2: Dipertemukan

234K 11.1K 651
                                    

Rana Oryza Natans. Seorang gadis yang hidup dengan nenek dan kakeknya sejak kecil. Kedua orang tuanya telah meninggal akibat kelecelakaan pesawat saat umurnya 6 tahun.

Hidup tanpa kedua orang tua membuatnya menjadi seorang anak yang sangat sulit diatur dan sering membuat onar.

"Rana! Makan dulu sayang, nenek udah masak makanan kesukaan kamu" ucap neneknya, Rana hanya diam tidak menjawab

Bukan karena ia membenci neneknya, tapi rasanya dunia tidak adil padanya karena telah merengut kebahagiaanya. Mamah dan papahnya

"Rana ga laper, Rana langsung berangkat" ucapnya kemudian pergi begitu saja hingga membuat neneknya hanya mampu memandang sendu dirinya yang menghilang.

Rana mengendarai motor dengan kecepatan tinggi. Hal yang paling ia sukai selain tawuran dan bertengkar adalah balapan. Ia suka ketika bisa menyalip beberapa kendaraan dijalan.

SMA Adijaya. Sekolah yang telah ia singgahi selama 2 tahun lamannya.

Rana berjalan melewati koridor yang sudah dipenuhi beberapa murid. Tatapan-tatapan sinis serta membunuh ditujukan padanya.

Rana tidak pernah merasa sedih ketika semua orang menjauhinya, lagipun ia merasa tidak perlu seorang teman disekolahnya ini. Karena, tidak akan ada yang bisa membantunya untuk mengembalikan dua kebahagiaannya.

Ia memasuki ruang kelasnya, duduk dibangku paling belakang. Dan bangku sebelahnya memang kosong dari awal ia masuk saat menduduki tingkat kelas 12.

Suara notifikasi masuk pun berbunyi dengan nyaring. Kemudian ia membukanya, itu pesan khusus dari Mortem. Sekelompok geng mafia yang sangat terkenal di Jakarta. Dan Rana bekerja dibawah naungannya. Didirikan oleh Mirza.

Hancurkan dia, atau kalau perlu bunuh dia. Dan hilangkan jasadnya

Rana melempar dengan keras ponselnya ke atas meja. Membuat beberapa tatapan aneh dari teman-temannya, Rana berdecih.  Bahkan Rana tak sudi menganggap mereka semua temannya.

Alendra, nama cowok itu terus berputar-putar di ingatannya, seperti sebuah memori rusak. Ia begitu kesal, untuk menangkap penjahat kelas kakap pun ia dengan mudah mendapatkannya.

Tapi, hanya seorang ketua kelompok gangster pun rasanya seperti menangkap jarum dalam jerami.

--
Ale berjalan dengan sesekali menyibakan rambutnya yang basah akibat pelajaran olahraga. Membuat beberapa kaum hawa yang berada dikoridor pun menatapnya dengan memuja.

"Giliran Ale nyibak rambut, semua klepek-klepek kayak ikan koi kekurangan air. Giliran gw pada geli" ucap Bakri protes

Ale kemudian tertawa terbahak,
"Mangkanya tiap malem jum'at mandi kembang tujuh rupa" balas Ale

Kemudian Bakri menatapnya dengan serius,
"Jadi itu rahasia lo?" Tanya Bakri yang diangguki Ale dengan yakin.

"Heran gw punya temen bego sama gila "ucap Farid kepada Ale dan Bakri

Ale kemudian tertawa, tujuan mereka ber-enam saat ini adalah Warmang. Jam istirahat tidak pernah mereka lewatkan untuk menuju warkop tersebut.

Letaknya berada didekat sekolah. Bahkan untuk menuju kesana dari sekolah pun hanya dilalui dengan berjalan kaki.

"Gw beli rokok dulu, diwarung mang ucup" ucap Ale berpamitan

"Le! Nitip kratingda*ng" teriak Karim

"LE GW NITIP BASRENG" sahut Pasha

Ale kemudian mengacungkan jempolnya ke udara. Ia berjalan dengan cepat menuju warung kecil yang tidak jauh dari sana.

"Mang rokok biasa 1 bungkus, sama basrengnya 10, sama kratingda*ng nya 6" ucap Ale kepada Mang Ucup

Kemudian Mang Ucup segera mengambilkan pesanannya.

Setelah mendapatkan rokoknya, Ale menyalakan dengan pemantik yang tergantung disana lalu menghembuskan asapnya ke udara.

"Makasih mang, kembaliannya ambil aja" ucapnya ketika membayar pesanannya

Bugh

Tubuhnya menabrak seseorang dengan cukup keras. Saat ia lihat, orang itu adalah seorang gadis berbaju SMA sama sepertinya. Dari tanda pengenal di sakunya, Ale dapat mengenali asal sekolah gadis tersebut, SMA Adijaya.

"Sorry" ucap Ale. Namun, gadis itu hanya berlalu pergi meninggalkannya begitu saja

"Aneh" gumamnya dengan pelan sambil menatap kepergian gadis itu dengan acuh

--
Rana menendang botol kaleng kosong didepannya, kemudian ia berfikir sejenak tentang cowok yang menabrak bahunya barusan.

Rasanya, ia sangat familiar dengan wajah nya terlebih jaket yang cowok itu kenakan.

"RAVILLA!" ucapnya, kemudian ia berbalik. Namun sayang, cowok itu sudah hilang bak ditelan bumi.

Kemudian ia mengacak rambutnya dengan frustasi. Ia sungguh lelah menunggu cowok itu untuk menerima tantangannya. Saat orangnya sudah didepan mata, ia malah tidak menyadarinya.

"Bego banget si lo ran" ucapnya pada dirinya sendiri sambil mengacak rambut panjangnya

--
Malam hari tiba, Rana segera bersiap untuk menunggu Ale sesuai pesan yang ia kirimkan.

Jalan Teratai nampak sepi, maklum saja waktu sudah menunjukkan pukul setengah 2 malam. Dan sudah 30 menit ia disana, namun cowok itu tidak kunjung hadir.

"Kemana si tuh cowok" ucap Rana dengan gusar

"Gw udah bilang kan sama lo, dia ga segampang itu nemuin seorang cewek" ucap Ray, dia adalah salah satu cowok sekaligus temannya yang selalu membantu dirinya dalam keadaan apapun

Baginya hanya Mortem yang dapat membuatnya bahagia. Kelompok gangster yang tidak sengaja ia temui dan putuskan untuk bergabung kedalamnya.

"Udahlah ran, pake cara kasar aja seperti biasa lo lakuin. Samperin ke bascampnya " usul Elang, kemudian digelengi olehnya

"Lo gila? Dia itu ga bisa kita samain dengan lawan-lawan kita sebelumnya" ucap Rana sambil mengeluarkan sebuah rokok lalu menghisapnya

"Gw udah bilang berapa kali si untuk lo berhenti ngerokok?" Kini Galang bersuara, ia adalah satu-satunya anggota Mortem yang sangat protektif padanya. Menurut rumor yang beredar di antara anggota Mortem, Galang ini menyukainya. Tapi, menurut Rana itu tidak benar.

"Gw juga udah berapa kali si bilang sama lo, untuk gausah ngatur hidup gw" ucap Rana dengan tegas yang langsung membuat Galang berdecak kesal

Rana adalah seorang gadis keras kepala. Padahal, Galang tau bahwa Rana adalah hanya gadis lemah yang menyembunyikan kelemahannya dengan seolah bertingkah urakan.

"Dia ga bakalan dateng ran, udahlah cabut aja" ucap Ray dengan tidak sabaran

"Yaudah kalian balik aja ke bascamp, gw tetep tunggu disini" usul Rana

Kemudian semua menolak, ia tidak ingin sesuatu terjadi pada Rana. Rana adalah ketua Mortem yang dipilih langsung oleh Mirza sang pendirinya.

Bagi Mirza, Rana itu cukup kuat dan sangat pandai betengkar. Tidak hanya itu, Rana pun pandai menyusun strategi penyerangan. Bahkan sangat rajin menjualkan barang-barang ilegal yang setiap minggu sudah ditugaskan oleh Mirza kepada seluruh anggota Mortem.

"Udah santai aja, gw bisa jaga diri" ucapnya dengan yakin. Setelah itu semua berpamitan pergi menuju bascamp tempat yang diperintahkan oleh Rana

Galang hanya bisa menurut karena tidak ingin membuat Rana membencinya dengan terus mengatur hidup nya.

Selepas semua pergi, suasan hening dengan dinginnya udara malam pun menemani Rana. Ia kemudian menatap ke arah langit, terdapat hamparan bintang yang sangat indah. Bahkan dewi malam ikut hadir ditengah-tengahnya.

Rana menatap sebatang rokok yang sudah nyala sumbunya. Lalu dimatikannya rokok tersebut.

Gadis itu menghembuskan nafas dalam-dalam kemudian mengeluarkannya perlahan. Lalu, ia bangkit dan memutuskan untuk menyusul seluruh teman-temannya. Dan urusan Alendra, bisa ia selesaikan nanti.

Tbc...

Jangan lupa vote, share dan komen

Terima Kasih semuanya. Selamat malam, ingat besok senin wkwkwk

RANA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang