deux

1.2K 121 24
                                    

Chenle mengerjap matanya perlahan, membuka kelopaknya dan menemukan dirinya masih berada di atas kasur Yiren. Lampu di kamar tersebut dinyalakan. Hanya lampu dari luar jendela yang menerangi.

Chenle menoleh ke samping, namun tak menemukan sosok Yiren disana. Ia bisa mendengar suara gemericik air dari arah kamar mandi.

Tak lama, Yiren keluar dengan hanya berbalut handuk. Berjalan pelan menuju lemari pakaian dan tanpa ragu melepas balutan kain tebal dari tubuhnya.

Membiarkan tubuhnya telanjangtanpa menyadari Chenle yang sudah mengamati dirinya sejak keluar kamar mandi.

Chenle sendiri sudah terbiasa dengan pemandangan tubuh Yiren. Kalau ditanya apakah dirinya terangsang atau tidak, kalian bisa pikirkan saja sendiri.

Tapi pria itu masih waras untuk tidak menyentuh wanita yang berstatus sebagai tunangannya itu. Setidaknya wanita itu harus memiliki perasaan yang sama dengannya, baru Chenle akan memikirkan untuk menyerang wanita itu saat sedang telanjang bulat seperti saat ini.

Yiren mengenakan pakaian dan merapikan tatanan rambutnya sedikit. Kemudian berbalik dan matanya bertemu dengan tatapan Chenle.

"Udah bangun? Dari kapan?"

"Dari kakak keluar kamar mandi," ucap Chenle enteng.

Pria itu turun dari kasur, kemudian mengambil sepatunya dan meletakkannya di rak sepatu milik Yiren. Lalu diambilnya sandal rumah yang khusus disediakan untuknya saat berkunjung ke rumah.

Kemeja Chenle sudah kusut dan bentukan dasi juga tidak karu-karuan. Yiren yang melihat penampilan berantakan Chenle pun berjalan mendekat.

"Ini dasi kamu lepas aja. Daripada kamu longgarin, tapi masih aja ngeganggu," ucap Yiren sambil melepas dasi Chenle.

"Kak, lain kali kalau mau ganti baju tuh lihat dulu akunya udah bangun atau belum," ucap Chenle yang kini memegang kedua sisi pinggang Yiren.

Sedangkan Yiren masih sibuk membuka ikatan dasi Chenle yang mengerat karena terlalu sering ditarik.

"Nanti kalau aku ga bisa ngontrol nafsu terus ngapa-ngapain kakak kan bahaya," lanjut Chenle.

"Terus? Kan kita bakal nikah juga akhirnya," ucap Yiren yang kini menatap balik Chenle.

Sudah tidak peduli dengan dasi Chenle yang begitu sulit untuk dilepas.

Chenle tersenyum miring sebelum menempelkan bibirnya pada bibir Yiren. Tidak ada pergerakan disana, tidak ada lumatan satupun.

Setelah beberapa detik, pria itu menjauhkan kepalanya. Kemudian kembali tersenyum.

"Aku bisa aja ngelakuin itu, tapi aku tau hati kakak dimana. Jadi, aku ga bakal ngelakuin lebih dari ciuman di bibir sampai kakak pindah hati ke aku," ucap Chenle pelan.

Yiren tertegun mendengar penuturan Chenle. Nyatanya tunangannya tahu kalau ia masih mencintai pria lain.

Namun ekspresi santai Chenle justru membuat Yiren secara tidak langsung merasa bersalah. Bersalah karena belum bisa membalas perasaan tulus itu.

"Udah ga usah sedih gitu kak. Harusnya aku yang sedih sekarang soalnya kakak ga pernah dengerin aku ngomong," ucap Chenle menghibur Yiren.

"Iya deh. Terus kamu mau langsung pulang atau mau makan malam disini? Papa sama mama ada di rumah kebetulan," ucap Yiren.

"Boleh deh. Udah lama ga ketemu papa sama mama," ucap Chenle menyetujui tawaran Yiren.

Keduanya pun turun menuju meja makan sambil bergandengan tangan. Salah satu akting mesra yang harus mereka tunjukkan di depan banyak orang, agar orang-orang mengira mereka adalah pasangan yang memang ditakdirkan untuk bersama.

visages | chenyi ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang