dari ilmu 'Pedang Pemecah Sukrna'. Dengan pedang rajawali sakti, dia dapat menghancurkan batu karang sebesar gunung sekalipun hanya dengan menggoreskan ujungnya saja.
Kehebatan pedang itu adalah mampu membabat benda tanpa memperlihatkan bekas sabetan, tapi di dalam benda itu hancur. Rangga sudah mencobanya pada sebatang pohon besar. Dari luar pohon itu nampak habis ditebas, tapi tidak berapa lama kemudian daun-daunnya berguguran semua, dan seluruh batangnya menjadi kering seperti habis terbakar saja.
Kini Pendekar Rajawali Sakti itu tengah memusatkan seluruh konsentrasinya pada ilmu 'Cakra Buana Sukma'. Kedua bola matanya lurus menatap pohon ara yang besar dan tinggi. Perlu tiga orang dewasa untuk bisa melingkari batang pohon itu dengan tangan saling bertaut. Tangan kanannya menggenggam pedang sampai ke ujung. Kemudian kembali lagi, dan berhenti tepat di tengah-tengah.
"'Cakra Buana Sukma' ...!" teriak Rangga keras. Seketika itu juga dari seluruh batang pedang yang memancarkan sinar biru berkilau, sinar itu berkumpul jadi satu. Secepat kilat sinar itu menggumpal menerjang lurus ke depan. Seleret sinar biru memanjang membentur pohon ara yang tinggi besar itu. Seluruh pohon itu diliputi sinar biru dari pangkal akar sampai ke puncaknya.
'Yeaaah....'"
Rangga berteriak nyaring melengking. Suara ledakan dahsyat terdengar, bersamaan dengan hancurnya pohon itu. Dan sinar biru yang menggumpal berleret panjang pun lenyap. Kini Pedang RaJawali Sakti kembali seperti biasa, memancarkan cahaya biru berkilau.
"Kraaargh!" burung rajawali raksasa mengibas-ngibaskan sayapnya sambil melonjak-lonjak.
Rangga menoleh sambil tersenyum. Kepala burung itu terangguk-angguk dengan bola mata bulat berbinar-binar. Rangga memasukkan pedang pusaka ke dalam sarungnya. Dia melangkah dengan bibir tersungging senyuman menghampiri burung raksasa itu. Tangannya terkembang, dan kepala rajawali itu menyorong ke depan, Pendekar Rajawali Sakti memeluk kepala burung rajawali itu dengan penuh kasih sayang."Bagaimana penilaianmu?" tanya Rangga setelah melepaskan pelukannya.
Burung rajawali raksasa itu mengangguk-anggukkan kepalanya. Rangga tersenyum puas karaena burung sakti itu telah menyatakan kepuasannya melihat dua ilmu dahsyat telah dapat dikuasai Rangga dalam waktu kurang dari tiga purnama.
"Sebaiknya aku segera keluar dari lembah ini " kata Rangga.
''Argh!" Rajawali itu mengangguk-anggukkan kepadanya.
Dia merendahkan tuhuhnya dengan menekuk kedua kakinya. Rangga dengan sigap melompat ringan dan hinggap di punggung Rajawali raksasa itu. Sekejap saja burung itu mengepakkan sayapnya. Melesat terbang tinggi ke angkasa sambil berkaokan. Rangga memandang ke bawah, yang dilihatnya hanya permukaan bumi yang hijau dan berbukit bukat.
"Agak rendah sedikit, Rajawali” teriak Rangga.
"Argh!"
Rajawali raksasa itu merendahkan terbangnya. Kini Rangga dapat melihat ke bawah lebih jelas lagi. Sinar matahari sore seperti berada tepat di punggungnya. Hangat dan indah dipandang mata. Rangga mengernyitkan alisnya saat melihat Desa Jatiwangi berada tepat di bawahnya. Tampak desa itu kelihatannya sepi seperti tidak berpenduduk saja.
"Turun di tepi hutan itu, Rajawali!" teriak Rangga sambil menunjuk Hutan Gading.
"Argh!"
Rajawali raksasa menukik menuju ke Hutan Gading yang ditunjuk Rangga. Ringan sekali tubuh Pendekar Rajawali Sakti itu melompat turun dari punggung burung raksasa setelah mendarat di tepian Hutan Gading yang sepi. Rangga sebentar mengamati sekitarnya.
''Terima kasih. Kau boleh kembali," kata Rangga.
"Argh!"
Rangga menepuk-nepuk kepala Rajawali yang merunduk ke depan. Kemudian burung raksasa itu kembali melesat ke angkasa memperdengarkan suaranya yang serak melengking tinggi. Rangga mengamati kepergian burung raksasa itu sampai hilang di balik awan. Kembali dia mengamati ke sekelilingnya. Matanya langsung menatap ke arah Desa Jatiwangi yang kelihatan jelas dari tempat tinggi seperti ini.
"Aku harus ke desa itu. Mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa di sana," gumam Rangga.
Namun baru saja hendak melangkah, mendadak telinganya yang tajam mendengar langkah kaki orang. Langkah kaki yang masih terdengar jauh, Rangga celingukan sebentar, kemudian tubuhnya melesat ringan. Dalam sekejap saja sudah nangkring di atas pohon. Matanya langsung menatap lurus ke arah suara langkah kakl yang semakin dekat terdengar.
Tampak seorang berjalan ke arahnya. Pakaiannya serba putih. Dan tidak ada satu senjata pun tampak di tubuhnya. Dia berjalan pelan satu-satu, namun jelas kalau orang itu menggunakan ilmu meringankan tubuh. Meskipun begitu, telinga Rangga yang sudah terlatih baik, masih juga dapat mendengar suara langkahnya yang ringan hampir tidak menapak tanah.
"Bayangan Malaikat.. " gumam Rangga begitu mengenali orang yang berjalan ke arahnya.
Memang benar, orang itu adalah Bayangan Malaikat. Dia berjalan sendirian menuju ke tepi Hutan Gading. Rangga memperhatikan terus setiap gerak langkah Bayangan Malaikat dari atas pohon.
KAMU SEDANG MEMBACA
5. Pendekar Rajawali Sakti : Naga Merah
ActionSerial ke 5. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.