Malam gelap yang dingin menyelimuti seluruh Lembah Bunga Bangkai. Angin bertiup sedikit keras menyebarkan aroma tidak sedap. Sepanjang jalan di lembah ini selalu tercium bau seperti bangkai. Dan setiap setahun sekali di lembah ini selalu tumbuh sejenis bunga yang menyebarkan bau busuk selama tujuh hari. Itulah sebabnya lembah ini dinamakan Lembah Bunga Bangkai. Tidak ada seorang pun yang bersedia tinggal di situ. Masuk ke daerah sekitar lembah ini pun enggan.
Ki Rangkuti berdiri tepat di tengah-tengah batu besar menantang sang dewi malam yang berada tepat di tengah-tengah atas kepala. Sudut ekur matanya melirik Dewa Pedang Emas dan Bayangan Malaikat yang bersembunyi agak jauh dari tempatnya berdri.
"Hik hik hik,...! " tiba-tiba terdengar suara tawa mengikik, menggema ke seluruh dataran Lembah Bunga Bangkai ini.
Ki Rangkuti memiringkan sedikit kepalanya, mencoba mencari arah suara tawa tadi. Belum juga dapat menentukan arahnya, tiba-tiba berkelebat sebuah bayangan merah keluar dari gerumbul semak belukar di depan laki-laki tua itu."Nyi Rongkot... !!"
Ki Rangkuti terkejut begitu mengetahui siapa yang kini berdiri di depannya.
"Hik hik hik,... kau masih ingat aku, Pendekar Jari Baja? Lama sekali kita tidak pernah lagi bertemu."
Perempuan tua yang masih kelihatan garis-garis kecantikannya itu menyebut julukan Ki Rangkuti.
Memang pada masa mudanya dulu, ketika malang-melintang dalam rimba persilatan, Ki Rangkuti punya julukan Pendekar Jari Baja. Karena dia punya satu jurus yang membuat kesepuluh jari-jari tangannya sekuat baja. Tidak ada lawan yang mampu menandingi jurus yang dinamakan 'Sepuluh Jari Baja' itu.
"Hm ... kau membawa kedua sahabatmu. Kenapa mereka bersembunyi seperti tikus? Undanglah mereka ke sini agar bisa jadi saksi pada malam ini" kata Nyi Rongkot setengah bergumam.Dewa Pedang Emas dan Bayangan Malaikat yang mendengar semua kata-kata itu jadi terkejut juga. Tidak disangka sama sekali kalau Nyi Rongkot mengetahui kehadiran mereka di Lembah Bunga Bangkai ini,
Merasa kehadirannya sudah diketahui, kedua orang itu keluar dari tempat persembunyiannya. Mereka melangkah menghampiri dan berhenti setelah jaraknya dengan Ki Rangkuti sekitar tiga batang tombak lagi. Nyi Rongkot mengikik kecil melihat kedua sahabat Ki Rangkuti sudah menampakkan diri.
"Apa maksudmu meminta aku datang ke sini, Nyi Rongkot?" tanya Ki Rangkuti.
"Aku hanya meminta anakku,'' sahut Nyi Rongkot.
Ki Rangkuti mendengus keras mendengar jawaban yang memang sudah diduga sebelumnya ketika perempuan itu muncul. Sedangkan Dewa Pedang Emas dan Bayangan Malaikat terkejut sekali mendengarnya. Dia tidak tahu maksud kata-kata Nyi Rongkot barusan. Mereka memang sudah mengetahui siapa perempuan berbaju serba merah ini.
Nyi Rongkot masih terhitung saudara sepupu Ki Rangkuti. Dulu ketika sama-sama masih muda, mereka tidak pernah akur dalam setiap langkah. Di samping itu, jalan hidup mereka berdua memang saling bertentangan. Ki Rangkuti dikenal sebagai Pendekar Jari Baja yang berjalan lurus. Sedangkan Nyi Rongkot sampai sekarang masih malang-melintang dengan julukan Ular Betina. Itulah sebabnya kenapa pada waktu puncak acara peresmian Padepokan Jatiwangi, Ki Rangkuti kelihatan tidak menyukai kehadiran Nyi Rongkot.
"Dia bukan anakmu, Nyi Rongkot! Dia tidak pernah kenal siapa ibunya yang sebenamya. Kau mencampakkan begitu saja saat dia memerlukan kasih sayang seorang ibu. Apakah pantas kau meminta dan mengakuinya sebagai anak? Tidak! Sekar Telasih bukan anakmu! Dia anakku! Aku yang merawat da membesarkannya sejak masih bayi merah!" Ki Rangkuti membeberkan semuanya dengan suara keras dan tegas.
"Aku hanya menitipkan Sekar Telasih padamu. Bukan untuk mengakuinya sebagai anak!" dengus Nyi Rongkot alias Ular Betina.
"Apapun namanya kau telah membuang anakmu sendiri. Darah dagingmu!" sentak Ki Rangkuti gusar. "Rangkuti! Suka atau tidak, kau harus mengembalikan anakku!" geram Nyi Rongkot.
"Tidak!"
Nyi Rongkot menggeram marah. Matanya menyala-nyala menatap tajam pula. Sementara dua orang yang berdiri di belakang Ki Rangkuti perlahan-lahan melangkah mundur menjauh. Mereka tidak ingin ikut
campur dalam urusan yang bersifat pribadi ini.
Dewa Pedang Emas menggeser kakinya mendekati Bayangan Malaikat Sepasang bola matanya tetap terarah pada Nyi Rongkot yang berdiri tegak di depan Ki Rangkuti. Beberapa saat lamanya suasana di Lembah Bunga Bangkai ini jadi sepi senyap.
"Kau mengetahui persoalan itu, Bayangan Malaikat?" tanya Dewa Pedang Emas berbisik.
"Tidak. Aku sendiri agak terkejut juga mendengarnya!" sahut Bayangan Malaikat terus-terang.
"Tidak kusangka kalau Sekar Telasih anak Ular Betina," Dewa Pedang Emas setengah bergumam.
"Segalanya bisa terjadi dalam dunia ini," sahut Bayangan Malaikat.
''Ya, dan kita tidak mungkin mencampurinya."
"Benar, sebaiknya kita hanya menjadi saksi saja." Dewa Pedang Emas dan Bayangan Malaikat duduk di bawah pohon yang besar dan lrindang. Dua
pasang mata tetap tertuju ke depan dengan telinga terpasang lebar mendengarkan semua pembicaraan yang sudah menghangat.
Sementara ituNyi Rongkot menyumpah-nyumpah kesal karena Ki Rangkuti masih tetap tidak ingin menyerahkan Sekar Telasih. Begitu marahnya ia sehingga seluruh otot-otot lengannya menegang bersembulan. Wajahnya semakin memerah-saga menahan kemarahan. Sedangkan Ki Rangkuti yang mengenal persis watak saudara sepupunya ini sudah bersiap-siap jika Nyi Rongkot main kekerasan.
"Aku beri kesempatan sekali lagi, Rangkuti! Pilih salah satu, serahkan Sekar Telasih atau kau mati" kata Nyi Rongkot mengancam.
"Sekali aku bilang tidak, tetap tidak!" sahut Ki Rangkuti tegas.
"Kau memilih mampus, Rangkuti!" geram Nyi Rongkot.
"ltu lebih baik berarti kau sengaja membiarkan Sekar Telasih jatuh ke tangan Buto Dungkul!" sinis suara Ki Rangkuti
"Ha ha ha...!" Nyi Rongkot tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Ki Rangkuti.
"Dasar, kakek tua jompo! Sudah pikun masih sok jual laga. Apakah kau tidak ingat dengan surat pertamaku, heh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
5. Pendekar Rajawali Sakti : Naga Merah
AcciónSerial ke 5. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.