Maze

872 116 46
                                    

"Bagaimana?"

"Tak ada hasil. Semua bukti yang ditunjukan polisi pada pengadilan dinyatakan murni hanya sebuah kecelakaan. Tak ada tanda-tanda adanya konspirasi pada kecelakaan istrimu jeon."

Jungkook melempar berkas ditangannya pada meja kerja, kemudian bersandar pada kursi. Mengusak rambutnya frustasi karena penyelidikannya tak mendapat hasil apa pun. Hela nafasnya berat mengingat kembali kejadian yang menimpa istri dan calon anaknya lima tahun lalu.

"Kau serius berfikir jika kecelakaannya memang sebuah konspirasi yang telah direncanakan?" tanya hoseok yang melihat jungkook frustasi.

"Entahlah hyung. Firasatku mengatakan jika kejadian beruntun lima tahun lalu terjadi terlalu mendadak." ucapan jungkook sama sekali tak dipahami oleh hoseok.

"Maksudmu?"

"Kecelakaan chaeyoung, perusahaan appa yang diambang kebangkrutan, lalu perjodohanku dengan eunha sahabat dari istriku sendiri. Bukankah itu aneh?" jungkook menegakkan duduknya menatap hoseok dengan raut tak terbaca.

"Saham perusaan turun drastis hanya dalam satu pekan. Bahkan sebelumnya keadaan perusahaan benar-benar baik." hoseok diam mencerna segala ucapan jungkook.  Jarinya mengetuk samar pada meja marmer milik perusahaan jeon, tengah berfikir.

"Jadi dugaanmu ini semua ada sangkut pautnya dengan kematian istrimu?"

"Ya. Aku tak tau ini hanya dugaanku atau mungkin memang benar. Untuk saat ini aku butuh bantuanmu hyung." jungkook menatap hoseok yang bersandar pada kursi diseberang mejanya. Terkekeh ringan dengan ucapan jungkook.

"Ayolah, ada apa dengan cara bicaramu jeon?" hoseok mengangkat kedua kakinya untuk ditumpuk diatas meja. Tangan bersidekap didada dengan tawa kecil dibibirnya. Merasa aneh ketika jungkook yang biasanya semena-mena kini berucap kalimat dengan kata-kata butuh.

Jungkook merotasikan matanya malas dengan tingkah hoseok.
"Kau tau aku seperti apa hyung. Jika aku sudah meminta, itu artinya aku benar-benar butuh bantuan."

"Dan tolong turunkan kakimu yang arogan dari mejaku." ucap jungkook datar. Hoseok tersenyum samar mengikuti perintah tuan besar jeon. Menarik kembali berkas yang dilempar jungkook dalam genggamannya.

"Dan kau pun tau aku. Tak perlu kau meminta pun aku akan membantumu. Cukup beritahu aku maka aku akan terjun menolongmu. Kalian berdua berharga bagiku kook-ah, dan jika salah satu diantara kalian terluka karena seseorang. Aku yang pertama kali mencari dan menghabisi dalangnya." ucap hoseok dengan senyum tipis.

Jungkook membalas dengan senyum sendu.
"Terima kasih hyung, sungguh."

"Tak perlu. Sudahlah, aku akan mengurus berkasmu ini. Kirimkan detilnya di e-mail ku." hoseok bangkit dan berjalan keluar meninggalkan jungkook yang menghela nafas panjang menyandar sempurna pada kursi kebesarannya dengan wajah menengadah.

Tiba-tiba ingatannya kembali mengingat perihal pasword tablet istrinya yang diketahui rose. Merasa aneh bukan karena alasan yang diberikan rose ketika dia memilih angka 2580. Meskipun alasan rose sama seperti jawaban istrinya ketika dia bertanya pada istrinya dulu.

Yang menjadi fokus jungkook adalah tangan rose yang meremat tablet. Pandangan mata rose yang tenang tapi terlihat gusar. Meski rose berucap dengan santai tapi jungkook tau ada getaran gugup dinada bicaranya.

Rose bahkan buru-buru turun dari mobilnya ketika mereka sampai di butik milik kakak iparnya. Meninggalkannya hanya dengan senyum tipis sebelum melangkah memasuki butik. Membuatnya mengernyit heran.

"Ck sial! Perlukah kucari tahu siapa sebenarnya dia?"

                                °•°•°•°•°•°•°

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 02, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

End Game [rosekook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang