JIE, JE

Mungkin

.
.
.
.
.

Hidup itu lucu, bukan kah begitu ? Semua memandang dengan sudut idealis tinggi hingga tak sadar ada celah untuk jatuh. Terkadang apa yang nampak tak sesuai dengan aslinya. Masih banyak hal yang disembunyikan demi kebaikan. Tapi masih adakah hal baik jika itu semua menyangkut dunia malam ?

Tak memungkiri bahwa manusia memiliki dua sisi. Entah yang dominan si baik atau si buruk. Hanya manusia itu yang bisa mengendalikan. Seperti yang Jie alami, dua sisi yang sangat dominan di waktu yang bersamaan. Jie tak menutupi, karena baginya tak ada hakim yang benar di dunia.

Jadi untuk apa, menahan sesuatu yang tak bisa dikendalikan. Bohong, ya setiap manusia bisa saja mengatur diri tapi usaha yang tak serius membuat semua serba sulit. Itu yang Jie rasakan saat ini, sudah menikmati alur salah hingga lupa cara jalan keluar.

Malam ini, tak ada yang indah. Seperti malam yang lalu, Jie memiliki agenda umum. Hal yang dapat melukiskan kondisi Jie adalah lelah. Kegiatan sebagai mahasiswa memang tak sedikit, hingga istirahat pun seadanya.

Jie duduk di depan meja rias. Melihat pantulan dirinya yang tak ada kurang sedikit pun. Cantik iya, pintar iya, kaya tentu saja iya. Apa yang kurang darinya ? Kasih sayang keluarga ? Sangat berlimpah. Tapi kenapa dirinya memilih jalan ini ? Tak normal, memang dirinya sedikit tak waras.

Jie sudah selesai berdandan, tak ada yang spesial. Dirinya hanya suka hal natural. Bahkan tanpa make up pun Jie tetap mempesona, bagi mata pria pria di luar sana. Jie melihat banyak notifikasi muncul dari layar HP, tanpa dibuka pun Jie tahu, seseorang sudah menunggunya.

Bukan salah Jie jika mencari sesuatu yang menantang. Ada dorongan membebaskan gairah demi kepuasan. Sisi gelap Jie memerlukan pelampiasan. Itu hal mutlak, walaupun ada akibat yang pasti Jie akan tanggung. Jie memang wanita yang bisa menunjukan diri menjadi malaikat atau penggoda di waktu tertentu.

Jie bukan wanita malam, dirinya hanya sedikit bermain. Tak ada unsur mencari uang. Kesenangan semu yang terlalu sulit dilepaskan bagi Jie. Seharusnya sebagai wanita menjaga diri itu sangat wajib. Tapi bagi Jie, dirinya sudah pernah menjaga itu dengan sangat hati hati. Hanya saja dunia tak sebaik itu bagi Jie.

Jie mulai melangkah keluar apartemennya. Jangan tanya dari mana fasilitas mewah milik Jie, tentu saja hasil bekerja. Jie bukan wanita manja yang meminta minta pada orang tua.

Jie mulai mengemudikan mobil keluaran terbaru tahun ini. Tak perlu susah payah karena setiap yang Jie mau pasti ada yang mengabulkan. Anggap saja hadiah yang disengaja. Di dalam mobil, Jie mendengarkan alunan musik melow.

Entah mengapa dirinya merasa cukup bosan dengan rutinitasnya. Dirinya sadar tak selamanya pilihannya ini akan berlanjut, pasti ada waktu Jie harus berhenti. Walaupun Jie sendiri tak tahu kapan.

Jarak antara apartemen dan tempat yang dituju tak terlalu jauh. Hanya perlu waktu dua puluh menit saja, dengan kecepatan amat sangat pelan. Dipersimpangan jalan, di saat lampu merah menyala Jie melihat orang orang masih mencari uang dengan kondisi yang cukup sulit. Jie tak pernah berada diposisi mereka. Jie bersyukur memiliki segalanya, ya tapi Jie tetap melakukan hal yang seharusnya tak benar.

"Kak, tissunya ?" Seorang gadis kecil mengetuk kaca mobil, ingin menawarkan sesuatu. Jie tak tega melihat orang lain susah, apalagi seoarang anak kecil yang harusnya masih belajar dan menjadi tanggung jawab orang tuannya.

"Kakak beli semuanya." Jie hanya ingin membantu. Jie menurunkan kaca lebih lebar, menerima semua tissu yang entah untuk apa nanti, mungkin dibagi bagi. Senyum cerah gadis kecil itu sangat berarti bagi Jie.

"Terima kasih kak." Saat Jie memberikan uang lebih dari harga tissu itu. Gadis kecil itu berlari riang ke tepi jalan. Jie tak bisa menahan senyum dan sesak di dadanya, semua orang tak bisa memilih dilahirkan dengan kondisi atau orang tua kaya. Takdir memang sangat tak bisa ditentukan. Bukan takdir yang jahat, karena setiap orang memiliki ujian yang pasti bisa dilewati.