O7

94 28 3
                                    

jaemin tersentak, pemuda itu baru saja mengalami mimpi buruk dan harus terbangun pada tengah malam. mata hazel-nya memindai sekitar yang terlihat lebih gelap dari biasanya.

lalu pandangannya jatuh tepat kepada sosok yang meringkuk di atas sofa. jaemin dengan perlahan mendudukkan dirinya, kemudian turun dari ranjang untuk menghampiri sosok itu.

pemuda itu sedikit memaksakan tubuhnya untuk berjongkok, meskipun diam-diam meringis saat merasakan nyeri. ia mengukir senyum manis, tangannya mengelus rambut hitam panjang gadis itu.

"hyu, barusan aku mimpi buruk...," ujar jaemin lirih, masih mempertahankan matanya menelusuri tiap lekuk wajah milik hyunjin.

"aku mimpi kalau kamu, jeno, heejin dan felix pergi ninggalin aku sendiri. tapi itu gak mungkin terjadi, kan?"

pemuda itu menghela nafasnya secara kasar, sadar bahwa hyunjin tidak akan menjawab karena gadis itu sudah jatuh terlelap.

namun, baru juga ia ingin beranjak, tangannya tiba-tiba ditahan membuat pergerakannya terhenti.

"engga, aku gak mungkin ninggalin kamu sendiri."

jaemin tertegun. ia kira hyunjin tidak akan mendengarnya, tapi ternyata ia salah. kepalanya tertoleh hanya untuk mendapati mata bening itu kini tengah menatap dalam mata hazel miliknya.

"kamu... dengar?"

gadis itu tersenyum kecil. "iya, kamu berisik banget. mana sambil elus-elus kepala, kan gimana engga bangun—"

"maaf, udah ganggu istirahat kamu."

"—engga sama sekali! justru kayaknya kalau aku tadi gak kebangun malah gak seru, gak bisa lihat ekspresi kecewa kamu waktu aku gak jawab. hehe."

gadis itu nyengir, menampilkan deretan giginya yang tersusun rapi sebelum secara tiba-tiba jaemin menarik tubuhnya ke dalam rengkuhan eratnya membuat tubuhnya kaku seketika.



—tbc
may 25, 2O2O

EPHEMERAL。Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang