Pin emas - 2

1.2K 159 29
                                    

Mark berlari menuju ruangan bawah tanah. Sepertinya keburuntangan sedang di pihak nya, penjaga saat itu sedang tidak ada. Dengan penerangan dari tongkat sihir dia melewati anak tangga dengan jalan yang terburu-buru.

Air menetes dari pipa bocor ke lantai, tempat ini sangat gelap dan penuh sarang laba-laba karena perpustakan bawah tanah sangat jarang dihuni oleh seseorang. "Cih!" Mark mengumpat, pintunya tertutup.

Mark meraih pin emas yang berada di sakunya, dia berpikir lalu berjongkok untuk menaruh pin emas itu kelubang pintu. "Bingo!" pintu itu terbuka. Dengan cepat dia masuk kedalam ruangan perpustakaan.

Perpustakaan itu begerak, tidak seperti perpustakaan biasanya. Dia harus melewati beberapa buku-buku yang terbang.

"MARK!"

Mark tersentak, "AWAS!" dia merunduk karena salah satu buku terbang ke arahnya. Dengan nafas yang tidak beraturan Jaemin berlari ke arah Mark.

"Maafkan aku."

"Dimana Haechan?"

"Aku tidak tahu, tadi kami terserap dari tanah yang terbuka setelah itu kami terpisah."

"Apa kau baik-baik saja?" Mark memutar tubuh Jaemin untuk melihat lelaki yang didepannya sedang dalam keadaan baik-baik saja atau tidak.

Tangan Jaemin menahan Mark, "Sebaiknya kita harus mencari Haechan dia tidak ada disini." wajahnya terlihat sangat cemas, nafasnya memburu.

"Baik kita akan pergi." tanpa sadar tangan Mark mengenggam tangan Jaemin dengan erat, mereka berjalan menuju ujung perpustakan.

"Tapi kita harus melewati ini semua dulu Mark dan aku tidak bisa menaiki rak itu dengan tangan ku."

Mark menghembuskan nafasnya dengan kasar, dia memutar otaknya untuk melewati semua rak-rak buku ini dengan buku melintas diatas. Jangan sampai mereka terkena buku-buku itu.

"Aku yakin Haechan berada di atas, karena dia yang mengetahui mantra pin emas itu."

"Kau harus menceritakan ini semua pada ku Jaemin." Mark berlari menuju pinggir rak buku yang berputar, tangannya meraih tiang yang berada di pinggir masing-masing rak buku.

Dengan kekuatan seadanya tubuhnya bertumpu pada satu tangan, sedangkan tangan satunya lagi untuk membantu Jaemin.

"Cepat kita tidak punya banyak waktu."

Jaemin mengangguk, dia meraih tangan Mark lalu ikut meraih rak disampingnya. Mereka harus menaiki semua rak ini untuk menuju arah mata angin. Perpustakaan itu berputar semakin cepat.

"Les humains sont des monstres."

Suara pelan itu terdengar di telinga mereka seakan berbisik untuk mengatakan sesuatu pada mereka berdua. "Kau mendegar itu Mark?" kini mereka merangkak untuk menaiki semua rak buku ini.

"Aku mendengarnya."

Keringat dingin mengalir di pelipis wajah tampan Mark, keningnya berkedut. Dia menarik Jaemin kedalam pelukannya, Mark tahu yang berbisik ini adalah demon yang ingin memasuki jiwa mereka. "Diamlah." dengan nafas yang terengah Mark menahan Jaemin. Perpustakaan itu terus berputar.

Mata Mark menatap lurus mata Jaemin, dengan bulan yang bersinar terang di balik jendela. Tangan Mark berada pinggang Jaemin agar tidak terjatuh, tidak ada jarak diantara mereka.

Memejamkan matanya Jaemin memajukan wajahnya hingga nafas mereka saling beradu, Mark memiringkan wajahnya hingga bibirnya menyentuh permukaan bibir halus Jaemin.

Mereka berciuman. Mark menghisap bibir bawah Jaemin dengan seduktif dan Jaemin membalas ciuman itu tanpa ada rasa ragu. Memejamkan mata menikmati setiap sentuhan bibir mereka yang saling bertaut. Nafas Jaemin terengah ketika mencium bau tubuh Mark yang sangat kuat.

Baby Lion - JaeYongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang