3: Mencoba

192K 10.8K 1.1K
                                    

Hari ini, tak ingin membuang kesempatan lagi, Rana segera bersiap untuk menuju bascamp Ravilla untuk menemui Ale.

Ia sudah membuang waktu 2 hari dengan tidak melakukan apapun dan membuat Rana mendapatkan ide yang dirasa tepat hingga membuat Ale mau menerima tantangannya.

"lo yakin ni?" tanya Ray dengan tidak percaya diri

"yakin, lo ikutin aba-aba gw" ucap Rana

Saat ini mereka sudah berada didepan Warmang, didalam terdapat Ale dengan beberapa sahabatnya dan anggota Ravilla tentunya.

Apalagi hari ini adalah hari libur, yang berarti semua anggota Ravilla sedang berkumpul.

"WOY! BANGSAT!" Teriak Ray lalu diikuti lemparan beberapa batu oleh Rana

Setelah dirasa batu tersebut masuk kedalam Warmang, Rana serta Ray berlari untuk bersembunyi.

Sementara itu. Ale yang sedang besantai oleh beberapa sahabatnya pun dikejutkan dengan sebuah batu yang melayang hampir mengenai wajan panas yang sedang di pakai Mang Agus untuk menggoreng

"allahu akbar! Demi sempak Pasha yang ga pernah dicuci, siapa yang lempar ini batu woy!" teriak Anas dengan kencang

"woy maju lo sini, gausah diem-diem nyari ribut" sambung Pasha

Kemudian mereka semua pun keluar untuk melihat siapa gerangan yang melakukan hal tersebut.

Sebelum keluar, Ale sempat mengambil batu tersebut yang dilapisi sebuah kertas. Lalu ia membukanya,

'Pencundang. Gw tunggu lo nanti malam jam 12 di Jalan Anggrek'

Ale kemudian menatap ke arah sekitar, melihat dengan seksama berusaha mencari tahu siapa pelakunya.

"untung aja ga masuk wajan, kalo masuk berabe muka ganteng gw kena minyak panas" Ucap Bakri dengan tenang

"bagus kri, biar sekalian di operasi plastik" balas karim

"ide bagus!" sahut Ale, kemudian mereka semua tertawa tanpa terkecuali Bakri yang memandang mereka semua dengan sengit

Sementara itu Rana dan Ray sedang berusaha bersembunyi dibalik tembok dekat sana, ia akan mengutuk Ray jika cowok itu melakukan hal yang bodoh yang membuat mereka tertangkap.
Krek

Rana memandang tajam kearah Ray, cowok itu menginjak sebuah kaleng dan membuat suara yang sangat nyaring, kemudian dengan aba-aba Rana menyuruh Ray untuk berlari terlebih dahulu lalu ia mengikutinya dari belakang.

"Woy kadal!"Teriak Bakri sambil menunjukk kearah mereka

Ale pun segera melihatnya, ia bahkan dapat melihat wajah Rana kala gadis itu menolehkan kepala untuk memastikan bahwa ia dan teman-temannya akan mengejarnya atau tidak.

"Ray Woey!" ucap Pasha dengan heboh

Ale menatap sahabatnya itu dengan bingung, kemudian segera menatap batu yang gadis itu lemparkan.

"Ray?" beo Ale

"iya Ray. Anggota gang Mortem"jelas Pasha

Ale berfikir sejenak kemudian mengingat-ingat sesuatu tentang nama 'Mortem'

"setau gw gang itu Mirza yang pegang kuasa" balas Ale

"iya Mirza pendiri dan yang punya kuasa lebih. Tapi ada satu orang yang dipilih langsung sama Mirza untuk mimpin pasukan. Ya bisa dibilang tangan kanannya Mirza. Tapi, gatau siapa tangan kanannya itu" jelas Pasha

"jadi maksud lo si Mirza gapunya tangan kanan? Jadi dia jadiin orang lain tangan kanannya?, kasian banget ya dia. Kapan-kapan nengokin yuk" ucap Bakri dengan
wajah melas

RANA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang