SMA BINA BANGSA.
Ale berjalan bersama Alfara yang berada disebelahnya, tadi anak itu merengek ingin berangkat bersamanya. Membuat Ale hanya bisa pasrah karena jika ia menolak permintaan tuan putri Alfara, sudah bisa dipastikan hidupnya akan sengsara.
"Hai yayang Alfara yang cantik" ucap Bakri dengan senyum sambil menghampiri Alfara dan berdiri tepat disampingnya
"Apaansi" sahut Alfara
"Kok berangkat sama babunya, besok-besok telpon aa aja, biar aa jemput" sambung Bakri yang membuat Alfara bergidik ngeri
"Sembarangan aja lo, udah-udah hush hush.. pait...pait... ade gw nanti sawan" ucap Ale sambil menutupi Alfara dengan tangannya supaya jauh dari Bakri
"Yaudah bang lele, gw cabut. Bye" ucap Alfara kemudian pergi menghilang
Sementara itu Ale menatap kelima sahabatnya dengan bingung.
"Kenapa lo? Kesambet setan terdidik?" Tanya Farid
"Hah? Setan terdidik?" Tanya Karim
"Iya. Kan dia disekolahan. Pasti belajar jadi dia terdidik" balas Farid
"Sama aja lo kayak Bakri" sahut Ale
Sementara itu, Bakri yang disebut namanya pun menoleh tidak terima.
"Perasaan gw diem aja" jawabnya
"Udah ah ayo, Warmang" ajak Pasha
"Ayo, gw laper ni" sahut Anas
Kemudian mereka ber-enam pun berjalan kearah luar sekolah dan menuju Warmang.
Tercium harum pisang goreng yang menggugah selera. Membuat Ale dengan cepat duduk dibangku panjang dengan diikuti kelima sahabatnya.
"Ish pisang gw rid" ucap Bakri tidak terima kala pisang yang ia inginkan sudah direbut begitu saja oleh Farid.
Padahal itu adalah pisang satu-satunya yang tersisa.
"Yaelah itu Mang Agus lagi goreng lagi kri" balas Farid
"Tapi gw duluan" kekeuh Bakri
"Yaela lu pisang doang direbutin, ni gw potek biar adil" Ucap Anas lalu membelah pisang goreng tersebut menjadi dua lalu memberikannya kepada Bakri dan Farid
Alhasil Bakri dan Farid pun diam lalu memakannya.
Bruk
"Ehh apaantu anjing!" Umpat Pasha akibat terkejut
Semua pun segera bangkit lalu berjalan menuju kearah luar dan mendapati seorang anggota Ravilla yang sudah babak belur tidak sdarkan diri.
"Woy! Fin! Alfin!" Ucap Karim sambil menepuk pipi Alfin
Ale yang melihat itu segera mengedarkan pandangannya mencari siapa gerangan yang sudah melakukan hal tersebut kepada anggotanya.
Ale paling tidak suka jika ada seseorang yang mengusik anggota Ravilla. Ia tidak akan segan-segan menghancurkan bahkan bisa saja membunuh nya.
Terlebih yang saat ini terbaring adalah Alfian, cowok yang sudah ia anggap seperti adiknya sendiri.
Yang sudah membuatnya belajar bagaimana bertanggung jawab. Ale memang sudah berjanji pada cowok itu untuk menjaganya apalagi setelah kematian kedua orang tua Alfian. Membuat Ale setiap bulan nya harus menyisihkan uang jajannya untuk Alfian.
Alfian hidup sebatang kara. Dan untuk semua biaya hidup dan sekolah ditanggung oleh Ale dan keluarga.
"Bangsat! Fin! Bangun!" Ucap Ale dengan gusar
KAMU SEDANG MEMBACA
RANA [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[SQUEL DARI GANGSTER] Menjadi anak dari seorang mantan gangster terkenal membuat Alendra menuruni sikap anarkis sang ayah. Berkelahi baginya adalah satu kegiatan yang menyenangkan. Hanya ada dua pilihan bagi lawan, mati atau pingsan. Alendra. Tidak...