Seketika dikebutkan pedangnya ke atas. Ular naga merah sebesar pohon kelapa itu terangkat, melayang deras mengikuti tarikan pedang Pendekar Rajawali Sakti.
Secepat kilat Rangga mengerahkan ilmu 'Pedang Pemecah Sukma'. Pedang pusaka itu dikebutkan, dan ....
Cras! "Aaaargh ... ! "
Ular naga merah meraung menggelegar. Dengan keras tubuhnya terbanting ke tanah. Sebentar menggelepar-gelepar, lalu diam tidak bergerak lagi. Perlahan-lahan ular naga merah itu berubah wujud kembali ke asalnya. Kini yang menggeletak di tanah hanya sebatang tongkat berbentuk ular.
Rangga langsung menempelkan kembali pedangnya ke telapak tangan kiri. Kakinya mulai terayun melangkah mendekati Nyi Rongkot. Si Ular Betina yang mulai kejang-kejang, kini tersentuh sinar biru pada telapak tangannya. Perlahan-lahan sinar biru menyelimuti seluruh tangan. Kaki Pendekar Rajawab Sakti terus melangkah semakin dekat.
"Aaakh ...!" Nyi Rongkot menjerit keras ketika seluruh tubuhnya terselimuti sinar biru.
Tepat ketika tinggal selangkah lagi, dengan cepat Pendekar Rajawali Sakti mengelebatkan pedangnya. Tanpa ampun lagi pedang pusaka Rajawali Sakti itu menghantam dada Ular Betina. Rangga langsung melompat ke belakang. Dia mencabut kembali ilmu 'Cakra Buana Sukma' yang dipadukan dengan ilmu 'Pedang Pemecah Sukma'. Begitu pedang Rajawali Sakti masuk dalam sarungnya, sinar biru langsung hilang dari pandangan.
Tubuh Ular Betina menggeletak di tanah dekat tongkatnya yang telah menjadi tepung. Rangga berdiri memperhatikan tubuh Nyi Rongkot yang mulai lumer. Perlahan tapi pasti, tubuh perempuan tua itu menjadi onggokan abu hitam. Pendekar Rajawali Sakti menarik napas panjang. Matanya langsung beralih pada Ki Rangkuti dan Bayangan Malaikat yang tengah berhadapan dengan si manusia liar Buto Dungkul Tampaknya pertarungan masih berjalan seimbang.
Secepat kilat dia melompat sambil merentangkan kedua tangannya. Pendekar Rajawali Sakti kini mengerahkan jurus 'Sayap Rajawali Membelah Mega'. Sedangkan Ki Rangkuti dan Bayangan Malaikat langsung melompat mundur. Rangga segera menyerang dengan jurus andalannya dengan cepat ke arah Buto Dungkul.
"Grrr ... ! " Buto Dungkul menggeram berat. Gadanya yang penuh duri tajam berkelebatan mengincar tubuh Pendekar Rajawali Sakti. Namun gerakan pendekar muda ini sangat lincah. Tidak sedikitpun gada itu dapat menyentuh tubuhnya. Bahkan beberapa kali tangan Rangga berhasil bersarang telak di tubuh manusia liar ltu.
Buto Dungkul beberapa kali terjajar sambil mengeram marah. Kedua bola matanya makin merah menyala. Tiba-tiba Rangga melenting tinggi ke udara, lalu dalam sekejap merubah jurusnya menjadi 'Rajawali Menukik Menyambar Mangsa'. Kedua kaki Rangga bergerak cepat dan berputar.
"Aaargh!" Buto Dungkul meraung keras.
Dua kali kaki Rangga menghantam kepala si manusia liar itu. Dan begitu kakinya menjejak tanah, tangan kanannya meliuk ke depan sambil melompat. Rangga kembali merubah jurusnya jadi 'Cakar Rajawali'. Jari-jari tangannya menegang keras dan kaku. Buto Dungkul yang masih merasakan sakit pada kepalanya, tidak bisa lagi mengelak. Dua jari tangan Pendekar Rajawali Sakti langsung mencoblos matanya.
Lagi-lagi Buto Dungkul meraung keras. Dua biji mata mencelat keluar bersamaan dengan ditariknya kembali jari-jari Pendekar Rajawali Sakti. Kaki Rangga langsung melayang deras menghantam dada Buto Dungkul. Tubuh Rangga melambung tinggi ke udara. Kembali diubah jurusnya menjadi 'Pukulan Maut Paruh Rajawali'. Tangan kanan Rangga terkepal meluruk ke arah ubun-ubun kepala si manusia liar Buto Dungkul.
Prak!
Buto Dungkul meraung keras. Tubuhnya limbung beberapa saat. Batok kepalanya hancur. Keras sekali tubuh si manusia raksasa itu terbanting ke tanah. Sebentar berkelejotan, lalu diam tak bergerak-gerak lagi.
Rangga berdiri mematung memandangi tubuh Buto Dungkul yang menggeletak tak bernyawa lagi. Dia menoleh begitu mendengar langkah-langkah kaki menghampiri. Rangga membalikkan tubuhnya. Kedua orang itu berdiri dengan jarak sekitar setengah batang tombak lagi.
"Terima kasih, kau te... " belum habis Ki Rangkuti menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba terdengar suara panggilan keras.
"Ayah ... !"
Hampir bersamaan mereka menoleh. Tampak seorang gadis berlari-lari dengan pakaian tidak karuan.
"Sekar Telasih ... ! " seru Ki Rangkuti.
Laki-laki tua itu langsung berlari menyongsong anak angkatnya. Mereka bertemu dan berpelukan hangat. Bayangan Malaikat menyaksikannya dengan mata berkaca-kaca. Mereka sampai lupa pada Pendekar Rajawali Sakti. Ketika sadar, tidak lagi mereka dapati pendekar muda digdaya di tempatnya.
"Kemana dia?" tanya Ki Rangkuti.
Bayangan Malaikat juga kebingungan, tidak tahu harus menjawab apa. Dia sendiri sampai tidak memperhatikan dan tidak mengetahui kapan Pendekar Rajawali Sakti itu pergi.
"Siapa, Ayah?" tanya Sekar Telasih.
"Pendekar Ra]awali Sakti," sahut Ki Rangkuti. "Aku yakin dia tidak memerlukan ucapan apa-apa. Hm, benar-benar seorang pendekar sejati," kata Bayangan Malaikat agak bergumam.
"Apakah dia yang membunuh kedua orang itu?" tanya Sekar Telasih.
"Ya, nanti Ayah ceritakan. "
Tanpa banyak bicara lagi, mereka kemudian melangkah pergl meninggalkan Hutan Gading ini. Dalam perjalanannya Sekar Telasih menceritakan bagaimana ia bisa meloloskan diri. Dia tidak tahu jalan pulang, lalu mendengar suara pertarungan serta melihat kilatan-kilatan sinar saling sambar. Sayang sekali, kedatangannya setelah pertarungan selesai, jadi tidak bisa menyaksikan.
"Ayah mau menceritakan semuanya, kan?" desak Sekar Telasih.
''Tentu, tapi tidak di sini,"
"Janji?"
"Janji!"
Sekar Telasih tersenyum manis. Kakinya terayun ringan bagai tidak memiliki beban apa-apa lagi. Dia seperti baru terbebas dari sebuah belenggu yang hampir menghancurkan seluruh hidupnya. Sedangkan Ki Rangkuti masih memikirkan Pendekar Rajawali Sakti yang datang dan pergi secara misterius. Namun hatinya dengan tulus mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya.***
TAMAT
KAMU SEDANG MEMBACA
5. Pendekar Rajawali Sakti : Naga Merah
ActionSerial ke 5. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.