Dentingan jarum jam memecahkan keheningan kamar bernuansa gelap tersebut. Malam ini bulan sangat terang sehingga cahaya menembus jendela kamar itu. Penghangat ruangan hidup sepanjang waktu untuk melindungi sang pemilik rumah dari ancaman badai salju yang sekarang sedang terjadi.
"TIDAK!"
Jaehyun tersentak dari tidurnya, matanya melirik Taeyong yang sedang tidak nyaman dalam tidurnya. Keringat dingin meluncur di pelipisnya, nafasnya terengah. Jaehyun menepuk pipi Taeyong dengan pelan, "Taeyong bangun..." tetapi Taeyong masih tetap terpejam.
"Sayang bangun." Jaehyun berusaha membangunkan Taeyong agar mimpi buruknya berakhir. Taeyong membuka matanya, dia menatap suaminya berada diatasnya, tangannya meraih tengkuk Jaehyun untuk semakin mendekat. Jaehyun melihat itu mencoba menenangkan Taeyong.
Jaehyun mengelus rambut Taeyong dengan lembut, mencium keningnya, mengusap pipi putih pucat itu dengan ibu jarinya. "Kau tidak apa-apa?" Jaehyun mengecup bibir pulm merah muda Taeyong, lalu kembali melihat Taeyong.
"Kau kapan kembali?" tanya Taeyong dengan nada sedikit mengintimidasi dan dengan mata yang berkaca-kaca. Taeyong sangat ingat dia tadi pergi mencari Jaehyun dengan membawa Mark.
"Aku pulang sekitar pukul delapan tadi, aku melihatmu tertidur di sofa."
Taeyong meneggakan tubuhnya untuk duduk, dia melihat Jaehyun dengan tatapan bingung. Jika itu mimpi, itu terlihat sangat nyata bahkan dia merasakan lembabnya cuaca diluar sana.
Jaehyun menarik tubuh Taeyong kedalam pelukannya, sedangkan dia hanya diam. Tatapan Taeyong ke Jaehyun sulit diartikan, "Aku akan mengambilkan minum untukmu." Jaehyun hendak berdiri dari tempat tidur untuk pergi turun kebawah tetapi tangannya ditarik, Taeyong menangkup kedua pipi Jaehyun mencium bibir tebal itu. Jaehyun kaget atas tindakan Taeyong tiba-tiba, kini tangan Jaehyun sudah bergerak turun ke pinggang Taeyong.
Jaehyun melumat bibir bawah Taeyong membuat Taeyong sedikit melenguh, saliva mereka mengalir di ujung bibir. Tangan Taeyong turun ke dada Jaehyun yang masih dilapisi piyama beruang cokelat itu. Jaehyun melepas ciumannya, hingga kini dia melanjutkan mencium tengkuk leher Taeyong, menghirup aroma tubuh Taeyong, lalu sedikit meninggalkan rona kemerahan di tengkuk lehernya.
"Beerrh—berhenti Jae." Taeyong sedikit mendorong tubuh Jaehyun, mukanya sudah memerah. Jaehyun kembali menegakkan tubuhnya, dia tersenyum lalu mengelus pipi Taeyong.
"Baiklah, aku akan turun kebawah mengambil air minum untukmu." Jaehyun turun dari tempat tidur, tetapi langkahnya terhenti ketika melihat box bayi disisi tempat tidurnya.
"Apapun aku lakukan untuk melindungimu Mark." ucapnya sangat pelan sampai siapapun tidak bisa mendengar itu, lalu melanjutkan langkahnya untuk ke lantai bawah.
Pintu cokelat tua temaram itu tertutup. Taeyong memandang Jaehyun yang sudah menghilang dari balik pintu. "Kau berbohong Jaehyun, aku tahu itu." senyuman palsu menghiasi wajah Taeyong. Matanya melirik box bayi disamping tempat tidurnya.
"Setidaknya kau baik-baik saja Mark, anak ku." tangan putihnya mengelus pipi bulat Mark, mengelus pipi itu dengan ibu jarinya.
***
Jaehyun menuruni anak tangga, hembusan nafasnya mengepul di udara, dentingan jarum jam terdengar dipenjuru ruangan bernuansa gelap tersebut.
Tangannya meraih cangkir yang berada di meja makan, niatnya ingin mengambil air untuk Taeyong. "Aku tahu kau disitu Kun berhentilah bersembunyi." dia meletakkan kembali cangkir itu, kedua tangannya menompang pada sisi meja makan.
Jaehyun menatap dinding bercat abu-abu tersebut. "Aku bilang kau keluar!" bentaknya dengan nada intonasi tegas.
Cairan hitam keluar dari dinding abu-abu yang di depan Jaehyun. Kun keluar dari dinding tersebut begitu dengan cairan hitam yang keluar tadi lenyap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Lion - JaeYong
FantasyBaby Lion. Taeyong, Mark dan Jaehyun. Kembali ke masa penyihir dimana mereka harus membesarkan Mark didalam masa berat-beratnya dengan meninggalkan apartemen lama mereka untuk menyembunyikan putra mereka. boy x boy