.
.
.
.
.
Sesaat bukan berarti mudah dilupakan, karena yang seperti itu selalu diingat. Tak hanya menjadi cerita, tapi juga menjadi sebuah kisah yang tak bisa tergantikan. Bayangan akan dia selalu datang bahkan lebih sering dari sebelumnya. Dirinya benar benar jatuh dalam pesona seorang Jienara. Bahkan tak ada lagi waktu untuk berputar pergi. Je yakin maju tanpa takut banyak penghalang yang sudah menanti.Belum genap dua empat jam berpisah sudah rindu, perasaan yang tak pernah Je rasakan sebelumnya. Benar benar luar biasa sekali rasa jatuh cinta. Awalnya tak percaya semudah dan sesingkat itu merasakan namanya cinta. Tapi setelah malam itu, Je tak bisa menahan perasaannya. Dirinya jatuh cinta dengan Jienara. Tak salah dirinya mencintai wanita itu, ini perasaan murni yang harus diberikan dengan benar.
Wajah berseri seri nampak terpancar dari Je, memang tak ada yang berubah dari kehidupan pria usia dua puluh satu tahun itu. Hanya saja sekarang lebih bersemangat dari sebelumnya karena ada Jie. Ada letupan letupan perasaan yang belum pernah Je rasakan. Hanya memikirkan namanya saja, sudah membuat hatinya berbunga bunga. Ada gelitik geli di perutnya ketika mengingat kegiatan malam itu. Seperti sudah menjadi takdir Je bertemu Jie dan menghabiskan malam yang indah di apartemennya.
"Seger bener, udah jebol lo ?" Max melihat wajah Je yang berbeda jadi kepo. Mereka saat ini berada di salah satu coffeshop milik Je.
"Hm." Je males menanggapi, tapi tak ada gunanya menutupi, toh mereka juga tahu pada akhirnya.
"Gilaa, Jeasen udah lepas perjaka." Max heboh sendiri, ternyata sahabatnya normal.
"Jangan lebay deh Max." Jo geleng gelang kepala, melihat kelakuan Max. Kaya dirinya ngga pernah begitu aja, padahal tiap waktu ganti pasangan.
"Aww, enak kan Je ?" Max tak peduli ucapan Jo, dirinya semakin menggoda Je. Kapan lagi, Je bisa dipermalukan.
"Diem Max." Je merasa jengah sendiri digoda habis habisan sejak tadi. Tapi dalam hati Je juga sedikit malu, ternyata dirinya tak bisa menahan gejolak gairah yang muncul begitu saja. Je kehilangan akal sehat saat bersama Jienara.
Max dan Jo tertawa, melihat wajah Je yang menunjukan ekspresi tak ingin di tanya, lucu sekali. Tapi mereka senang, pada akhirnya Je menemukan sosok yang tepat. Eno sendiri hanya kaget mendengar Je melakukan yang diluar prinsip hidup pria itu. Apa seorang gadis bisa berpengaruh begitu kuatnya ?
"Lo serius sama dia ?" Pertanyaan tiba tiba Eno, membuyarkan suasana.
"Gue ngga pernah main main." Je menanggapi dengan yakin, bahkan dirinya tak mau jauh jauh dari wanita itu dan berniat menikahi Jie.
"Je, jangan berpikir hanya untuk kesenangan sesaat. Jangan menyesali keputusan lo." Eno kembali bersuara, dirinya tak ingin ikut campur, hanya saja dirinya perlu mengingatkan Je agar lebih berhati hati.
Max dan Jo saling berpandangan, ada apa ini ?
"Gue ngga pernah seserius ini sama cewe, jadi tenang aja." Je tahu Eno memperhatikan mereka. Dari sikap diamnya Eno, dia paling tahu saat harus bertindak dalam persahabatan mereka.
"Semoga lo menepati ucapan ini." Eno melihat keseriusan Je, tapi dirinya merasa tak mudah jalan Je jika bersama wanita yang bernama Jienara itu.
"Tentu, gue akan buktikan itu." Je tersenyum, dan mengangukan kepala, dirinya tambah bersemangat mendapatkan Jie. Apalagi ada dukungan dari sahabatnya ini.
Mereka masih melanjutkan obrolan yang tak ada habisnya. Hingga waktu menunjukan angka 13.00 WIB.
"Kuliah bro." Eno mengingatkan jam masuk kelas mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
JIE, JE
RomanceAwalnya aku dan kamu tak saling kenal. Hingga, takdir yang mulai ikut campur. Kamu menarik ku atau aku yang membuat mu tertarik, entahlah. Namun akhirnya, takdir juga yang harus membuat aku memilih mengenalmu atau meninggalkan mu. ...