[CHAPTER 4] Segitiga Sembarang

37 0 0
                                    


Acara MOS sudah berakhir seminggu yang lalu, kini Sayla dan Aliya sudah bisa mengenakan seragam putih abu-abu yang mereka dambakan dengan logo sekolah mereka di lengan kanan atas seragam dan name tag nama mereka di dada sebelah kanan.

Dua gadis itu tengah duduk di bangku kantin menunggu siomay pesanan mereka, “Al, Lo jadi tuh daftar jadi pengurus OSIS?”, tanya Sayla mengaduk jus mangganya dengan sedotan. “Jadi dong, pulang sekolah nanti juga suruh kumpul nih ngumpulin berkas pendaftaran. Lo beneran ngga mau ikut nih, Say. Padahal kan Lo dulunya juga anak OSIS di SMP.”, cerita Aliya mencoba membujuk Sayla sekali lagi.

Sejak pendaftaran pengurus OSIS di buka, Aliya terus membujuk Sayla untuk ikut bersamanya mendaftar menjadi pengurus OSIS. Namun Sayla terus saja menolak dengan alasan jadi pengurus OSIS itu sibuk dan dia khawatir tak bisa membagi waktu untuk belajarnya.

“Ya elah, Say. Alasan Lo klise banget sih. Ngga ada alasan lain emang?”, canda Aliya menerima piring siomay dari abang penjual siomay. “Al, gue mau beli kerupuk dulu ya. Titip siomay sama bangku gue.”, “Iya iya.” gadis itu bangkit dari tempat duduk dan berjalan menuju stand Nasi Padang untuk membeli kerupuk.

“Ini, Bu. Terima kasih.”, menyodorkan uang dua ribu rupiah. Sayla berbalik badan dan tak sengaja menabrak seseorang yang tengah membawa segelas es teh. “Astaga. Maaf, maaf.”, keluhnya tanpa melihat orang yang ditabrak. Ia segera mengambil beberapa lembar tisu yang ada di meja kantin dengan panik.

Sayla mencoba mengelap tumpahan es teh yang membasahi baju anak itu. “Ngga usah, ngga usah . Ngga apa-apa kok.”, kata si anak laki-laki itu. Sayla mengangkat wajahnya yang sedari tadi menunduk, matanya menatap orang di hadapannya. Pandangan mereka saling bertemu se-per sekian detik.

Melihat badge kelas XI di lengan si cowok, Sayla mengeluh dalam hatinya. “Maaf kak, aku ngga sengaja.”, ucapnya lagi sambil merasa bersalah. Aliya menghampiri kehebohan kantin yang dibuat Sayla. Beberapa pasang mata masih menatap Sayla sinis, cuek, dan beberapa lagi seolah tengah menghujat. “Sayla.”, seru Aliya melihat temannya yang tengah meminta maaf pada seorang kakak kelas.

“Maaf kak, teman aku ngga sengaja. Kami permisi ya, Kak.”, ucap Aliya menarik lengan Sayla menjauh dari laki-laki itu. Sayla tak kunjung menyantap siomay di piringnya. Sementara Aliya sudah menyantap siomay miliknya separuh habis.

“Udah dimakan sih. Bentar lagi bel masuk loh.”, ujar Aliya mengingatkan. Hati Sayla masih merasa tak enak dan merasa bersalah karena menumpahkan es teh itu ke baju kakak kelasnya. “Al. Gue jadi ngerasa bersalah deh sama kakak kelas itu karena udah buat bajunya jadi basah.”, gumam Sayla sambil mengaduk siomaynya malas.

Aliya melirik temannya heran, “Say. Lagian tadi itu Lo ngga sengaja. Lo juga udah minta maafkan. Dia juga fine-fine aja gua lihat. Dan jelas banget di wajahnya kalau dia ngga mau buat Lo repot karena dia.”, kembali menyantap tahu isi siomay ke dalam mulutnya.

Sayla memasukkan siomay miliknya ke dalam mulut dengan malasnya. Bahkan Aliya sampai turun tangan ikut menghabiskan sepiring siomay itu karena bel masuk hampir berdering dan takut mubazir, katanya.


💐💐💐


Bel tanda pulang sekolah sudah berdering dua menit yang lalu. Aliya sudah mengepak barang-barangnya dan mempersiapkan segala keperluan pendaftaran calon pengurus OSIS.

“Say, gua duluan ya. Lo ngga apa-apa kan pulang sendiri?”, tanya Aliya nyerocos kaya ibu kos. “Sante kali, Al. Masih banyak juga yang naik angkot atau metromini kok.”
“Ok.”, Aliya tersenyum manis kemudian keluar kelas dengan penuh percaya diri.

Baru beberapa meter keluar kelas, gadis itu bertemu dengan sosok Aji yang tengah berjalan ke arah kelasnya. “Eh eh eh. Lu mau ke mana?”, tanya Aliya sewot plus sok tomboi. “Mau ke kelas Sayla, ngajak dia pulang bareng.”, jawabnya asal. Tapi memang nyatanya Aji ingin mengajak Sayla pulang bersama.
“Hikkss.. Ngga boleh.”, tahan Aliya menarik kerah baju bagian belakang Aji. “Emang kenapa sih. Lagian Lo mau pergi kan, ya sekali-kali gua juga pengin pulang bareng Sayla.”, gerutunya kesal.

Sirius ( Sayla )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang