✩✩2✩✩ | Olenka II

15 3 0
                                    


Dia menjawab "karena ibumu sama sepertiku".

 
Mendengar jawabanya sudah membuat ku tenang dan percaya. Dia sangat mirip dengan ibuku. bukan dari wajah atau penampilannya, namun kemampuanya.


↣↣↣↣↣↣↣↣↣◆◇◈◇◆↢↢↢↢↢↢↢↢↢


Perjalanan masih panjang dan aku mulai lapar. aku teringat pada cemilan yang di siapkan Bibiku untuk di perjalanan. Aku meraih ranselku dan mengorek isi tasku. Anehnya aku tak menemukan cemilanku, melainkan sebuah kertas tua yang berisi tulisan tangan Bibi. 

"Aneh, bukannya tortilla malah kertas" Gumam ku ambil menatap secarik kertas tua.

Aku membuka surat tersebut dan isinya hanya nama lengkap bibi. aku merasa sangat kesal, bagaimana bisa bibi melupakanya, aku sangat lapaar.

'Bibi pasti menjahiliku' batinku.

 Tiba tiba Olenka menyodorkan roti sandwich yang baru di keluarkannya. dia hanya tersenyum, 

"kalau butuh sesuatu katakan saja.  jangan sungkan, perutmu yang mengatakanya".  sungguh aku tidak menyadari suara perutku sekeras itu. Tanpa basa-basi, aku langsung memakan sandwichnya.

⇠⇠⇠⇠֎⇢⇢⇢⇢


Hari mulai gelap dan aku pun mulai terlelap. Suhu ruangan yang turun drastis membuatku sulit untuk tidur. Dihadapanku olenka sedang menjait sebuah kain sutra yang berisikan simbol aneh. Tapi, Sepertinya aku mengenali simbol itu. Aku mengingatnya. Ibuku dulu sering menuliskan hal aenh di dalam buku jurnalnya. Tapi sayangnya ibu tidak pernah mengejarkanku bagaimana cara menulisnya ataupun membacanya. Ahh... aku sangat lelah.

"ting! tong! tung! Diumumkan kepada seluruh penumpang kapal, untuk tetap berada di dalam bilik, karena terjadi kerusakan di mesin penghangat. penumpang diharapkan untuk tidak panik dan tetap tenang, setiap penumpang akan di berikan 1 selimut untuk di gunakan. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya dan terimakasih atas  kerjasamanya. ting! tong! tung!"

"hufftt... mengganggu sekali" ucapku. 

Tak lama kemudian selimutpun di antarkan. Aku mengucapkan selamat tidur pada olenka dan langsung mencari posisi yang nyaman. Olenka tak membalas ucapan ku dan tetap menjahit. "Apa dia tidak lelah? ah sudahlah aku mengantuk." gumamku. Aku mulai tertidur dengan hangatnya selimut tipis ini. 

"HOAAMMM... Aku harap kita sampai tujuan besok.., sweet dream for me" bisikku sambil menarik melimut.

↣↣↣↣↣↣↣↣↣◆◇◈◇◆↢↢↢↢↢↢↢↢↢

InsulamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang