Kembang lokalisasi

453 13 0
                                    

Kembang Rumah Bordil
Bag 5
Kembang  lokalisasi

*****
Huuuh …  Ina menggunam sendiri, harus menangis, sedih, marah atau dendam semua bercampur aduk, mau menyebut asmaMU yang Agung lidah terasa kelu, memang pantas pelacur seperti saya mengucap asmaMU yang maha pengasih dan penyayang walaupun hanya sekedar Istighfar, tidak!, Tidak akan saya sebut asma yang maha tinggi itu ketika saya dalam keadaan kotor, ini bukan mau saya, ini nasib yang harus saya jalankan. Ina bicara sendiri, dengan uraian air mata.

Masih terasa sangat sakit jambakkan Sintia, tamparan yang bertubi tubi menyempurnakan penderitaan yang dirasakan, tidak Sintia tidak akan pernah saya biarkan kamu menghina dan memojokkan, ingat Sintia, Saya akan membalasnya dengan cara saya. Bekas tamparan di jadikan pengingat saya,

Tiba tiba Ina dikejutkan suara ketukan pintu

"Ina ... Ina ... !Suara dari luar kamar.

"Ya.”

"Ina membuka pintu.”

"Ada apa Mbak,”  kata Ina yang ternyata Nur dan Dita.

"Boleh kita masuk kamarmu!.

"Silahkan.”

"Gimana kamu, masih sakit?.

"Tidak apa mbak, ini resiko pekerjaan, walau ini bukan mau saya,” jawab Ina.

"Sudah jangan takut, Sintia tidak akan berani lagi sama kamu. Tadi Ika bilang ke Mami, Sintia dimarahin habis habisan, malah diusir kalo terus terusan buat masalah di sini.

Euis pergi juga gara gara Sintia, padahal Euis tamunya banyak, Papi itu tamunya Euis bukan tamu Sintia,”  kata Ika.

Sintia lagi nangis di atas (maksud nya di lantai tiga) mohon-mohon supaya jangan diusir, mau kemana dia, di kompleks ini sudah di jelajahi semua dari gang satu sampe gang lima, cuma Mami Leli, Sintia bisa lama hampir tiga tahun, tidak ingat umur dia, sudah kepala tiga lebih masih bertingkah, bentar lagi tua tidak laku paling-paling jadi tukang cuci gosok kaya si Panisem, kalau tidak jadi jobong batu di pelabuhan (jobong batu - pelacur kelas jalanan yang mangkalnya di pelabuhan dan bermainnya di gubuk gubuk kecil)

"Sudah Ina dandan, tar kita duduk bareng di karaoke nyanyi, suara kamu bagus, kita orang kan dengerin waktu Ina nyanyi sama Papi.”

"Iya mbak.”

"Jangan panggil mbak dong, panggil aja Teteh.”

"Iya Teh, jawab Ina mengulang.”

Sejam kemudian Ina turun, dia pakai celana jeans sobek-sobek, kemeja putih cream model kekinian dipadu sepatu setengah boot, menyempurnakan penampilan Ina.
Rambutnya yang panjang terurai seperti model iklan shampo. Dandanan tidak mencolok semakin membuat kesan anggun Ina.

"Ina!.

"Tanpa sengaja mereka teriak serentak

"Cantik sekali?.

"Ina hanya senyum senyum tipis, tapi ini bukan senyum ketulusan, bukan senyum yang Ina kasih untuk Papi.

Ini senyum kesombongan, senyum keangkuhan, Ina melihat ada Sintia di pojok bartender, Ina tau Sintia melihat Ina, karena sempat beradu pandang, tapi Sintia  cepat cepat mengalihkan pandangan.
Ina memilih duduk sendiri, baru aja merebahkan badan di sofa tiba tiba

"Teh,  Dipanggil sama tamu yang di sofa enam.”

"Ya, jawab Ina.”

"Hai! Kata Ina sambil mengulurkan tangannya.

"Saya Ina.”

"Fredy.”

"Mau ditemenin  nyanyi apa ditemenin, Ina tidak meneruskan kata katanya takut sang tamu tersinggung.”

Kembang Rumah Bordil  by ErseClussieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang