Ayu menatap restoran ini dengan sekasama. Seperti menjadi kebiasaannya mengamati keadaan sekitar nyaa.
"Sepi," gumam Ayu yang di dengar perempuan berperut mengelembung itu dengan anggukan.
"Wajar sih Dek. Udah jam masuk kerja lagi." Ayu mengangguk dan fokus ke makanannya lagi.
"Kamu beneran gak mau nikah? Kakak dengar kemarin si Bayu ngelamar kamu ya?" Ayu nengerutkan kening.
"Gak ih." Ayu kembali sibuk ke makanannya.
"Kamu pernah gak sih dek ngerasa pengen gitu di apa-apain sama cowok?"
"Di apa-apain apanya?"
"Yaa di cium bibir sampe mainan lidah, di isap teteknya terus dimasukin anumu sama pedangnya."
"Uhuk!" Seseorang dibelakang Ayu tersedak dan Ayu hanya bisa menganga dengan kepala menunduk. Matanya menatap sekitar dan yaa hanya ada seseorang di belakangnya. Hanya orang itu.
"Suaramu kak?!" Geram Ayu dengan mata melotot tajam.
"Yaa kamunya sok polos!" Umurmu tuh udah 25 tau gak sih dek. Bentar lagi 26 tahun."
"Yaa terus kenapa? Toh banyak kok orang luar sana yang nikah umur 30 tahunan." Ayu menusuk baksonya dengan kejam dan mengunyahnya keras.
"Yaa kamu tinggal di Indonesia Maemunah! Mamakmu juga udah tanya beberapa kali ke kakak kamu ada calon apa enggak, cariin calon buat kamu ya." Ayu tak menimpali dia fokus pada Baksonya yang terlampau enak.
"Ayolah Yu, menikahlah biar anak kita nanti kita jodohin. Ini anakku cowok nanti kamu bikin anak cewek." Ayu mendengus tak suka.
"Kamu kenapa sih gak mau banget nikah?!"
"Memangnya apa tujuan menikah selain jadi pemuas Nafsu?" Tanya Ayu tajam dan fokus menatap kakaknya.
"Yaa biar dapat kasih sayang."
"Aku gak butuh kasih sayang. Kasih sayang keluarga udah cukup."
"Emm biar ada temen lah sepanjang sisa hidup."
"Aku gak butuh teman. Keluarga sudah jadi teman terbaik."
"Buat ... Oh iyaa biar enak gak usah cari uang."
"Kenapa kamu masih kerja? Aku bisa cari uang sendiri tanpa bantuan orang lain." Ayu menatap Kakaknya menantang.
"Ok. Menikah memang cuman untuk memuaskan nafsu binatangku. Kemaluanku yang akan bergetar kalo gak di sentuh." Ayu hanya tersenyum sinis mendengarnya.
"Yaa. Hanya itu! Gak ada yang lain. Dan aku, Tuhan lupa menitipkan Hormon Feromon kepadaku hingga aku tak menginginkan hal semacam itu. Jadi tak ada alasan untukku harus menikah.
"Bohong! Dulu kamu panas dingin pas liat cowok cantik dari korea dengan suara berat itu." Ayu berdeham kuat.
"Yaa, jadikan dia suamiku baru mungkin aku akan bergairah," balas Ayu santai. "Dan lagi dia Ganteng gak cantik!"
"Kayaknya kamu hanya takut cowok itu menghina kamu deh! Takut pria itu meninggalkanmu saat gak bisa di pakai lagi dan takut kalau akan sakit hati." Ayu terhenti dari acara makannya sepenuhnya.
"Kalo kakak udah tau kenapa tanya?" Amira tampak terdiam mendengar itu. Matanya menatap Ayu dengan pandangan sulit diartikan lalu kembali menunduk.
~~•••~~•••~~
Ayu makan Baksonya dengan cepat. Sudah seminggu ini dia makan sendiri pasalnya kakaknya paska melahirkan jadi dia tak bekerja lagi. Saat sedang asik makan seseorang duduk di depannya membuat Ayu mendesah kesal dan bersumpah akan menyembur pria ini nantinya.
Namun niatnya tak terlaksana saat seseorang tengah duduk di hadapannya ini adalah pria yang di tolak ya sebulan lalu dan baru muncul saat ini. Ayu hanya tersenyum tipis dan kembali makan seolah mereka tak mengenal satu sama lain.
"Hai ... apa kabar?"
"Baik." Atu kembali fokus ke makanannya.
"Amira sudah melahirkan yaa anaknya laki-laki."
"Seperti yang kamu tau." Pria itu berdeham lalu terdiam menunggu Ayu selesai makan. Saat Ayu sudah selesai Ayu menatap bertanya ke arah pria di depannya.
'Mau apa lagi.' Pikir Ayu.
"Jadi?" Ayu menatap pria di depannya bertanya.
"Eh ... Ehm! Aku kemarin ke rumah kamu." Ayu menatap pria di depannya sinis. Tangannya ia silangkan ke dada lalu menatap pria di depannya garang.
"Sepertinya sudah cukup jelas aku berkata tak mau menerimamu." Pria itu tersenyum manis menampilkan lesung pipinya.
"Apa salah kalau aku berusaha?"
"Salah! Karena usahamu akan sia-sia," jawab Ayu cepat. Pria itu menatap sekeliling restoran yang sama sekali tak ada orang. Ayu ikut memperhatikan restoran yang sangat sepi ini matanya menyernyit heran.
"Ehm ini restoranku." Ayu tertegun sejenak sebelum mengangguk saja. "Ada yang ingin aku bicarakan dan ini sangat penting." Ayu mengangguk pelan mendengarkan
"Aku ... Aku pikir kita cocok untuk jadi pasangan." Ayu meminum jus di depannya malas.
"Umurmu sudah 25 tahun, dan akupun sudah 30 tahun, aku yakin kamu juga sudah di tanya-tanyain kapan menikah. Begitupun denganku, belum lagi dengan desakan keluarga bukan." Ayu tetap diam menatap tepat ke arah kaca mata pria itu.
Pria itu melepaskan kaca matanya membuat Ayu beberapa detik tertegun menatap mata setajam elang itu.
"Ehm! Yaa lalu?" Tanya Ayu asal untuk menghilangkan suasana dia terpesona akan mata tajam yang sama seperti mata pria yang dia anggap suami di korea itu.
"Aku mau kita menikah. Bukan hanya untuk apa tapi untuk yaa agar kita ada status pernikahan." Ayu menatap pria di depannya menyernyit tak mengerti.
"Maksudmu?"
"Ehm! Aku tidak menginginkan Sex." Mulut Ayu terbuka sedikit lalu tertawa terbahak-bahak. Sangking kuatnya bahkan dia sudah memukul meja kayu di depan mereka kuat dengan heboh.
Setelah beberapa menit tertawa Ayu menghapus air matanya lalu menatap pria di depannya ini dengan masih tertawa geli.
"Kau ... Hahahaha ... Ada-ada saja. Kau pikir aku percaya akan omong kosong ini?!"
"Aku bersungguh-sungguh Ayu." Ayu kembali tertawa lalu memegang perutnya.
"Tak ada pria normal yang tak menginginkan Sex kecuali kau Impotent." Dan ayu terdiam setelah mengucapkannya, matanya menatap ngeri pria di depannya ini yang tertunduk.
"Apa kau Impotent?"
~~•••~~~
Makasih sudah baca, dan semoga suka
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband Is (Not) Impotent (Lengkap)
Roman d'amour"Kapan kamu nikah?! umurmu udah seperempat abad itu. Malu mamak ada anak kaya kamu! mau berapa lamaran lagi yang kamu tolak" kata itu adalah untuk ke seribu kalinya yang Ayu dengar sejak dia menginjak umur 23 tahun. Namun jawaban Ayu akan tetap sa...