Kamu Termasuk Gak nih ???

3.1K 190 19
                                    

SARKASME

Bersyukurlah kalau punya teman (atau diri kita sendiri) yang hobi nyindir bin nyinyir lewat sarkasme.

Soalnya, kebiasaan ini ternyata ‘memaksa’ orang di sekitar kita untuk berpikir lebih keras lho.

Menurut KBBI, sarkasme adalah penggunkaan kata-kata pedas untuk menyakiti hati orang lain; cemoohan atau ejekan kasar.
Sarkasme termasuk salah satu majas dalam Bahasa Indonesia yang digunakan untuk menyinggung dan menyindir dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan dengan maksud asli yang ingin disampaikan.

Sebenarnya, nggak melulu ditujukan semata-mata untuk mencemooh atau mengejek lho. Sarkasme juga bisa ditujukan untuk mengkritik dengan cara yang ,mungkin, lebih ‘ngeselin’.
Tanpa disadari, dalam pergaulan sehari-hari pun kita banyak menjumpai sarkasme.

Misalnya nih, ketika kita telat datang ke kampus karena nyasar dan ada seorang teman yang nyeletuk,
“Duh, pinter banget sih lo, naik angkot jurusan itu!”

Kira-kira, apa maksud sesungguhnya dari kalimat tersebut?
Nggak. Dia nggak memuji kita secara harfiah sebagai anak pinter. Justru sebaliknya, dia menyindir kita sebagai orang ‘bodoh’ yang bisa-bisanya salah naik angkot.

Terus, kok kita bisa paham ya sama maksud terselubung dari kalimat tersebut, meskipun kata yang digunakan jelas-jelas kebalikan dari maksud aslinya?

Umumnya sih, perbedaannya terletak pada intonasi bicara dan atau eskpresi wajah orang yang bersangkutan. Ada unsur-unsur ‘nyinyir’ di situ, seperti penekanan pada kata tertentu, adanya perbedaan nada bicara, atau adanya ekspresi wajah ‘nggak biasa’ ketika mengucapkan kata tertentu.

Sarkasme sendiri berasal dari bahasa Yunani, “Sarkazein”, artinya “merobek sesuatu”.
Nggak heran sih, karena nggak jarang juga orang bisa tersinggung dan ‘robek’ hatinya gegara disindir habis oleh orang sarkastik.

Orang yang terbiasa melontarkan sarkasme biasanya cenderung lebih cerdas, kritis, dan kreatif, serta kemampuan prediksinya lebih terasah.

Nggak hanya bagi si sarkastik, orang-orang di sekitarnya pun bisa ikut ‘asah otak’ gegara harus sering nanggepin sindiran-sindiran bermakna terselubung tersebut.

Hasil studi menunjukasn bahwa sering mendengar sarkasme bisa meningkatkan kemampuan penyelesaian masalah.

Anak sudah mulai bisa memahami sarkasme pada saat ia masuk taman kanak-kanak. Ketidak-mampuan seseorang dalam memahami sarkasme bisa-bisa jadi indikasi ada suatu kerusakan yang terjadi pada otaknya.

Gagal paham sarkasme dan ASD
Neuropsikologis di University of California menyatakan bahwa, "bagi masyarakat Amerika, sarkasme sudah sangat menyatu dan menjadi bagian dari bahasa perbincangan sehari-hari. Misalnya nih, melontarkan kata “yeah, right,” dengan intonasi dan mimik wajah tertentu, justru bisa mengungkapkan rasa ketidakpercayaan atau ketidaksetujuan orang yang bersangkutan.
Saking sudah sangat melebur dengan kehidupan sehari-hari, menurutnya, orang yang tidak bisa memahami sarkasme berarti tidak mampu beradaptasi secara sosial."
Orang yang sebelumnya bisa memahami sarkasme namun menunjukan ‘gagal paham’ seiring berjalannya waktu, perlu diperhatikan.

Pasalnya, kemungkinan ada suatu penyakit yang tengah berkembang.

Selain itu, ada juga kondisi lain pada seseorang yang menyebabkan ia kesulitan memahami sarkasme — dan ‘kode-kode’ lain dalam percakapan secara umum.
Beberapa di antaranya adalah pengidap sindrom Asperger dan orang-orang dengan spektrum Autisme (Autism Spectrum Disorder-ASD).
Menurut Dosen Psikologi di University of South Wales, Ian Stuart-Hamilton Ph.D, orang dengan Apserger pada umumnya merasa kesulitan untuk mengekspresikan dirinya secara emosional dan sosial.

Mereka juga mengalami hambatan dalam memahami gestur, ekspresi wajah, nada bicara, dan sulit untuk memulai dan mengakhiri perbincangan.
Oleh karena itu, memahami sarkasme akan menjadi hal yang berat.
Hal serupa juga dialami oleh orang dengan spektrum Autisme. Sebagian besar mereka mengalami hambatan untuk memahami pesan tersirat, dan kata atau frasa yang memiliki arti berbeda dari makna harfiahnya.

Kalau kamu ternasuk hobby nyinyir gak nih ???

Jangan lupa vote and coment ya

Sumber :
[1] Smithsonian.com : The Science of Sarcasm? Yeah, Right (Richard Chin), diakses 21 Maret 2018
[2] Psychology Today : People with Autism Spectrum Disorder Take Things Literally (Ian Stuart-Hamilton Ph.D), diakses 21 Maret 2018
Sarcasm

dunia psikologiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang