Eunseo

689 44 6
                                    

"Sudah berapa kali ku bilang padamu, berkelahi itu tak ada gunanya!"

"Berhenti hanya menyalahkanku, ini juga~~~"

Plak. Tongkat kayu itu tepat mengenai bokong Eunseo. "Yahhh!" Bentak Eunseo reflek antara kesakitan dan sebal.

"Kau berani mengumpat ku seperti itu" Sontak pukulan bertubi-tubi yang didapatkan Eunseo. Hukuman itu terpaksa terhenti ketika sebuah ketukan di pintu menghentikan kakek dari Eunseo itu untuk terus memukuli cucunya tersebut.

"Pak kepala, Tamu anda sudah datang"

Kakek Eunseo tersebut menghela napas. Ia masih merasa kesal, namun apa yg bisa diperbuat. Ia menatap cucunya dengan kedua mata yang masih mengisyaratkan kemarahan. "Aku belum selesai denganmu, berlutut disudut sana, dan angkat kedua tanganmu tinggi-tinggi"

"Aishhh" Gerutu Eunseo namun tetap menurut. Pintu terbuka dan Eunseo memilih menunduk menatap lantai-lantai. Sama sekali tak tertarik dengan tamu yang datang. Terlihat dihukum seperti ini saja sudah memalukan.

"Kenapa kau baru mendatangiku?" Terdengar kakeknya bertanya, sejujur-jujurnya jarang bagi Eunseo mendengar suara kakeknya selembut itu.

"Maaf tuan son, saya perlu waktu untuk memikirkan tawaran anda"

Suara perempuan. Kening Eunseo mengerut. Ia lantas memutuskan mendongak, menatap tamu yg dimaksud. Benar saja. Perempuan dan sepertinya seusia dengannya, melihat seragam sekolah yang ia kenakan sama. Apakah anak baru?

Sejak kapan kakek tertarik dengan wanita muda, astaga apa-apaan dengan suara lembutnya tadi

"Yah pak tua, ku tak percaya kau membawa wanita simpananmu ke sekolah. Ckckc kau kepala sekolah"

Perempuan tamu kakeknya tersebut menoleh dengan tatapan datar. Sangat tanpa ekspresi, Eunseo bahkan bergidik. Namun tak dipungkiri, ia menelan ludah. Cantik,pikirnya. Walau mukanya terlihat galak seperti itu. Eunseo harus akui, muka juteknya itu bahkan bisa mengalahkan keketusan Bae Joohyun, pacar dari sahabatnya, kang seulgi.

"Bocah ini, tutup saja mulutmu itu jika kau bahkan tidak tau apa-apa dan angkat kembali kedua tanganmu" Kakek itu lantas menatap tamunya dengan tatapan meminta maaf.

"Miss Kim~"

"Bona"

"Ah iya Bona, aku senang kau pada akhirnya memutuskan menerima tawaranku untuk sekolah disini, dan percayalah ini bukan karena ku mengenal keluargamu. Ini murni karena anak sepertimu memang seharusnya bersekolah"

"Terimakasih untuk kebaikanmu tuan son, tapi saya harap anda memperlakukan saya seperti murid lainnya disini"

Kakek tersebut tersenyum. "Tentu saja. Jika kau berbuat onar aku akan menghukummu sepertiku menghukum bocah itu"

Eunseo mendengus melihat kakeknya tersebut meliriknya.

"Sekarang, masuklah ke kelasmu, kau bisa meminta Ny. Lee diluar sana untuk mengantarmu"

Bona mengangguk. "Saya permisi" pintu tertutup kembali.

Eunseo lekas bangkit berdiri.

"Siapa yang menyuruhmu untuk berdiri?"

"Percayalah padaku kek, sampai rumah kau bisa kembali melanjutkan memukulku, tapi saat ini aku harus pergi. "

"Yah!!!"

Tanpa mendengar teriakan protes kakeknya, Eunseo berlari keluar. Dia harus akui, dirinya tertarik dengan wanita bernama Bona tersebut. Langkah-langkahnya menjadi pelan ketika ia melihat wanita tersebut tengah berjalan ditemani Ny. Lee, sekretaris kakeknya. Dengan mengisyaratkan melalui tatapan, Eunseo menyuruh Ny. Lee untuk pergi.

KliseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang