Hilang

203 35 6
                                    

...
..
.

Sebuah peristiwa tak terduga terjadi, meninggalkan rasa kehilangan bahkan kesedihan. Sesuatu yang semestinya dicegah bahkan bisa diubah menjadi hal yang tak seharusnya, kekuatan itu ada karena orang lain dan diri sendiri. Tapi tak dapat diubah takdir Tuhan yang sudah ditentukan bagaimana jalan seseorang untuk pergi ke alam berbeda. Bagai tersambar petir, malam yang sunyi itu berubah menjadi tetes air mata.

Tak terbayang sebelumnya akan ada berita yang membuat hati Jie, kosong untuk ke dua bahkan ke 3 kalinya. Jie tak menyangka salah satu sahabatnya akan pergi secepat ini dengan cara yang tak wajar, keputusan yang ceroboh sangat ceroboh jika ingin mengakhiri hidup. Jie ingat kemarin juga melakukan hal nekat, tapi Tuhan mencegahnya dengan Je yang datang tepat waktu.

Tapi sekarang nasi sudah menjadi bubur, kenapa harus seperti ini, alasan apa Kalisa pergi, berbagai pertanyaan muncul dikepala Jie, sekarang Jie menyesal sungguh. Jie hanya bisa menangis meruntuki kesalahannya kenapa tidak bisa mencegah, setidaknya bicara, pasti ada jalan. Sekarang semua telah terjadi, mengigat waktu yang berjalan, persahabatan mereka selau ada disaat suka maupun duka.

Jie hanya bisa diam, melihat sahabatnya terbujur kaku di peti mati. Jie benar benar terkejut, masih dalam keadaan linglung, baru kemarin sore mereka bertemu dan malamnya dia sudah tak ada. Permainan takdir yang sangat menyayat hatinya, Tuhan kenapa harus Kalisa ? Sedang Kalina juga tak bisa berkata, mulutnya seolah membisu sementara, tangan saling mengengam dengan Jie. Menguatkan berharap ada keajaiban Kalisa kembali disisi mereka. Sekejam inikah dunia.

Menangis hingga air mata mengering, sudah hampir lima jam hingga tak terasa. Aneh seperti de javu, ada terasa tak ada. Jie merasa Kalisa bersama mereka sekarang melihat sambil menangis sendu, dia merasa menyesal kah. Sekarang pukul 02.00, tak ada rasa kantuk atau lelah, semua orang berjaga. Sesi pemakaman hari ini jam sepuluh pagi.

Jie tak sendiri ke rumah Kalisa, tentu ada Je. Karena dirinya dan Je masih menikmati momen bersama. Hingga Kalina telpon bahwa Kalisa ditemukan tak bernyawa di sebuah hotel. Sesuai penyelidikan ada obat berlebih di tubuh Kalisa sehingga overdosis.

Je duduk di belakang Jie, mengusap pungung Jie. Je tahu Jie pasti kehilangan. Mereka pasti sangat berharga antara satu dan lain. Je saja yang baru mengenal Jie sudah cinta kaya gini.Je khawatir dengan kondisi kesehatan Jie hingga bersuara,

"Jie istirahat dulu aja, udah pagi ini. Kasihan badan kamu nanti sakit." Je berusaha mengingatkan.

"Je, kamu aja yang istirahat, ada kamar tamu disebelah sana." Jie lebih menyuruh Je pergi.

"Jie, kamu yang butuh tidur, jangan keras kepala. Istirahat bentar aja yaa." Je berpindah tempat ke samping kanan Jie. Jie tak melawan karena debat sama Je bisa berbusa mulutnya. Jie mulai terpejam, sedang Je mengusap kepala Jie.

Jie terlelap tidur, hingga tanpa sengaja Jie bermimpi tentang Kalisa mengunakan gaun indah, sedikit tersenyum dan berkata

'Jie, titip orang tua ku ya, tolong katakan maaf jika aku belum bisa jadi anak yang baik untuk mereka, aku menyayangi kalian semua. Maafkan aku Jie.'

Jie mengigau memangggil nama Kalisa, dan berkata tolong jangan pergi. Je mendengar itu pun menepuk Jie,

"Sayang, bangun hey." Jie pun terbangun, air matanya kali ini menetes kembali, ah mengingat ini dia ingin tidur dan berharap ini hanya mimpi.

"Aku takut Je, dia tak boleh pergi." Je memeluk Jie.

"Semua mungkin tak akan baik baik saja Ji, tapi setidaknya kita harus bisa memberi kekuatan untuk orang tua Kalisa, mereka kehilangan anak, kehilangan penerus harapannya, jangan berpikir semua selesai disini, masih ada yang harus kita usahakan." Je mengecup kening Jie.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JIE, JETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang